Oleh:Adi Susilo dan Didi Usmadi*)
Drakula adalah karakter fiksi dalam novel karya Bram Stoker yang terbit pada tahun 1897. Drakula sering digambarkan sebagai tokoh yang karismatik, menarik, sekaligus penghisap darah yang sangat mengerikan. Dalam dunia tumbuhan mungkin padanannya adalah Drosera, tumbuhan pembunuh serangga, berwajah cantik.
NAMANYA Drosera, diatumbuhan, tapi karnivora. Hampir semua tumbuhan jenis ini memiliki tangkai bunga yang ramping menjulang tinggi. Bunganya kecil dan biasa-biasa saja, tetapi daunnya diselimuti getah indah berbentuk embun kristal cantik yang sangat menarik dilengkapi dengan aroma menawan.
Serangga yang lewat pasti tergoda oleh getah indah pembawa musibah. Serangga yang mampir langsung terperangkap oleh daun bergetah yang lengket seperi lem. Semakin serangga bergerak untuk melepaskan diri maka semakin kuat cengkeramannya. Dalam sekejap, serangga akan tergulung dalam daun, terbungkus erat dalam pelukan maut.
Drosera dapat ditemukan di berbagai bagian dunia, mulai dari Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Asia, Afrika, hingga Australia. Mereka biasanya tumbuh di tanah yang kekurangan nutrisi, khususnya nitrogen. Oleh karena itu, mereka sering ditemukan di lingkungan seperti rawa-rawa, tanah gambut, pinggiran sungai, padang rumput basah, dan sepanjang tepi danau atau kolam yang asam. Tumbuhan ini juga banyak ditemukan di habitat dengan lingkungan terbuka yang memungkinkan cahaya matahari mencapai daun mereka.
Tumbuhan Unik
Karena umumnya hidup di wilayah yang miskin hara, maka Drosera memiliki teknik perburuan yang memungkinkan mereka mendapatkan nutrisi tambahan dari serangga. Daun Drosera menyerupai bunga yang tersusun spiral sehingga memungkinkan menangkap serangga dari berbagai arah. Permukaan daun dilapisi oleh bulu-bulu halus yang sangat sensitif, disebut trichome.
Trichome adalah struktur yang terdapat di permukaan daun Drosera yang sangat penting dalam proses menangkap serangga. Bahan ini menyerupai rambut. Ujung trichome memiliki kelenjar digestif yang menyerupai embun pagi yang bening, berkilau bak kristal tertimpa sinar matahari (maka dinamai Sundew, embun matahari). Hal ini membuat tampilan Drosera menjadi menawan.
Kelenjar digestif itu mengeluarkan cairan mucilaginous beraroma memikat tetapi lengket, seperti lem, menarik dan menangkap serangga yang hinggap. Serangga hinggap pada permukaan daun yang lengket, akan bergerak mencoba melepaskan diri.
Trichome, yang sangat peka terhadap pergerakan, akan merespon sehingga daun bergerak menutup, melilit serangga yang terperangkap secara perlahan, sehingga serangga semakin kuat terjerat.
Begitu serangga terperangkap, proses pencernaan pun dimulai. Kelenjar digestif pada trichome mulai melepaskan enzim pencernaan yang secara perlahan melumat dan melarutkan daging serangga, kemudian melepaskan nutrisi seperti nitrogen dan fosfor untuk diserap melalui permukaan daun. Nutrisi ini digunakan untuk pertumbuhan dan memproduksi cairan lengket pada kelenjar trichome agar dapat menangkap lebih banyak serangga. Proses pencernaan ini bisa berlangsung selama beberapa hari hingga seminggu, tergantung pada spesies Drosera dan ukuran serta jenis serangga yang ditangkap.
Setelah proses pencernaan dan penyerapan nutrisi selesai, daun akan mulai membuka kembali secara perlahan. Sisa-sisa serangga yang tidak tercerna akan diterjang oleh hujan atau terbawa angin. Daun yang telah membuka kembali siap untuk menangkap serangga lain yang menyatroni.
Drosera memiliki teknik perburuan yang efisien sebagai strategi adaptasi untuk bertahan hidup di lingkungan yang kekurangan nutrisi. Dengan mengandalkan cairan lengket, trichome yang peka pada pergerakan, dan proses pencernaan yang efektif, tumbuhan ini mampu memperoleh nutrisi tambahan dari serangga sebagai sumber makanan mereka.
Drosera memiliki batang yang pendek membantu menopang daun dan mengangkatnya di atas tanah sehingga daun memiliki akses yang lebih baik untuk menangkap serangga yang hinggap. Akar tumbuhan Drosera biasanya pendek dan tipis, berfungsi terutama untuk menyerap air dan nutrisi dari tanah miskin hara.
Karena tumbuhan ini memperoleh nutrisi tambahan dari serangga, akarnya tidak berkembang seperti pada tumbuhan umumnya. Hampir semua Drosera memiliki batang bunga yang ramping menjulang tinggi. Hal ini untuk melindungi serangga penyerbuk terjerat pada daunnya.
Drosera menghasilkan bunga yang kecil dan biasanya tersusun dalam tandan di ujung batang panjang yang tidak bercabang. Bunga-bunga ini biasanya putih, merah muda, atau ungu, dan bersifat self-pollinating (dapat menghasilkan biji tanpa serbuk sari dari tumbuhan lain).
Setiap struktur anatomi Drosera memiliki peranan penting untuk mendukung kehidupan tumbuhan karnivora yang menakjubkan ini. Dari daun yang lengket berpenampilan menarik, kelenjar pencernaan yang efisien hingga bunga yang menjulang tinggi. Setiap bagian berorkestrasi untuk memungkinkan Drosera unggul dalam mencari makan dan bertahan hidup di lingkungan yang keras dan miskin nutrisi.
Seimbangkan Ekosistem
Sebagai tumbuhan karnivora, Drosera membantu mengendalikan populasi serangga dalam lingkungannya. Dengan menangkap dan mencerna serangga, mereka mengurangi jumlah serangga yang dapat merusak tanaman dan mengganggu keseimbangan ekosistem. Penurunan populasi Drosera dapat menyebabkan peningkatan jumlah serangga, yang pada gilirannya berpotensi menimbulkan hama serangga perusak tanaman dan mengganggu kestabilan ekosistem.
Di Indonesia, Drosera dapat ditemukan di berbagai wilayah yang memiliki kelembaban tinggi dan miskin hara.
Sejauh ini tercatat 8 jenis Drosera yang ditemukan di Indonesia. Diantaranya Drosera banksii R.Br. ex DC. di Papua, Drosera burmanni Vahlditemukan di Bangka, Belitung, Kalimantan, Sulawesi, Flores, Sumba, Maluku, dan Papua.
Ada lagi Drosera indica L. ditemukan di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Sumba dan Papua, Drosera lunata Buch.-Ham. ex DC. Di Jawa, Sulawesi dan Papua, serta Drosera petiolaris R.Br. dan Drosera rotundifolia L yang juga ditemukan di Papua.
Selain itu ada pula Drosera spatulata Labill. ditemukan di Sumatra, Kalimantan dan Papua, serta Drosera ultramafica A.Fleischm., A.S.Rob. & S.McPherson di Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Ancaman nyata yang dapat menyebabkan penurunan populasi Drosera di habitat alaminya berupa hilang atau rusaknya habitat alami akibat konversi lahan dan pembalakan liar. Sementara ancaman lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah pengambilan Drosera dari habitat alaminya secara ilegal untuk dijadikan tanaman hias atau diperjualbelikan.
Berdasarkan daftar merah IUCN (International Union for Conservation of Nature), dari delapan jenis Drosera yang tumbuh di Indonesia baru empat jenis yang sudah ditetapkan status konservasi dengan status risiko rendah (Least Concern) yaitu Drosera burmanni, Drosera indica, Drosera petiolaris, dan Drosera rotundifolia.
*) Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN