LK TERDAMPAK COVID-19 PKBSI MENOLAK TAMAT

Oleh : DR. Rahmat Shah

Ketua Umum Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indonesia

Sejak pandemi korona merebak PKBSI langsung mengkaji berbagai skenario adaptasi. Upaya survival gencar dibangun. Mulai dari efisiensi, hingga pengaturan kembali manajemen pakan satwa. Dari langkah substitusi, pengurangan porsi, hingga pendekatan manajemen pakan lainnya. Semua tetap berdasarkan pada etika maupun prinsip kesejahteraan satwa.

Sudah lebih dua bulan. Corona mewabah  di seluruh dunia. Dalam upaya turut mempercepat pemutusan mata rantai penyebaran virus Covid-19, Perhimpunan Kebun Binatang Se-Indoensia (PKBSI) telah menutup operasional Lembaga Konservasi (LK) atau yang umum dikenal sebagai Kebun Binatang  (KB) yang menjadi anggotanya.

Meskipun telah ditutup untuk pengunjung, satwa koleksi LK tetap dirawat sepenuhnya. Keeper dan dokter hewan rutin memeriksa. Menjaga kesehatan dan kesejahteraannya. Sebuah pekerjaan yang jelas tidak mudah ditengah berbagai keterbatasan yang kian mencekam.

Memperjuangkan LK

Wabah Corona berdampak langsung dan nyata. Penutupan operasional LK telah menghentikan aliran darah (baca: finansial) LK di seluruh Indonesia.  Dari komponen operasional sebuah LK, biaya pakan menduduki peringkat kedua setelah biaya tenaga kerja. Komponen penting lain di urutan ketiga adalah biaya obat-obatan. Kehadiran pengunjung selama ini menjadi sumber pembiayaan operasional sebuah LK.

Sesuai maksud dan tujuan pendiriannya, PKBSI merupakan wadah keberadaan para pengelola LK di seluruh Indonesia. PKBSI memayungi sekaligus memperjuangkan kepentingan seluruh anggotanya dalam mewujudkan pengelolaan LK yang professional dan berkualitas. Sesuai standar dan prinsip kesejahteraan satwa yang menjadi panduan LK di seluruh dunia.

Keberadaan setiap LK anggota PKBSI harus mampu mengaktualisasi visi dam misi dalam mewujudkan fungsi. Ya, LK sejatinya memiliki peran yang khas. Multi dimensi. Selain menjadi sarana konservasi satwa dan  edukasi tentang keanekaragaman hayati, juga menjadi pusat riset dan penelitian di bidang konservasi satwa. Yang paling poluler, LK tentulah menjelma sebagai media rekreasi yang mendidik dan terjangkau secara sosial  ekonomi. Bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dengan kompleksitas fungsi tersebut, jelas tidak mudah menjalankan manajemen operasional sebuah LK. Selain wajib memenuhi fungsi nirlaba, seperti konservasi, riset, edukasi hingga merawat titipan berbagai satwa endemik dan dilindungi milik negara yang tidak sedikit jenis dan jumlahnya, setiap LK juga harus mampu membiayai keseluruhan kegiatan operasionalnya. Termasuk keperluan pembiayaan SDM pengelola dari berbagai tingkatan.

Mengharapkan dana operasional LK dari sumber APBN ataupun anggaran negara sepenuhnya jelas tidak arif. Sementara mengharapkan bantuan asing juga akan berdampak terhadap independensi LK. Karena itu, memiliki intuisi dan kemampuan “manajemen bisnis” bagi kelangsungan operasional LK menjadi kata kunci keberhasilan menjaga kelangsungan dan keberlanjutan operasionalisasi LK. Dengan segala fungsi beserta tanggung renteng resikonya.

Dengan kompleksitas peran tersebut, wajar PKBSI menjadi tumpuan dan harapan setiap LK anggota  untuk mewujudkan visi dan misi di atas. Karena itu, hukum besi resiprositas juga berlaku adil. PKBSI sangat peduli dan mati-matian memperjuangkan kepentingan setiap LK anggota. Baik di kala situasi normal, terlebih di kala sulit seperti saat merebak pandemi Corona saat ini. Sama sekali tidak ada kompromi. Kelangsungan dan keberlanjutan LK anggota PKBSI adalah sebuah harga mati.

Kepedulian Publik

Sebagai wadah LK, sejak pandemi Corona  merebak  PKBSI langsung merapatkan barisan. Mengkaji berbagai skenario adaptasi. Upaya survival gencar dibangun. Mulai dari efisiensi, hingga pengaturan kembali manajemen pakan satwa. Dari langkah substitusi, pengurangan porsi, hingga pendekatan manajemen pakan lainnya. Semua tetap berdasarkan pada etika maupun prinsip kesejahteraan satwa. Inilah yang disebut manajemen professional sebuah LK.

Hal ini penting. Satwa koleksi dan titipan negara memiliki keragaman yang tinggi. Termasuk dalam hal jenis pakan dan penyediaannya. Ada jenis-jenis satwa tertentu yang membutuhkan jenis pakan khusus. Khas. Yang hanya bisa diperoleh dari supplier khusus dengan perlakuan tertentu. Seringkali  dari wilayah yang jauh dari lokasi LK (baca : impor). Pasokan pakan terganggu karena wabah Corona akan berdampak terhadap produksi dan distribusi pakan. Otomatis akan menjadi ancaman juga.

Salah satu program yang kini digagas dan digalakkan PKBSI adalah program donasi pakan untuk satwa. Diberi tajuk “Food for Animal.” Program tersebut bertujuan melibatkan masyarakat luas –baik individu maupun institusi- untuk mendukung dan membantu kelangsungan hidup satwa.

PKBSI juga menggandeng beberapa platform digital seperti KitaBisa.com, partisipasi artis dan tokoh yang memiliki kepedulian tinggi terhadap satwa. Donasi bisa langsung disampaikan ke rekening PKBSI dimana seluruh penerimaan bantuan akan diaudit dan dipertanggung jawabkan kepada publik.

Hasilnya, sejauh ini sangat menggembirakan. Dukungan dan bantuan dari masyarakat luas mengalir lancar. Bahkan tidak sedikit yang datang ke lokasi LK membawa bahan pakan. Seperti buah-buahan dan sayur – sayuran untuk diberikan langsung kepada satwa-satwa koleksi LK di wilayahnya.  Setidaknya hal ini bisa membantu penyediaan pakan satwa yang menjadi koleksi dan titipan negara yang berada dalam pengelolaan LK anggota PKBSI. Tercatat sebanyak 4,912 jenis dengan jumlah populasi sebanyak ± 69,000 ekor.

Hari ini, bahkan Pemerintah Daerah dimana LK berdomisili pun mulai ikut membantu. Gubernur, Bupati hingga Walikota dimana LK berada pun turun tangan membantu. Menyumbang dana puluhan hingga ratusan juta rupiah kepada LK anggota PKBSI. Termasuk pimpinan lembaga tinggi negara. Tercatat Ketua MPR RI Bambang Soesatyo –yang dkenal sangat peduli terhadap kelestarian satwa endemik Indonesia- telah menyumbang langsung kepada salah satu LK.

Pemimpin lembaga tinggi dan para pimpinan daerah dimana LK berada menyadari sepenuhnya. Selama ini, kegiatan PKBSI beserta ± 57 LK anggotanya memiliki kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi daerah. Kegiatan seluruh LK mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 22,000 orang. Dengan jumlah kunjungan tak kurang dari 50 juta orang per tahun, LK mampu membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah melalui multiplier effect kegiatan hotel, restoran, transportasi, suplai pakan dan sebagainya. Termasuk berkontribusi langsung terhadap PAD wilayah Provinsi/ Kabupaten/Kota (PKBSI. 2020).

Penutup

Tentu saja yang tak kalah peduli dan komit adalah peran dan kontribusi KLHK. Ibu kandung LK. Khususnya Ditjen KSDAE, KLHK beserta segenap jajarannya. Dirjen KSDAE, Ir Wiratno, MSc dengan cepat dan sigap merespon apa yang disampaikan DPP PKBSI terkait situasi dan kondisi LK anggotanya.

Melalui koordinasi dan korespondensi, Dirjen KSDAE berupaya membantu memperjuangkan relaksasi pajak kepada instansi teknis dimana yang sementara ini Lk “mati suri.” Selain itu,  membantu agar distribusi pakan dan obatan-obatan satwa dari satu wilayah ke wilayah lain yang ditutup tersebab kebijakan PSBB tetap terjamin dan memperoleh kemudahan.

Belum lagi bantuan alokasi APBN yang saat ini masih terus diproses dan diperjuangkan untuk membantu mengatasi kesulitan likuiditas LK. KLHK menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa dukungan penuh para pihak, maka mimpi buruk skenario terburuk LK bisa   menjadi kenyataan. Suntik mati dan menjadikan satwa herbivore sebagai pakan satwa karnivore. Meskipun semua prosesnya haruslah tetap melalui ijin Ditjen KSDAE sebagai institusi teknis yang mewakili negara selaku pemilik satwa. Dalam konteks ini, Wiratno selaku pemegang otoritas teknis tertinggi telah menjamin akan menghindari kebijakan di atas.

Disini, pentingnya kemitraan yang kuat dan setara antara Ditjen KSDAE dan DPP PKBSI dalam upaya bahu membahu mengatasi dampak Covid 19 terhadap kehidupan satwa dan keberlanjutan LK. Karena itu, sudah selayaknya seluruh LK yang ada di Indonesia menjadi bagian dari organisasi PKBSI. Sehingga peran dan kontribusi PKBSI dalam mendukung dan membantu KLHK bisa lebih efektif dan optimal.

Pada akhirnya. Krisis selalu melahirkan hikmah. Inilah momentum paling tepat bagi KLHK dan PKBSI bergandeng tangan bekerja bersama. Seraya membuktikan ungkapan bijak, “ Besar dan tingginya moral suatu bangsa dapat dilihat dari bagaimana bangsa tersebut memperlakukan satwanya”.

Dengan mimpi dan harapan bahwa kelestarian keanekaragaman hayati satwa endemik dan dilindungi di Indonesia akan selalu tetap terjaga. Selamanya. Semoga.

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *