Kima merupakan kerang laut raksasa yang banyak dijumpai di Raja Ampat. Kerang raksasa ini merupakan salah satu menu kuliner istimewa yang terkenal di Raja Ampat. Padahal Kima sudah dilindungi dan perlu dilestarikan.
Bagi masyarakat diluar Raja Ampat, istilah kima terasa asing. Masyarakat Indonesia biasa menyebutnya dengan kerang. Hanya saja kima bukanlah sembarang kerang. Tapi kerang berukuran raksasa. Menurut penuturan masyarakat di Yensawai, Raja Ampat, kima bisa mencapai ukuran lebih dari satu meter.
Masyarakat mengumpulkan Kima
Selama ini masyarakat sengaja berburu kima di laut lepas karena kerang raksasa itu sungguh lezat untuk disantap. Daginganya yang banyak dan mudah menangkapnya, menjadikan kima sebagai buruan laut yang mengasyikkan.
Hanya saja setelah kegiatan Bappenas – ICCTF bersama PKSPL – IPB yang hadir di Kampung Yensawai – Raja Ampat, masyarkat jadi mengetahui bahwa kima itu termasuk fauna laut yang dilindungi. Menurut Dr. Arsyad Al Amin, Deputi Direktur Program kerjasama PKSPL – IPB dengan Bappenas – ICCTF, “Dulu kima disuguhkan masyarakat pada tamu sebagi menu istimewa. Masyarakat belum meyadari jika kima termasuk fauna laut yang dilindungi”.
Setelah mengetahui bahwa kima dilindungi, masyarakat Yensawai tidak protes tapi justeru senang. Itu menjadi pengetahuan baru bagi masyarkat dan di laut Yensawai Raja Ampat masih banyak pilihan ikan yang bisa ditangkap untuk konsumsi.
Lima Warna Kima yang Mengagumkan
Masyarakat bukan hanya patuh dengan informasi mengenai keberadaan kima sebagai fauna dilindungi. Tapi masyarakat justeru semangat untuk ikut menjaga kima demi kelestariannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya inisiatif masyarakat untuk mencaari kima ditengah laut dan mengumpulkannya pada satu temapt.
Seperti dikatakan Arsyad Al Amin, “Masyarakat Yensawai itu unik dan keren. Mengetahui kima itu dilindungi, mereka semangat untuk ikut melestarikannya. Mereka cari kima – kima di tengah laut, lalu dikumpulkan pada satu tempat strategis”.
Apabila dipandang dengan mata biasa, tanpa alat bantu, dari home stay milik masyarakat Yensawai, kita bisa menyaksikan kerang raksasa beraneka ukuran dan warna. Minimal kita bisa melihat kima yang berwarna garis biru, kima garis hijau, kima dominan coklat, kima loreng harimau dan kima dominan coklat. Saat ini sudah terkumpul lima jenis atau varietas kima dengan berbagai warna menawan.
Taman Kima Pertama di Indonesia
Perbedaan jenis warna kerang ini belum diketahui apakah karena beda jenis atau memang karena sumber pakannya. Menurut masyarakat setempat, kima itu pada pagi hari atau waktu tertentu membuka mulutnya dan keluar warna yang indah dari dalam tubuhnya. Aneka warna dari dalam tubuh kima ini akan menarik bagi ikan – ikan sekitar dan masuk ke dalam tubuh kima. Jika ikan – ikan sudah masuk, maka mulutnya akan metutup dan ikan – ikan tersebut menjadi santapan istimewa kima.
Masih menurut masyarakat setempat disebutkan jika kima itu kalau menjepit kaki manusia sangat berbahaya. Bisa putus kaki orang yang terperangkap ke dalam cangkang kima yang keras.
Ukuran kima yang sudah banyak dikumpulkan masyarakat Yensawai bervariasi antara 30 – 60 cm. Ada satu kima berarna garis biru yang sudah berukuran sekitar 60 x 40 cm. Pada pagi hari terlihat kima ini membuka mulutnya dan menampakkan keindahan bagian dalam tubuhnya. Inilah yang memikat ikan – ikan kecil.
“Kearifan masyarakat mengumpukan kima pada satu lokasi sungguh perlu diapresiasi. Ini terlihat seperti taman kima. Sepertinya ini adalah taman kima alam pertama di Indonesia. Lihatlah ukurannya yang beragam dan sudah dikumpulkan pada satu lokasi di laut lepas. Mudah dilihat. Lokasi ini bisa menjadi tempat studi tentang kima bagi masyarakat Indonesia dan dunia”, terang Dr. Arsyad Al Amin.
***MRi***
No comment