Yensawai: Bertekad Menjadi Desa Ekowisata

Sembari berterima kasih kepada PKSPL-IPB, ICCTF – Bappenas, Wakil Bupati Orideko Iriano Burdam menyatakan, bahwa Yensawai akan dikembangkan menjadi salah-satu tujuan ekowisata yang penting di Kabupaten Raja Ampat.

TEMARAM sunrise di Pantai Yensawai. Semburat merah jingga pun membayang di hamparan laut yang tenang, bagai kaca berkilau di kaki-kaki homestay milik warga kampung binaan konservasi Pesisir Raja Ampat itu. Prospek cerah sebuah kampung ekowisata bahari pun terbentang sudah.

Siluet rumah panggung homestay di Yensawai

Adalah PKSPL-IPB bersama ICCTF – Bappenas yang sejak setahun belakangan berjuang bersama warga Yensawai membenahi pesisir pantai di kawasan itu. Hasilnya sungguh menggembirakan. Terumbu karang, mangrove dan padang lamun kembali lestari.

Masih diambang pagi itu, saat fajar mulai menyingsing dari tengah laut, dasar pantai tampak jelas. Puluhan kerang besar (kima) di sela lamun, menyapa pandangan dari atas homestay. Bening bak akuarium.

Seperti dijelaskan Dr. Arsyad Al Amin, Deputi Direktur Program ICCTF, bahwa di bawah beberapa homestay itu terdapat Taman Kima. Kerang langka yang ukurannya bisa mencapai kurang dari satu meter itu dikumpulkan  untuk dilestarikan. “Kima-kima itu sudah sangat langka. Tapi di sini (perairan Raja Ampat – red) masih ada,” jelas Arsyad.

Harapan Desa Wisata

Yensawai adalah sebuah desa pesisir di Pulau Batanta (Kecamatan Batanta Utara) Kabupaten Raja Ampat – Papua Barat. Pada suatu pagi, Kamis (10/02/22), sebuah dermaga kecil di Yensawai ramai oleh warga kampung. Suara gendang dan suling menyambut kedatangan rombongan yang turun dari speed boad.

Para tamu kampung itu adalah Wakil Bupati Raja Ampat – Orideko Iriano Burdam, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB – Dr. Fredinan Yuliana, Kepala PKSPL IPB – Dr. Yonvitner, beserta rombongan dan sejumlah wartawan dari Jakarta dan Waisai (Raja Ampat).

Taman Kima

Dalam kesempatan itu, Wakil Bupati mengungkapkan rasa puas dan optimis melihat perkembangan Desa Yensawai, terutama sejak dilakukannya pembinaan warga pesisir oleh PKSPL-IPB dan ICCTF – Bappenas. “Kita di Raja Ampat ini harus memandang ke laut, di sanalah potensi kebanggaan kita,” tutur Orideko.

Sembari berterima kasih kepada PKSPL-IPB, ICCTF –  Bappenas, Wakil Bupati menyatakan, bahwa Yensawai akan dikembangkan menjadi salah-satu tujuan ekowisata yang penting di Kabupaten Raja Ampat. “Kita akan dirikan Bumdes yang khusus mengelola bisnis ekowisata di lokasi ini,” jelas Orideko.

Hal senada juga disampaikan oleh Koordinator Kelompok Rehabilitasi Ekosistem Pesisir Kampung Yensawai, Konstantinus Saleo. Dalam sambutannya, pemuda itu menyatakan besarnya manfaat yang sudah dirasakan warga sejak hadirnya Tim IPB di daerah tersebut. “Selanjutnya, kami bertekad untuk menjadikan Yensawai kawasan ekowisata yang maju di masa mendatang,” jelas Konstan.

Masyarakat Terampil

Menurut Dr. Ferry Kurniawan, Direktur Pogram Kegiatan PKSPL-IPB di wilayah ini, dulunya sudah terjadi abrasi pantai di Yensawai akibat rusaknya ekosistem terumbu karang dan mangrove. Dengan besarnya kemauan warga untuk besama-sama melakukan konservasi, maka kerusakan itu bisa teratasi, kisahnya.

Mangrove baru berhasil tumbuh di Pesisir Yensawai

“Dengan adanya pendampingan dari Tim PKSPL-IPB, masyarakat tampaknya semakin  paham dan terampil dalam melakukan kegiatan-kegiatan pelestarian pantai,” tutur Ferry.

Tidak cukup sampai disitu, gairah warga dalam mengembangkan pariwisata pun mulai tumbuh di Yensawai. Beberapa diantaranya ialah bekembangnya kuliner berbahan baku buah mangrove, pengelolaan homestay, kerajinan tangan dan sebagainya.

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *