“Begitu banyak jenis tumbuhan Liana jika kita gali. Maka dari itu kita harus selalu menjaga kelestariannya demi menjaga keseimbangan ekosistem alam ini,” tulis Linda Wige Ningrum.
“TAK hanya manusia yang bisa memanjat,” tutur Peneliti Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dalam tulisan yang dikirimnya ke Redaksi GI beberapa waktu lalu. “Tumbuhan juga bisa memanjat,” terangnya.
Dikatakannya bahwa kelompok jenis tumbuhan satu ini ahli dalam memanjat. Namanya pun cantik; ‘Liana’.
Liana atau bisa disebut dengan nama Woody climber, yakni suatu kelompok jenis tumbuhan yang memiliki juntaian batang panjang. Si cantik ini memerlukan obyek (tumbuhan lain) untuk memanjat agar dapat memperloleh sinar matahari dalam pertumbuhannya. Liana tumbuh subur di daerah hutan hujan tropis. Bahkan si pemanjat ini menjadi ciri khas hutan-hutan di Indonesia.
Liana seolah-olah menjadi parasit bagi pohon lain. Selain itu juntaian batangnya yang tumbuh tak beraturan terlihat semerawut. Namun jangan salah, juntaian batang liana itu memiliki manfaat bagi ekosistem.
Mengapa tidak? Juntaian batang liana yang dapat tumbuh 1,5 – 40 meter lebih di antara pohon-pohon itu memiliki manfaat sebagai tempat pijakan atau bergelantungan hewan-hewan untuk berpindah. Sebut saja monyet misalnya, atau orang utan.
Bahan Kerajinan
Disisi lain jenis tumbuhan liana itu menyimpan banyak potensi.
Banyak kerajinan tangan seperti perabot rumah tangga (kukusan, wakul nasi, dll) dan furniture/ mebel (kursi, meja, dll) yang terbuat dari rotan. Rotan adalah kelompok jenis tumbuhan liana dari famili Arecaeae (palem). Terdapat 13 marga liana sebagai penghasil rotan. Salah satunya marga Calamus.
Sebagai Obat (Herbal)
Tumbuhan liana pun menyimpan potensi sebagai bahan obat tradisional herbal. Ada beberapa jenis dari kelompok liana yang berpotensi sebagai obat, antara lain; Alangium salviifolium (L.f.) Wangerin sebagai bahan obat asma, sakit mata, hipertensi, ambien, sakit punggung, rematik, diare, demam, pengobat bisul, gatal-gatal dan penyakit kulit lainnya.
Jenis liana lain –yang dikenal dengan sebutan akar kuning, oleh masyarakat Suku Dayak Kalimantan digunakan untuk pengobatan malaria, hepatitis, liver, dan gangguan fungsi hati lainnya.
Akar kuning sudah turun temurun digunakan di Indonesia, terutama bagi masyarakat Dayak di Kalimantan. Jenis-jenis tumbuhan liana yang biasa disebut akar kuning ini antara lain Fibraurea chloroleuca, Coscinium fenestratum, Fibraurea tinctoria Lour., Arcangelisia flava.
Pengusir Hama
Ada beberapa jenis tumbuhan liana yang juga berpotensi sebagai pengusir hama. Salah satunya yaitu jenis Anamirta cocculus (L.) Wight & Arn.
Biji yang terdapat di tanaman ini dimanfaatkan sebagai pestisida alami atau sebagai pengusur hama alami khususnya untuk kutu. Biji secara tradisional ditumbuk kemudian diberikan ke tanaman yang terserang hama.
Tanaman Hias
Liana juga dapat berpotensi sebagai tanaman hias. Diantaranya ialah jenis Strophanthus gratus atau yang disebut ‘bunga hantu’.
Jenis ini memiliki warna bunga merah muda dengan bentuk seperti terompet. Saat berbunga wanginya semerbak, seperti aroma bunga mawar, sehingga dikenal juga dengan sebutan ‘Rose Allamanda’. Warna daunnya yang hijau tua mengkilap membuat tanaman ini makin terasa elegan dan cantik.
Ada jenis liana yang tak kalah cantik, yaitu jenis Combretum grandiflorum. Warnanya merah merona.
Tanaman hias liana pun sering ada di sekeliling kita. Bougainvillea spectabilis misalnya. Atau yang sering disebut ‘bunga kertas’. Bunganya pun bervariasi, mulai dari ungu, merah, kuning dan sebagainya.
Linda Wige Ningrum, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)
***Riz***