Tri Warseno, Tri Yuni Indah Wulansari, Deden Girmansyah
Begonia merupakan salah satu jenis tumbuhan yang sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Namun siapa sangka, di balik keindahannya, tumbuhan ini menyimpan potensi besar sebagai tanaman obat.
TANAMAN hias yang populer di kalangan masyarakat ini ternyata mengandung senyawa kimia bermanfaat yang memiliki efek farmakologis. Sebagai tanaman yang berkhasiat obat, bagian tertentu dari begonia seperti akar, batang, daun, bunga maupun hasil ekskresinya dipercaya dapat menyembuhkan atau mengurangi rasa sakit.
Warisan Pengobatan Tradisional
Penggunaan begonia dalam pengobatan tradisional telah tercatat dalam sejarah berbagai budaya di seluruh dunia. Di Tiongkok, misalnya, beberapa spesies begonia digunakan dalam pengobatan tradisional Tionghoa untuk mengobati gangguan pencernaan, peradangan, dan gangguan kulit.
Di Afrika, beberapa suku menggunakan begonia untuk mengobati demam, diare, dan bahkan kondisi seperti malaria. Begonia juga ditemukan dalam pengobatan tradisional di Amerika Latin, di mana tanaman ini digunakan untuk merawat luka dan masalah pernapasan.
Pemanfaatan dan Kandungan Kimianya
Begonia telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional.
Beberapa jenis yang sudah dimanfaatkan antara lain: Begonia lempuyangensis digunakan sebagai obat menghilangkan batuk dan melegakan tenggorokan (Bali), Begonia multangula daunnya digunakan untuk mengobati bisul, sakit kepala, demam (Jawa Barat).
Di Sulawesi, Begonia medicinalis telah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai penyakit. Diantaranya yaitu tumor, kanker, asma, batuk kering, paru-paru kotor, sakit pinggang, ginjal, maag, laksatif, melancarkan haid yang tidak teratur, kencing batu, TBC, kencing manis, eksim, dan asam urat.
Berdasarkan hasil penelitian, begonia mengandung senyawa kimia dan metabolit sekunder yang bermanfaat seperti flavonoid, tanin, alkaloid, dan asam organik. Senyawa-senyawa ini memiliki efek farmakologis yang beragam, seperti antibakteri, antiinflamasi, analgesik, dan antioksidan.
Berdasarkan kandungannya, begonia berpotensi untuk mengobati berbagai penyakit. Diantaranya ialah Infeksi bakteri;
Daun begonia mengandung senyawa antibakteri yang dapat melawan bakteri penyebab infeksi, seperti Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. Contohnya jenis Begonia erythrophylla, B. heracleifolia, B. samperflorens, B. fuchsioides, B. malabarica, B. multangula dan B. floccifera.
Begonia juga digunakan sebagai obat radang. Mengapa? Karena senyawa antiinflamasi dalam begonia dapat membantu meredakan peradangan, seperti pada kasus radang sendi dan sakit perut. Contoh jenis: B. isoptera.
Sebagai obat nyeri: Begonia memiliki efek analgesik yang dapat membantu meredakan rasa sakit, seperti sakit kepala dan nyeri haid. Contoh jenis: Begonia roxburghii (Miq.) DC.
Tanaman hias ini pun bisa mengatasi kanker dan penyakit jantung. Hal tersebut dikarenakan senyawa antioksidan dalam begonia dapat membantu melindungi tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, seperti kanker dan penyakit jantung. Contoh jenis: Begonia malabarica dan B. floccifera, B. robusta, B. isopteran.
Yang tak kalah penting lagi ialahdalam mengatur kadar gula darah dan kolesterol. Senyawa linolenic acid dalam begonia dapat berpotensi untuk menekan kadar kolestrol, mencegah penyempitan pembuluh darah, menunjang perkembangan sistem syaraf bayi, mengatur kadar gula dan meregenerasi sel. Contoh jenis: B. multangula, B. sublobata.
Potensi Pengembangan
Potensi begonia sebagai tanaman obat di Indonesia sangat besar. Hal ini didukung oleh kekayaan jenis begonia asli/liar Indonesia yang berjumlah lebih dari 150 jenis. Begonia liar yang berasal dari dataran rendah cukup mudah dibudidayakan.
Sementara itu, Begonia dataran tinggi memiliki tingkat kesulitan tersendiri dalam budidaya, karena untuk ditanam di dataran rendah memerlukan adaptasi secara bertahap.
Pengembangan begonia sebagai obat herbal di Indonesia harus melalui tahapan penelitian ilmiah, mulai dari penelitian dasar sampai penelitian lebih lanjut, sehingga begonia betul-betul aman digunakan untuk keperluan manusia.
Disamping itu, penulis artikel ini mengingatkan, bahwa ketersediaan bahan baku sangat penting dalam industri obat herbal, sehingga diperlukan pula penelitian-penelitian kearah budidaya jenis-jenis Begonia liar yang ada di Indonesia.
Penulis pun menambahkan, bahwa artikel ini hanya bertujuan untuk memberikan informasi umum tentang potensi tanaman begonia sebagai tanaman obat. Diingatkan pula tentang perlunya berkonsultasi dengan dokter atau ahli kesehatan sebelum menggunakan begonia sebagai obat.
Dengan pengembangan yang optimal, begonia dapat menjadi sumber obat herbal yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat Indonesia.
Tentang Penulis
Tri Warseno, S.Si, M.Sc lahir pada 06 April 1985 di Sukoharjo, Jawa Tengah. Selepas meraih sarjana S1 Biologi FMIPA UNS, tahun 2009 aktivitas penulis sebagai peneliti di Kebun Raya “Eka Karya” Bali – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan fokus penelitian di botani dan perbanyakan tumbuhan hias khususnya suku Begoniaceae, Nepenthaceae dan Ericaceae. Tahun 2020 melanjutkan studi S2 Biologi UGM dengan penelitian mengenai keragaman dan biosistematika suku Begoniaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang peneliti ahli muda di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan fokus penelitian biosistematika Begonia.
Tri Yuni Indah Wulansari, M.Sc dilahirkan di Banyumas pada bulan Juni 1988. Pendidikan S1 ditempuh pada program studi Biologi di Universitas Jenderal Soedirman dan S2 di program studi Biologi Universitas Gadjah Mada. Selepas meraih gelar master, penulis pernah bekerja sebagai dosen Biologi di Universitas Islam As-Syafi’iyah. Saat ini, penulis bekerja menjadi peneliti di Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan jenjang peneliti ahli muda.Dr. Deden Girmansyah, S.Si, M.Si lahir pada 06 Pebruari 1971 di Garut, Jawa Barat. Selepas meraih sarjana S2 Biologi IPB tahun 2008 aktivitas penulis sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Tumbuhan dengan fokus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya suku Begoniaceae. Tahun 2019 melanjutkan studi S3 Biologi IPB dengan penelitian masih pada suku Begoniaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang peneliti ahli madya dan sudah menemukan lebih dari 25 jenis baru Begonia serta menerbitkannya di jurnal ilmiah internasional. ***