Puncak II Bogor: Antara Infrastruktur dan Pertanian Berkelanjutan

Jalur Puncak II Bogor – Cianjur mulai bangkit. Semoga membuka prospek yang lebih baik bagi sentra pertanian jiran ibukota Jakarta tersebut.

APALAH daya petani di Puncak Dua (Bogor-Cianjur) Jawa Barat di tengah percaturan pasar saat ini. Yang mereka tahu bagaimana mengolah tanah dan merawat tanaman agar berproduksi maksimal. Selebihnya, kepada para pelaku pasar nasib mereka serahkan. Lahan yang mereka kelola pun tanah garapan,  bisa sewa atau bagi hasil.

Kawasan ini, tidak berlebihan, jika dikatakan kurang mendapatkan perhatian selama ini. Padahal jaraknya tidak jauh dari kota-kota di sekitar pinggiran metropolitan Jakarta. Beberapa lokasi di jalur Puncak Dua selama ini juga terkenal sebagai sentra pertanian yang memasok aneka bahan pangan ke sejumlah pasar induk seperti Kramat Jati (Jakarta Timur), Cikema (Depok – Cibinong), dan Bogor.

Kunjungan Bupati Bogor ke Puncak Dua beberapa waktu lalu

Namun, karena infrastruktur, kondisi pertanian di Kawasan Puncak Dua terbilang miris. Begitu juga di bidang sosial ekonomi lainnya. Hal itu pun diakui oleh Bupati Bogor, Ade M.Yasin. Dikatakannya, bahwa Kecamatan Sukamakmur merupakan daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak, yakni mencapai 17.360 jiwa.

“Saat ini konsentrasi kegiatan ekonomi masih terpusat di wilayah tengah, yaitu Babakan Madang dan Citeureup terutama di sektor industri, konstruksi serta perdagangan dan jasa,” katanya.

Bangun Jalur Puncak Dua

Setelah lama, kini Ade Yasin tampaknya kembali ingin memacu pembangunan Jalur Puncak Dua Bogor – Cianjur. Beberapa waktu lalu, kawasan sejuk namun miris tersebut dikunjungi. Suka-cita pun tampak di wajah-wajah warga desa, terutama Sukawangi, yang merupakan desa paling ujung di timur Bogor, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Cianjur.

Di jembatan Cibeet, tapal batas dengan Cianjur, Sang Bupati bertemu dengan salah-seorang Anggota DPRD Cianjur. Para warga, anak sekolah, dan jurnalis pun mengerubungi. Maklum, kesempatan seperti ini sangat langka di desa tersebut.

Dalam kesempatan itu, Ade Yasin menjelaskan, bahwa dari 5,45 juta Penduduk Kabupaten Bogor, sekitar 10,09% penduduk atau lebih dari 550.000 penduduk yang tinggal di lima kecamatan wilayah Bogor Timur akan terdampak pengembangan jalur Puncak Dua. Kelima kecamatan itu ialah Citeureup, Babakan Madang, Cariu, Tanjungsari, dan Sukamakmur.

“Bahkan lebih dari 190 ribu penduduk di 18 desa akan mendapatkan akses langsung dari jalur Puncak 2 itu,” kata Ade Yasin. Kemudian, lanjut dia, dengan adanya jalur Puncak 2 ini diharapkan akan mendongkrak perekonomian masyarakat Bogor Timur terutama sektor pertanian di wilayah Kecamatan Tanjungsari dan Sukamakmur.

Kembali diakuinya, bahwa wilayah Bogor Timur memiliki potensi alam seperti gunung, Rawa Gede di Desa Sirnajaya dan wisata alam Khayangan di Desa Wargajaya Kecamatan Sukamakmur serta produksi pertanian yang melimpah. Kawasan ini pun terkenal dengal kopi robusta Catang Malang yang sempat mencuatkan nama Indonesia pada salah-satu festival kopi tingkat dunia beberapa tahun lalu.

Nasib Warga

Namun, satu hal tetap saja menjadi tanda tanya besar di benak sebagian warga di kawasan Puncak Dua Bogor, khususnya di Desa Sukawangi. Akankah pembangunan infrastruktur di wilayahnya akan benar-benar memberi ‘angin segar’ bagi kehidupan mereka?

Segelintir warga berceloteh; tanah garapan bakal tergusur, akankah ‘deru kota’ dan pariwisata  bisa berdamai dan berdampingan dengan pertanian? Atau bagaimana dengan persoalan tapal batas Perhutani yang selama ini kerab memicu kecemasan akan hak hidup dan tempat tinggal ribuan warga. Yang disebut terakhir ini memang rumit, dan hingga kini pesoalan tersebut bagaikan tak berujung.

***Riz***

 

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *