Forest Healing: Menyerap Energi Positif dari Alam

Ulfah Karmila Sari*)

Terapi hutan bisa diartikan sebagai aktivitas terapi  yang menyatu dengan alam. Menghabiskan waktu di hutan dengan menikmati dan menyerap energi dari hutan, seperti melihat pemandangan hutan, mencium aroma hutan, dan mendengar suara alam telah terbukti memberikan banyak manfaat bagi kesehatan. 

Taman wisata alam Bukit Bangkirai, Kalimantan Timur (sumber: www.kaltimprov.go.id)

HEALING merupakan kata yang sudah tidak asing di telinga kita saat ini, terutama bagi kaum millenial. Umumnya masyarakat melakukan aktifitas healing karena merasa jenuh dan perlu merefresh diri dari segala aktifitas sehari-hari. Hal ini dilakukan semata-mata agar kesehatan mentalnya terjaga.

Aktifitas healing itu sendiri sering dilakukan di alam. Kaum millenial sering pergi healing ke alam, baik hutan dan laut.

Namun tahukah anda? Sebenarnya aktifitas healing di alam sudah lama dilakukan oleh orang Jepang. Masyarakat Jepang sering melakukan healing ke hutan. Kegiatan tersebut dikenal dengan sebutan forest healing atau forest bathing.

Terapi hutan bisa diartikan sebagai aktivitas terapi di hutan yang menyatu dengan alam. Di Jepang dikenal dengan sebutan Shinrin-yoku, yang berarti “mandi hutan”. Dalam praktiknya merupakan kegiatan berjalan-jalan dihutan dengan menikmati suasana alam.

Konsep ini berasal dari praktik kuno Shinto dan Buddha yang menekankan kualitas spiritual dan penyembuhan dari alam. Aktifitas ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1982 oleh Badan Kehutanan Jepang sebagai bagian dari program kesehatan nasional.

Tujuannya adalah untuk mendorong penduduk untuk menikmati dan menghargai hutan dan alam, serta untuk mendapatkan manfaat kesehatan dari berada di alam. Sejak itu, konsep ini telah menyebar ke berbagai belahan dunia dan menjadi semakin populer sebagai bentuk terapi alam.

Selain di Jepang, Korea Selatan juga menerapkan hal tersebut yang diberi nama San-eum yang berarti teduhnya gunung. Program ini diluncurkan oleh Kementerian Kehutanan Korea tahun 2009.

Finlandia memiliki tradisi lama dalam pengobatan dengan memanfaatkan suasana hutan sebagai bentuk perawatan kesehatan. Mereka memiliki berbagai layanan dan program yang menghubungkan orang dengan alam.

Di Amerika Serikat terapi hutan semakin populer sebagai metode alternatif untuk meningkatkan kesehatan fisik dan mental. Berbagai organisasi dan praktisi di beberapa negara bagian menawarkan program-program ini.

Menurut Chae dkk (2021) dalam “The Effects of Forest Therapy on Immune Function” hutan dapat memberikan efek positif bagi kesehatan fisik dan kesehatan mental. Menghabiskan waktu di hutan dengan menikmati dan menyerap energi dari hutan, seperti melihat pemandangan hutan, mencium aroma hutan, dan mendengar suara alam telah terbukti memberikan banyak manfaat bagi kesehatan.  Termasuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh, menurunkan tekanan darah, mengurangi stres, memperbaiki suasana hati, meningkatkan kemampuan fokus, dan mempercepat pemulihan setelah operasi atau sakit (Shosa, 2021; Ideno dkk, 2017; Li dkk, 2016).

Persyaratan Ideal

Tidak semua hutan dapat menjadi lokasi yang ideal untuk terapi. Hutan yang dapat dijadikan tempat terapi memiliki persyaratan dan ketentuan tertentu.

Beberapa diantaranya ialah: Soal keamanan; Hutan harus aman untuk dikunjungi, tanpa risiko dari hewan buas atau bahaya lainnya. 

Hutan pun harus dalam kondisi sehat, dengan berbagai jenis pohon setidaknya memiliki keanekaragaman hayati yang cukup tinggi. Ini menciptakan lingkungan yang kaya dan beragam, yang dapat memberikan manfaat terapeutik.

Dari segi aksesibilitas, lokasi hutan harus mudah diakses tanpa adanya hambatan. Disamping itu, lokasi hutan harus tenang dan damai, tidak terganggu oleh keramaian atau kebisingan kota. Sementara di dalam hutan, perlu ada fasilitas jalur yang memadai. Misalnya jalur atau jalan setapak untuk memudahkan pengunjung berjalan-jalan menikmati suasan hutan.

Tak hanya itu. Topografi hutan juga harus memenuhi syarat. Perlu diperhatikan tingkat kelerangan di lokasi, agar pengunjung dengan usia tertentu merasa nyaman saat berjalan di hutan. Dan yang tak kalah penting lagi; kebersihan. Hutan harus dalam keadaan terjaga kebersihannya tanpa adanya sampah.

Connecting People to Nature

Yang perlu diingat adalah tujuan utama forest healing itu sendiri, yaitu untuk menghubungkan diri dengan alam dan merasakan manfaat kesehatan dari berada di lingkungan alam. Oleh karena itu, hutan yang paling ideal mungkin berbeda-beda, tergantung pada preferensi pribadi masing-masing.

Prinsip connecting people to nature menjadi dasar pelaksanaan program healing forest yang berkelanjutan pada bentang alam unit ekosistem hutan. Tujuannya agar proses terapi yang diberikan memberi dampak nyata untuk kesehatan (Ulfa dan Muslimin, 2022). Praktisi terapi hutan mempelajari keterampilan dan teknik khusus untuk menggunakan alam sebagai terapi.

Ada beberapa saran dari praktisi dalam melakukan terapi di hutan.  Yang pertama; pilihlah lokasi yang dekat rumah, dengan akses yang mudah dijangkau sehingga bisa dilakukan berkali-kali serta tidak memakan waktu yang lama untuk pergi ke lokasi tersebut. Kedua; matikan seluruh perangkat elektronik, terutama handphone. Ini dapat memberikan anda ketenangan dan menikmati pengalaman sensorik dengan hutan.

Ketiga; berjalanlah dengan pelan-pelan, agar dapat melihat dan merasakan suasana hutan sesungguhnya. Duduk dengan tenang dan cobalah untuk menghindari memikirkan daftar tugas kerjaan atau masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.

Keempat; libatkan semua indra. Gunakan kelima indera untuk benar-benar merasakan suasana hutan. Mandi hutan adalah latihan kesadaran di mana Anda memperhatikan segala sesuatu yang terjadi saat ini;

Kelima; disarankan melakukan hal tersebut selama dua jam atau sebatas waktu nyaman anda. Dan keenam; lakukanlah beberapa kegiatan seperti menikmati teh atau secangkir kopi panas agar benar-benar dapat menikmati suasana hutan.

Di Indonesia upaya pengembangan hutan sebagai lokasi hutan terapi telah didukung pemerintah. Badan Standardisasi Nasional (BSN) telah menerbitkan Standar Nasional Indonesia yaitu SNI 9006:2021 mengenai Wisata Hutan untuk Terapi Kesehatan. Dengan adanya SNI ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pengelola kawasan hutan dan pelaku usaha wisata yang ingin menerapkan hutan terapi.

Potensi Forest Healing di Indonesia

Di Indonesia, kita dapat menemukan berbagai lokasi hutan yang cocok atau berpotensi sebagai tempat untuk terapi. Hutan-hutan di Indonesia memiliki keanekaragaman alam yang sangat kaya dan menawarkan berbagai pengalaman alam yang memadai untuk meningkatkan kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan diri. Beberapa hutan terapi potensial di Indonesia diantaranya;

Hutan Pinus Pengger – Yogyakarta. Hutan ini menawarkan pemandangan yang indah dan udara yang segar. Pengunjung dapat berjalan-jalan di antara pohon-pohon pinus yang tinggi dan menikmati suasana yang tenang dan damai. Selain itu terdapat tempat untuk berfoto dengan latar belakang hutan;

Hutan Mangrove Wonorejo, Surabaya: Hutan mangrove ini adalah tempat yang bagus untuk berjalan-jalan dan menikmati keindahan alam. Pengunjung juga dapat belajar tentang ekosistem mangrove dan pentingnya pelestarian hutan mangrove;

Hutan Mangrove di Pulau Bali: Bali memiliki berbagai hutan mangrove yang menawarkan pengalaman terapi hutan yang mendalam. Anda dapat menjelajahi hutan mangrove di daerah seperti Sanur dan Nusa Lembongan;

Hutan Wisata Juanda, Bandung; Hutan ini menawarkan jalur trekking yang menantang dan pemandangan alam yang indah. Pengunjung dapat menikmati suasana hutan yang sejuk dan tenang;

Hutan Wisata Alam Gunung Pancar, Bogor; Hutan ini menawarkan pemandangan hutan pinus yang indah dan udara yang segar. Pengunjung dapat berjalan-jalan di antara pohon-pohon pinus, beristirahat di gazebo, atau berkeliling hutan dengan sepeda. Selain itu tersedia area berkemah bagi pengunjung;

Hutan Wisata Wan Abdul Rachman, Lampung; Hutan ini menawarkan berbagai fasilitas, termasuk jalur trekking, area piknik, dan gazebo. Pengunjung dapat menikmati pemandangan alam yang indah dan suasana hutan yang tenang;

Taman Nasional Gunung Leuser di Sumatra; Ekowisata Tangkahan salah satu daerah konservasi terbesar di Indonesia dan menawarkan pengalaman mendalam di hutan hujan tropis. Pengunjung juga dapat melakukan aktifitas bersama salah satu satwa yang dilindungi yaitu Gajah ;

Hutan Wisata Alam Bukit Bangkirai, Kutai Kartanegara; Hutan ini menawarkan sensasi berpetualang di Hutan tropis dataran rendah Dipterocarpaceae. Ratusan jenis pohon tumbuh di areal ini. Ada Ulin, Bangkirai, Meranti, Jengkol Hutan, Gaharu dan berbagai jenis tumbuhan hutan endemik Kalimantan. Selain itu pengunjung dapat menikmati melihat pemandangan hutan dari atas jembatan tajuk (Canopy bridge).

Jaga Kelestarian Hutan

Sebelum melakukan terapi hutan di lokasi manapun di Indonesia, sebaiknya carilah informasi tentang lokasi tersebut. Terutama izin yang diperlukan, fasilitas dan aturan yang berlaku di tempat tersebut.

Hutan mangrove Wonorejo (sumber: Balai Besar KSDA Jawa Timur)

Selalu patuhi aturan dan pedoman yang ada untuk menjaga kelestarian hutan. Menggunakan pemandu atau terapis terlatih dalam praktik terapi hutan juga dapat meningkatkan pengalaman Anda.

*)Peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Redaksi Green Indonesia