50 TAHUN PKBSI
Kebun Binatang, Riwayatmu Kini
Oleh : Dr. Rahmat Shah*)
Tak terasa, 50 tahun sudah Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) berkarya. Tepatnya 5 November 2019 lalu PKBSI memasuki 5 dasawarsa kiprahnya sebagai wadah tunggal berhimpunnya para Lembaga Konservasi (LK), yang di Indonesia populer dengan sebutan Kebun Binatang.
Lima dekade lalu, tepatnya 5 November 1969, PKBSI dideklarasikan sebagai sebuah organisasi. Sebagai wadah berhimpunnya LK, dengan segudang potensi, PKSBI digelayuti dengan berbagai tantangan. Mulai dari sentimen negatif organisasi, buruknya persepsi, hingga relatif minimnya dukungan reformasi birokrasi dan penyederhanaan legislasi.
Karenanya, ditengah arus deras perubahan globalisasi, menarik kiranya menyimak riwayat PKBSI hari ini. Menyelami beragam kegiatan dalam upaya membangun kinerja dan prestasi. Bukan untuk menuntut apresiasi. Namun lebih pada upaya membuktikan komitmen profesionalisme dan jati diri. Mewujudkan komitmen dan harapan PKBSI untuk keberhasilan konservasi kehati. Demi Indonesia, kini dan ke depan yang lestari.
Adaptif Perubahan
Pada awalnya, keberadaan taman satwa merupakan sebuah hobiis. Saat itu PKBSI lahir dengan kepedulian besar atas pelestarian satwa di Indonesia, tanpa dukungan wawasan dan pengetahuan yang memadai.
Tidak mengherankan, dalam beberapa dekade lalu istilah kebun binatang memiliki makna mini. Tak lain identik dengan satwa yang dipelihara dalam kandang sempit berjeruji. Tersiksa dan jauh dari sejahtera. Sang satwa pun merana.
Waktu berlalu. Dalam perkembangannya konsep taman satwa bergeser, dari yang bersifat evolutif hingga revolutif. Kebun binatang yang awalnya hanya menjadi tempat peragaan satwa, dituntut memiliki peran dan fungsi yang lebih besar dan luas. Diantaranya adalah perubahan kesadaran sekaligus tuntutan perkembangan zaman, yakni pelestarian keanekaragaman hayati.
Kebun binatang tidak hanya sekedar menjadi tempat rekreasi, melainkan juga berperan dalam fungsi edukasi. Juga kegiatan penelitian pengembangan materi kehati. Termasuk yang paling penting adalah mewujudkan kepentingan pelestarian konservasi.
Dinamika perubahan taman satwa adalah proses transisi dari bentuk awal bersifat “menagerie,” menuju kelembagaan berujud “Zoological Park” atau “Living Museum”. Hari ini, taman satwa berkembang bentuk dan fungsinya sekaligus menjelma menjadi “Conservation Centre” yang lebih berperan sebagai “Envronmental Resource Centre.”
Konsekuensi dari perubahan tersebut, taman satwa harus menempatkan dirinya sebagai pusat konservasi. Menjelma menjadi salah satu sarana dan wadah kegiatan pelestarian keanekaragaman satwa di luar habitat aslinya (eksitu) yang terkait sekaligus dalam rangka mendukung upaya pelestarian keanekaragaman satwa di dalam habitat aslinya (insitu). Hal itu diaktualisasikan melalui kegiatan profesi di bidang konservasi yang meliputi pengembangbiakan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sekaligus kegiatan pelatihan dan edukasi.
Di usia setengah abad ini, PKBSI telah berhasil merangkul 50 LK menjadi anggota PKBSI. Dalam Rakornas PKBSI bulan November 2019 lalu, ditetapkan 3 LK menjadi anggota baru PKBSI. Kini jumlah keseluruhan anggota PKBSI sebanyak 53 LK. Dari hampir 80 LK yang ada di Indonesia. Atau sebanyak 62,5 % diantara LK telah bergabung menjadi anggota PKBSI. Tentu, sebuah kinerja organisasi yang diraih atas dasar tingginya tingkat kepercayaan kepada PKBSI. (Bersambung)
*) Ketua UmumPerhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia
No comment