Mengenal Pengetahuan Tradisional Melalui Museum

Nenek moyang bangsa Indonesia hidup berselaras dengan alam. Hal ini dapat dilihat di berbagai museum, seperti baju kulit kayu, pertanian subak dan sebagainya

Diorama Subak di Bali, (Museum Tanah dan Pertanian)

SESUAI dengan Undang-Undang (UU) Pemajuan Kebudayaan No. 5 Tahun 2017 bahwa tujuan dari UU tersebut adalah melestarikan warisan budaya bangsa dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa. Dikatakan bahwa kebudayaan menjadi haluan pembangunan nasional. Salah satu objek dari Pemajuan Kebudayaan adalah pengetahuan tradisional.

Pengetahuan tradisional (indigenous knowledge) adalah pengetahuan khas milik suatu masyarakat atau budaya tertentu yang telah berkembang lama sebagai hasil dari proses hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya.

Lalu bagaimanakah masyarakat dapat melihat dan mengetahui berbagai pengetahuan tradisional tersebut?

Salah satu nya melalui museum…

Museum merupakan lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan takbenda serta mengomunikasikannya kepada masyarakat.

Berdasarkan statistik kebudayaan Indonesia tahun 2019, jumlah museum di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan.

Pada tahun 2009 jumlah museum dari 269 menjadi 435 museum di tahun 2019, baik yang dikelola pemerintah maupun swasta. Jadi, dalam selang waktu 10 tahun ada 166 musem baru.

Hal ini menjadi sesuatu yang luar biasa, dengan semakin bertambahnya jumlah museum secara tidak langsung akan meningkatkan pula promosi pengetahuan tradisional Indonesia.

Nah, museum sebagai salah satu tempat konservasi eksitu pengetahuan tradisional sekaligus sebagai wahana edukasi ilmiah populer kepada masyarakat.

Selaras dengan Alam

Beberapa museum tematik pilihan penulis yang ada di Indonesia menyajikan pengetahuan tradisional. Diantaranya ialah Museum Nasional Sejarah Alam Indonesia (Munasain).

Museum ini memiliki 7.282 koleksi yang menyajikan salah satu pengetahuan tradisional dalam membuat pakaian dari kulit kayu yaitu koleksi ‘Sapai Jomo’ dalam display Bahan Sandang.

Pakaian kulit kayu memiliki tiga fungsi yakni fungsi sosial, budaya dan ekonomi. Ternyata nenek moyang bangsa Indonesia hidup berselaras dengan alam, terbukti dengan terciptanya pakaian kulit kayu tersebut. Tentunya ini hanya salah satu dari sekian banyak koleksi yang dimiliki oleh museum ini.

Ada lagi Museum Tanah dan Pertanian. Museum ini memiliki 200 koleksi, salah satu koleksinya mengenai diorama yang menceritakan budaya ‘Subak’ di Bali. Subak adalah suatu organisasi masyarakat adat yang mengelola irigasi untuk sistem pengairan. Sistem ini menekankan pada keseimbangan dan keharmonisan antar manusia, alam, dan Tuhan sebagai pencipta alam semesta.

Sistem pengairan ramah lingkungan seperti ini juga terdapat di daerah lain seperti Mitracai di Jawa Barat dan Tolai di Sulawesi Tengah.

Selanjutnya Museum Keris Nusantara, dengan 409 koleksi beragam jenis dan ukuran. Di museum tersebut terdapat keris Indonesia yang ditetapkan sebagai warisan budaya dunia.  Pada tanggal 25 November 2005 ditetapkan bahwa keris sebagai the Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity, yang kemudian terinskripsi dalam Representative List of Humanity UNESCO pada tahun 2009.

Keris termasuk kerajinan tangan dan di dalamnya terkandung pengetahuan tradisional serta nilai-nilai kebudayaan. Keris memiliki bentuk dan ukiran yang unik. Salah satu keris yang terkenal adalah Keris Mpu Gandring. Keris tersebut memiliki bentuk, penampilan, fungsi, dan teknik pembuatan yang khas.

Sementara di Museum Batik Indonesia, terdapat 860 kain batik dari perwakilan setiap daerah di Indonesia, yang menjadikan museum ini paling lengkap mengenai koleksi batik. Batik menjadi salah satu Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009.

Salah satu motif batik yang terkenal adalah motif batik Mega Mendung dari Cirebon dan motif parang dari Solo.

Batik adalah karya asli (genuine) dari bangsa Indonesia yaitu berupa sehelai kain yang digunakan dalam matra tradisional dengan beragam hias pola tertentu dengan teknik pembuatan celup rintang menggunakan malam (lilin batik) sebagai perintang warna.

Sejatinya pengetahuan tradisional perlu kita pertahankan sebagai jati diri dan identitas bangsa Indonesia dan bila perlu dikembangkan secara inovatif untuk kemajuan bangsa dan negara.

Marwan Setiawan dan Ida Farida Hasanah, Pusat Riset Ekologi dan Ethnobiologi, BRIN

Redaksi Green Indonesia