Diharapkan, dengan memahami bioaktivitas ekstrak pada akar anakan kayu putih, dapat dikembangkan metode pengendalian hama yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
AKAR kayu putih diserang rayap. Kasus itu melanda lahan Perhutani Kuningan, Jawa Barat, pada 2018 lalu. Serangga itu mengancam tanaman, terutama anakan kayu putih berumur tiga bulan. Akibat serangan yang menyantap bagian akar tanaman tersebut, kebun kayu putih jadi merana. Pertumbuhan dan produktivitasnya pun terancam.
Lalu apa yang menjadi pemicu serangan rayap? Sebuah penelitian pun dilakukan untuk mengungkap hal tersebut. Penelitinya adalah penulis sendiri (Oktalia Kusuma Wardani), Mahasiswi Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan – IPB University.
Tujuannya adalah untuk mencari tahu bioaktivitas yang terkandung di dalam ekstrak akar anakan kayu putih tersebut. Beberapa pelarut dengan kepolaran yang berbeda pun digunakan. Mulai dari n-heksana, etil asetat, metanol, dan akuades.
Pemikat Rayap
Proses maserasi digunakan untuk mengekstraksi senyawa yang kemudian diuji melalui metode pengumpanan skala lab dengan no choice terhadap rayap tanah jenis Coptotermes curvignathus, yang dikenal sebagai spesies rayap perusak.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa akar anakan kayu putih yang diekstraksi dengan pelarut n-heksana, mengandung senyawa pemikat serangga. Ini menjadi salah satu alasan utama rayap tertarik pada tanaman tersebut. Diharapkan, dengan memahami bioaktivitas ekstrak pada akar anakan kayu putih, dapat dikembangkan metode pengendalian hama yang lebih efektif dan ramah lingkungan.
Identifikasi bioaktivitas senyawa pemikat serangga ini juga dapat membantu meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan tanaman yang sangat penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia tersebut.*
(Oktalia Kusuma Wardani)
No comment