Bencana Alam & Gejolak Iklim Landa Nusantara

Perubahan iklim (climate change) kian menunjukkan dampaknya. Hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami dampak cuaca ekstrim 2022 ini.

JATUH lalu ketimpa tangga pula. Ungkapan tersebut agaknya pas bagi warga Pasaman Barat – Sumatera Barat, setelah diguncang gempa 6,1 SR pekan lalu. Kini sejumlah desa dan juga tempat pengungsian mereka disapu banjir dan galodo (air bah bercampur material; lumpur, batu dan pepohonan).

Alam memang ganas dan tak kenal ampun. Apalagi jika manusia tidak mempedulikan lingkungan.

Hal yang nyaris sama, sejak beberapa hari terakhir, juga dirasakan anak bangsa di sejumlah daerah. Banjir, hujan badai dan tanah longsor dimana-mana. Perubahan iklim (climate change) kian menunjukkan dampaknya.

Pantauan GI melalui beberapa mediamassa memberikan fakta, bahwa hampir seluruh wilayah di Indonesia mengalami dampak cuaca ekstrim. Belum lagi ancaman gelombang air laut yang selalu diperingatkan BMKG sejak beberapa hari belakangan.

Tragedi Pasaman Barat

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers, Selasa (1/3/2022), memperingatkan agar warga Pasaman Barat, Sumatera Barat (Sumbar), yang bermukim di pinggiran aliran sungai diminta mengungsi. Hal ini untuk mengantisipasi potensi longsor dan banjir bandang pasca gempa bumi magnitudo 6,1 memporak-porandakan daerah Pasaman Barat.

Pasaman Barat. Foto Gunung Talamau dan pasca gempa serta galodo

Dwikorita mengatakan, berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan BMKG, terjadi sejumlah longsoran di sekitar puncak Gunung Talamau yang merupakan lokasi terdekat dengan episenter gempa 6,1 Pasaman Barat.

Sedimen-sedimen longsoran tersebut akan menjadi banjir bandang jika hujan melanda hulu Gunung Talamau. Apalagi saat ini musim hujan masih berlangsung sehingga potensi bencana hidrometeorologi pascagempa menjadi ancaman lain yang mesti diantisipasi dan diwaspadai.

“Dari pemotretan udara zona bahaya ada di semua sungai dari lereng Gunung Talamau pada radius 200 meter dari tepi sungai,” ungkap Dwikorita

BMKG bersama Balai Wilayah Sungai (BWS) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus melakukan upaya mitigasi guna mereduksi dampak jika sewaktu-waktu bencana hidrometeorologi menerjang.

Banjir Dimana-mana

Sebanyak 295 jiwa penduduk di Aceh masih mengungsi akibat banjir yang terjadi dalam beberapa hari terakhir. Demikian seperti dilansir GI dari sejumlah mediamassa kemarin (01/03/22). Banjir melanda Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara dan Kota Lhokseumawe. Ketinggian air mencapai 40 – 120 centimeter.

Laporan Pusdatin BPBD Provinsi Aceh menyebutkan, total warga yang masih terdampak banjir sebanyak 14.289 jiwa dalam 3.980 kepala keluarga yang tersebar di tiga daerah itu.

Di Sumatera Utara, seperti diberitakan, banjir pun melanda sejumlah wilayah.

Selanjutnya, melansir dari SuaraBanten.idSebanyak 5 warga Serang meninggal dunia dalam bencana banjir bandang yang terjadi di Kota Serang, Selasa (1/3/2022). Selain korban meninggal dunia, ribuan warga mengungsi di tempat-tempat yang lebih tinggi di sekiar permukimannya.

Dilaporkan ada sekitar 43 titik wilayah di Kota Serang yang terendam banjir. Puluhan titik banjir tersebut dikonfirmasi terdapat 1.500 rumah yang terendam. Kemudian terdapat 3.500 orang yang mengungsi di beberapa Posko yang sudah disediakan oleh Pemkot Serang. Selain itu, beberapa warga meninggal dunia serta anak-anak yang hanyut akibat tingginya luapan air yang menggenangi Kota Serang.

Sementara itu beberapa mediamassa juga melaporkan, banjir bandang juga melanda dua daerah di Jawa Timur. Banjir paling parah terjadi di Kabupaten Lamongan. Tercatat dua desa di dua kecamatan, yakni Desa Blimbing di Kecamatan Paciran dan Desa Brondong di Kecamatan Brondong terendam banjir.

Banjir bandang terjadi setelah Kali Asin di wilayah itu meluap. Banjir disertai lumpur ini menyebabkan 300 rumah warga di wilayah itu terendam air setinggi kurang lebih 120 centimeter.

Selain Lamongan, kawasan Sampang Madura juga mengalami kondisi serupa. Kurang lebih sebanyak 30 rumah di permukiman warga terendam. Petugas sampai melakukan evakuasi warga sebab ketinggian banjir ada yang mencapai satu meter.

Di Sulawesi Selatan, seperti diberitakan situ Kemenkes (21/02/22), bencana Banjir yang terjadi di 2 kecamatan, yaitu Biringkanaya, Manggala.

Tingginya curah hujan di daerah Makassar mengakibatkan banjir. Kejadian ini mengakibatkan rumah warga terendam banjir dengan ketinggian air 30-60 cm. Dalam data awal yang diperoleh dari dinas kesehatan setempat berkoordinasi dengan beberapa dinas terkait maka jumlah korban yang dapat diinformasikan adalah sebanyak 139 orang diungsikan.

Tidak hanya di Makasar, sejumlah daerah lain di Sulawesi pun dikabarkan terkena dampak cuaca ekstrim. Hujan lebat dan banjir pun melanda Sulawesi Utara dan beberapa wilayah lain. Di Nusa Tenggara Timur (NTT), banjir bandang pun tak kalah ganas dan menimbulkan korban, baik jiwa maupun harta benda.

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *