Menuju Pesisir Raja Ampat yang Lestari

Pesisir Kampung Yensawai – Kabupaten Raja Ampat, tidak memiliki vegetasi pelindung alami, cuma tembok yang rentan abrasi dan erosi akibat terjangan gelombang. Sebuah harapan pesisir yang lestari, setelah rehabilitasi mangrove digelar di sana.

ALAM adalah tempat pembelajaran terlengkap. Tentunya jika manusia bisa membaca, mengamati, dan memahaminya. Hal itupun diakui oleh para ahli dari Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam melaksanakan kegiatan rehabilitasi mangrove pada ekosistem pesisir di Kampung Yensawai, Kabupaten Raja Ampat –  Papua Barat.

Dilaporkan bahwa teknik rehabilitasi mangrove sendiri dapat diadopsi dari alam sekitar, seperti pemilihan jenis yang ditanam di lokasi dapat dipelajari dari jenis mangrove yang hidup dan bertahan di lokasi tersebut.

Hal ini pun berhasil diadopsi oleh masyarakat Kampung Yensawai, terutama ketika melakukan teknik penanaman dengan teknik korbon pancang. “Kegiatan rehabilitasi tidak akan berhasil jika tidak ada kesadaran, kemauan, dan gotong royong dari masyarakat untuk memperbaiki dan mejaga kelestarian alam,” tulis laporan yang dikirim ke Redaksi GI tersebut.

Sebuah catatan penting PKSPL, bahwa teknik rehabilitasi di satu tempat belum tentu cocok diterapkan di lokasi lain. Ditambahkan lagi, bahwa teknik rehabilitasi harus senantiasa memperhatikan kondisi alam di sekitar, kondisi masyarakat, dan kearifan lokal setempat.

Pesisir Lestari

Seperti pernah diberitakan GI sebelumnya, Proyek Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Dalam Mendukung Percepatan Pelaksanaan RZWP-3-K telah digelar di Provinsi Papua Barat. Kegiatan ini merupakan proyek berskala internasional yang melibatkan peran masyarakat dan para stakeholder lainnya. Tujuan proyek ini adalah mendukung percepatan implementasi RZWP-3-K Provinsi Papua Barat dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) atau Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD) tepatnya di Kabupaten Raja Ampat.

Salah satu indikator untuk mencapai tujuan tersebut adalah adanya restorasi ekosistem kritis di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, yang meliputi ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang. Ketiga ekosistem ini memiliki peranan penting dalam mendukung kehidupan masyarakat pesisir.

Kegiatan implementasi rehabilitasi mangrove dilakukan oleh Kelompok Korbon Kampung Yensawai. Pesertanya kurang lebih 30 anggota, yang berasal dari Kampung Yensawai Barat dan Kampung Yensawai Timur dan didampingi oleh satu orang tenaga ahli serta satu asisten tenaga ahli. Setiap anggota kelompok tersebut terbagi menjadi 4 kategori yaitu dewasa, pemuda, pelajar, dan ibu-ibu.

Pada kegiatan itu ditargetkan penanaman sebanyak 5000 bibit mangrove di sepanjang pesisir Kampung Yensawai. Sebanyak 10.000 bibit tanaman mangrove dialokasikan, termasuk untuk kegiatan pemeliharaan, yakni penyulaman.

Disebutkan, kampung ini dipilih sebagai lokasi rehabilitasi karena langsung menghadap laut. Kampung Yensawai tidak memiliki vegetasi pelindung alami, tetapi hanya memanfaatkan tembok sebagai pelindung dari terjangan gelombang. Jelas, kondisi  tersebut sangat rentan mengalami abrasi dan erosi.

Tembok-tembok ini pun sebagian besar telah hancur akibat terjangan gelombang kuat dan abrasi pantai. Dengan digelarnya upaya rehabilitasi mangrove pada 14 – 29 Juni lalu itu, diharapkan ekosistem di kawasan tersebut akan terjaga dan menjadi lebih baik.

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *