Meta Dwi Yanti: VERRA Tidak Cocok untuk Hutan Indonesia

Memang banyak sekali pendanaan dari luar, namun metodologinya terkadang tidak sesuai. VERRA misalnya, tidak cocok dengan kondisi hutan Indonesia.

Meta Dwi Yanti

JELANG penghujung acara, ada ‘Meta”. Lengkapnya Meta Dwi Yanti, Asisten Ahli PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) yang menjadi pembicara dalam Pelatihan Validator dan Verifikator GRK Sektor Kehutanan dan Lahan di Bogor (16 – 18 Nopember 2023).

Di hadapan tak kurang dari 40 peserta training, yang berasal dari berbagai instansi, Meta menyampaikan materi tentang “Ketersediaan Metodologi Proyek GRK Sektor Kehutanan dan Lahan”. Dikatakannya bahwa metodologi adalah hal yang penting. “Kalau metodologi salah, proses validasi dan verifikasi tidak bisa dilanjutkan,” tutur Meta.

Dikatakannya, metodologi adalah salah-satu hal yang krusial dalam proses validasi dan verifikasi. Ada berbagai macam metodologi. Seperti yang disampaikan Meta, diantaranya UNFCCC CDM, SRN, VERRA, Gold Standar, atau Plan Vivo.

Di sesi diskusi, seorang peserta, M. Ikhsan, mempertanyakan apa perbedaan antara metodologi itu. “Sekarang pendanaan dari luar, dan pemain bisnis masih banyak bermain di VERRA atau Gold. Tapi yang ada SRN. Apa sih bedanya?” tanya Ikhsan.

Dijawab oleh pembicara, bahwa memang banyak sekali pendanaan dari luar, namun metodologinya tidak sesuai dengan kondisi di Indonesia. “Tak heran jika Pemerintah Indonesia tidak mengakui VERRA, karena ada beberapa beberapa hal yang  tidak cocok dengan hutan di Indonesia,” jelas Meta.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia