Dengan direhabilitasinya DAS Menoreh, beberapa kawasan di Purworejo – Jawa Tengah itu akan makin hijau dan lestari. Prospek cerah serta harapan besar pun terbentang di kawasan itu.
MENELUSURI desa-desa di Purworejo – Jawa Tengah, dibutuhkan keterampilan berkendara yang mumpuni. Jalan sempit, berkelok-kelok dan naik turun tanjakan yang curam. Di sini, PT. Borneo Indobara menebar kiprahnya, merehabilitasi Daerah Aliran Sungai (DAS) Menoreh.
Tercatat 34 desa dalam empat kecamatan yang menjadi lokasi rehabilitasi, dengan total luas lokasi mencapai 522,98 hektar. Desa-desa yang terpilih tersebut memiliki kaitan erat dengan Badan Otoritas Borobudur (BOB).
Keempat kecamatan itu ialah Bagelen (103 Ha meliputi 9 desa), Bener (120 Ha meliputi 8 desa), Kaligesing (142 Ha pada 8 desa), serta Kecamatan Loano (153,98 Ha pada 9 desa). Dalam kegiatan itu PT. Borneo Indobara (BIB) menggandeng kerjasama dengan Alas Tunas Mandiri (ATM), sebuah perusahaan perusahaan jasa konsultasi manajemen (management consulting).
Sebagian besar penduduk di wilayah ini adalah petani. Pekarangan rumah ditanami aneka tanaman yang memberi kontribusi kepada pendapatan keluarga seperti kelapa, pisang dan tanaman buah lainnya. Meski demikian, umumnya sumber pendapatan keluarga responden bukan hanya berasal dari pertanian, melainkan dari banyak sumber seperti dari penjualan ternak, berdagang, buruh tani, buruh penyadap getah pinus, tukang batu/tukang kayu dan sebagainya.
Selama 90 hari PT. BIB dan ATM melakukan studi baseline sosial ekonomi dan lingkungan untuk memulihkan kawasan tersebut melalui berbagai pembenahan, baik dari segi sumberdaya manusianya (SDM) maupun sumberdaya alamnya. Dengan demikian, tentunya, prospek cerah serta harapan besar pun terbentang di kawasan itu.
Dihijaukan Kembali
Konservasi adalah sebuah jawaban dalam memulihkan kondisi DAS Menoreh yang hijau lestari. Untuk sesuai permintaan penduduk, beragam jenis bibit tanaman buah-buahan pun disediakan dalam program rehabilitasi tersebut. Ragam jenis tanaman itu disesuaikan dengan ketinggian tempat, agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang ideal.
Seperti dilaporkan kepada GI, bahwa kegiatan Rehabilitasi DAS Menoreh melalui penanaman tanaman buah diperkirakan mulai menghasilkan pada tahun kelima dan seterusnya. Pada saat itu kemungkinan muncul peluang usaha baru yang dapat diisi oleh kelompok-kelompok usia produktif yang ada di desa-desa penerima program.
Berbagai jenis bibit tanaman buah-buahan yang diminati oleh masyarakat di kawasan itu meliputi durian, alpukat, dan manggis. Bahkan ada pula warga yang tertarik untuk membudidayakan tanaman aren.
Terpapar Bahaya
Seperti diketahui, Kabupaten Purworejo selama ini tercatat sebagai kawasan yang menjadi langganan bencana alam. Kondisi demografi wilayah tersebut rawan terpapar bahaya. Hal tersebut terkait dengan kondisi topografi, iklim, geologi, hidrologi jenis tanah dan penggunaan lahan oleh penduduknya.
Berdasarkan historis kejadian bencana, rentang waktu tahun 2017-2021, Kabupaten Purworejo mengalami bencana banjir, tanah longsor, cuaca ekstrem seperti puting beliung, kekeringan, hingga kebakaran hutan/ lahan serta gempa bumi. Untuk itu, kegiatan rehabilitas DAS yang digelar PT. BIB dan ATM tersebut, jelas, merupakan sebuah upaya mitigasi yang perlu didukung oleh berbagai pihak, terutama masyarakat setempat.
Berdasarkan data, diketahui anggota kelompok-kelompok tani penerima program sebagian besar termasuk kategori kelompok usia produktif. Hanya sebagian kecil kelompok tani yang memiliki anggota berusia menjelang lanjut usia.
Namun, seperti dilaporkan, bahwa ada sedikit kecemasan jika keberlanjutan program bisa saja terancam stagnan. Hal ini dikarenakan adanya keengganan para pemuda bekerja di sektor pertanian.
“Hal ini tentu berpengaruh pada masa depan pertanian di wilayah ini. Mengapa tidak? Kaderisisasi anggota kelompok tani tidak dapat berjalan baik, bahkan kemungkinan stagnan,” ucap sumber tersebut. Ditambahkannya, bahwa sepintas hal ini akan berpengaruh terhadap eksistensi serta kegiatan-kegiatan yang dilakukan kelompok tani, termasuk yang berkaitan dengan program Rehabilitasi DAS Menoreh yang telah dilakukan oleh PT.BIB.
Memang, penduduk merupakan komponen terpenting dalam pengelolaan sumber daya alam, termasuk hutan dan sungai. Untuk itu, program konservasi/penyelamatan DAS Menoreh yang berkelanjutan perlu memperhatikan unsur penduduk.
Sumber tersebut menambahkan, bahwa penduduk dapat berperan aktif tetapi sekaligus juga dapat menjadi agen perusak lingkungan jika pemanfaatan sumber daya alam tidak mengindahkan konsep-konsep konservasi.
Peran KWT dan Ponpes
Di desa-desa penerima program, peran wanita, terutama ibu rumah tangga tidak bisa dianggap remeh. Kaum hawa di daerah ini berkontribusi pada setiap tahapan kegiatan usaha tani, terutama pada jenis-jenis pekerjaan yang ringan dan mudah dikerjakan seperti penyiapan bibit, penanaman, hingga perawatan tanaman. Para ibu rumah tangga pun bekerja membantu mencari pakan ternak. Bahkan, di beberapa desa sentra produksi gula kelapa dan gula aren, pengolahan air nira menjadi produk siap jual sepenuhnya dilakukan oleh wanita.
Melihat kenyataan ini, maka PT. BIB dan ATM pun melibatkan peran dan kontribusi wanita tani dalam program Rehabilitasi DAS Menoreh. Pelibatan kaum Hawa tersebut dilakukan sejak awal persiapan hingga penanganan paska tanam.
Salah-satunya ialah Kelompok Wanita Tani (KWT) Rukun Makmur di Desa Semagung. Selain memilih tanaman buah seperti disebutkan tadi, KWT ini minta disediakan pula bibit tanaman pucung. Sedangkan KWT Beringin, Desa Semono minta disediakan bibit tanaman Aren.
Hal ini menunjukkan, para ibu-ibu, terutama anggota KWT, memiliki independensi dan kesetaraan dengan kelompok-kelompok tani laki-laki. Jelas sudah, ini merupakan sebuah gambaran bahwa wanita tani juga mempunyai andil meningkatkan pendapatan keluarga.
Dilaporkan pula jika salah-satu kelompok tani yang menerima penyaluran bibit tanaman buah pada program Rehabilitasi DAS Menoreh PT. BIB tersebut, sekretariatnya berlokasi di sebuah pondok pesantren. Hal ini dikarenakan inisiator pembentukan kelompok tani itu adalah pengasuh sekaligus pemilik pondok pesantren tersebut. Diharapkan, etika, moral dan nilai-nilai islami yang dimiliki ketua dan anggota kelompok tani pasti memengaruhi aktivitas kelompok tani tersebut.
Semoga. ***Riz***