Menghitung Karbon Rehabilitasi DAS Menoreh

Sadar akan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan, PT. Borneo Indobara (BIB) sebagai pihak yang merehabilitasi kawasan, juga melakukan pengukuran cadangan karbon di DAS Menoreh.

DAERAH Aliran Sungai (DAS) Menoreh kini telah berbenah. Liukan sungai yang melintasi 34 desa dalam empat kecamatan di Kabupaten Purworejo – Jawa Tengah itu, tak lama lagi akan kembali hijau, rimbun oleh pepohonan aneka buah-buahan. Ancaman bencana alam akibat tanah longsor dan sebagainya, setidaknya dapat dikurangi. Perekonomian masyarakat yang berbasis sumberdaya alam pun akan terangkat.

Tidak hanya itu. Sadar akan lingkungan yang sehat dan berkelanjutan, PT. Borneo Indobara (BIB), sebagai pihak yang merehabilitasi kawasan tersebut, juga melengkapi upaya pembenahan alam tersebut dengan pengukuran cadangan karbon di DAS Menoreh.

Seperti dilaporkan, bersama Alas Tunas Mandiri (ATM), sebuah perusahaan jasa konsultasi manajemen,  dalam kegiatan rehabilitasi DAS Menoreh telah dilakukan pengukuran cadangan  karbon pada 33 plot sampel yang tersebar di 7 desa dan 4 kecamatan. Upaya itu dilakukan di tengah keberagaman ketinggian lokasi yang cukup menyulitkan untuk melakukan plotting.

Identifikasi Aktivitas Rehabilitasi

Secara sederhana, menghitung potensi penurunan emisi karbon adalah mengukur dampak dari suatu aktivitas terhadap pencegahan deforestasi, degradasi hutan, konservasi atau rehabilitasi atau kegiatan penanaman dengan jenis tertentu.

Untuk itu perlu dilakukan identifikasi jenis aktivitas yang sudah dilakukan oleh PT. BIB dalam merehabilitasi DAS Menoreh, baik yang terkait langsung atau tidak langsung dengan upaya penurunan emisi. “Identifikasi jenis ini menjadi penting karena bisa saja dalam suatu wilayah banyak pihak yang melakukan aksi mitigasi. Untuk itu perlu jelas jenis aktivitas dan deliniasi wilayah aksi mitigasi perubahan iklim,” ungkap laporan ATM.

Ditambahkan, bahwa aktivitas yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan stok karbon yang perlu diidentifikasi di lokasi PT. BIB.  Hal ini bertujuan untuk membuat klasifikasi aksi mitigasi. Beberapa aksi mitigasi yang dapat menurunkan emisi atau meningkatkan stok karbon meliputi; pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan, konservasi hutan serta peningkatan karbon stok.

Tergantung Jenis Pohon

Penaksiran serapan karbon tanaman rehabilitasi dilakukan melalui beberapa tahapan. Masing-masing tahapan itu antara lain; perhitungan biomassa pada 5 carbon pool, penentuan potensi biomasa total, Penentuan potensi cadangan karbon, serta penentuan potensi serapan karbondioksida.

Pada DAS Menoreh, PT BIB melakukan penanaman berbagai jenis buah-buahan. Jenis tanaman yang disukai masyarakat di tiap desa dan kecamatan relatif berbeda. Tercatat ada 22 jenis tanaman buah-buahan yang bernilai ekonomi. Selain bernilai ekonomi, jenis tanaman yang terpilih ini juga berpotensi menyerap emisi CO2.

Untuk mengetahui potensi stok karbon dan penyerapan emisi CO2 perlu diidentifikasi nama ilmiah dan berat jenis setiap jenis buah-buahan yang ditanam. Karena setiap jenis pohon buah-buahan memiliki berat jenis yang relatif berbeda. Perbedaan berat jenis ini mempengaruhi penyerapan emisi CO2e.

Pada diameter yang sama maka berat jenis yang lebih tinggi akan memiliki stok karbon yang lebih tinggi atau memiliki penyerapan emisi CO2e yang lebih tinggi dari pada pohon dengan berat jenis yang lebih rendah.

Potensi Penyerapan Emisi

Penanaman pohon buah-buahan itu dilakukan pada empat (4) kecamatan di Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah. Totalnya mencapai 207.600 pohon dalam berbagai jenis. Berdasarkan analisa ahli, dan dengan perhitungan ilmiah, maka jumlah total penyerapan emisi untuk 4 kecamatan tersebut mencapai 43,89 Ton CO2e pada tahun pertama. Hal itu jika semua bibit yang ditanam tumbuh 100%.

Pada tahun-tahun berikutnya, seiring perjalanan waktu peluang penyerapan emisi dari penanaman pohon buah-buahan tersebut akan terus meningkat, meski tidak semua pohon tumbuh. Jika asumsi tumbuh 90%  pada tahun kedua, maka penyerapan emisi dari kegiatan penghijauan di DAS Menoreh itu diperkirakan mencapai 123,33 Ton CO2e. Tahun ketiga dengan asumsi tumbuh 80% penyerapan emisi sebesar 448,90 Ton CO2e. Tahun keempat dengan asumsi tumbuh 80% menyerap emisi sebesar 1.124,13 Ton CO2e.

Lalu pada tahun kesepuluh, meski asumsi hanya tumbuh 70% saja dari total yang ditanam, maka akan bisa menyerap emisi sebesar 11.466,77 Ton CO2e. Peluang penyerapan emisi akan lebih tinggi lagi jika semua tumbuh (100% ), yakni sebesar 16.357,38 Ton CO2e. Tentunya ini merupakan sebuah prospek yang luar biasa.

***Riz dan MRi***

Redaksi Green Indonesia