Menyingkap Makna Mangga dalam Budaya Jawa Kuno

Wawan Sujarwo*)

Buah Mangga di Salah-satu Panil Relief Candi Borobudur (Sumber: Balai Konservasi Borobudur)

Mengapa ada relief mangga di Candi Brorobudur, dan apa makna mangga dalam kultur budaya Jawa kuno? Ini sebuah tantangan yang perlu dijawab dengan penelitian kolaboratif.

PERNAHKAH Anda ke Borobudur, dan memperhatikan salah-satu relief di candi tersebut? Seperti gambar di atas, penulis meyakini, bahwa relief itu menggambarkan  peradapan saat candi tersebut dibangun, yakni dimasa Dinasti Syailendra (abad 7 – 8 Masehi).

Hal itu didasarkannya dengan pendekatan keilmuan ikonografi, sebuah cabang ilmu yang mempelajari identifikasi, deskripsi dan interpretasi dari sebuah gambar.

Lalu apa makna Mangga yang dalam nama latin dimasukan ke dalam marga Mangifera dan famili Anacardiaceae oleh Linnaeus –dalam bukunya ‘Sistema Naturae yang terbit pada abad 18 yang hingga kini masih menjadi patokan bagi semua penamaan ilmiah yang berlaku secara global.

Namun, sebelum kita angkat beberapa pertanyaan keingintahuan mengenai Mangga, khususnya yang terkait budaya Jawa Kuno, mari kita kenali dahulu, siapa Mangga, dari mana ia berasal, dan ada berapa macam jenis dan varietasnya?

Morfologi daun mangga

Dengan demikian, semoga saya tidak salah jika menyebut gambar relief diatas merupakan salah satu penyokong cerita yang ada di Candi Borobudur yang terletak di Magelang Jawa Tengah, yang diduga saat dibangunnya Candi Borobudur di sekitar abad 7-8 Masehi, kawasan di sekitar candi yang sekarang merupakan bagian dari Kabupaten Magelang adalah pusat dari sebuah peradaban besar Dinasti Syailendra yang tinggalan arkeologisnya dapat kita nikmati hingga sekarang.

64 Jenis Mangga

Mangga yang kita konsumsi dan beli di pasar maupun supermarket kebanyakan merupakan jenis varietas yang dikembangkan oleh para breeder dengan mengambil sifat atau karakter unggul dari jenis mangga lokal. Wajar saja jika para pemulia atau breeder menciptakan varietas mangga unggul yang memiliki rasa enak dan laku di pasaran. Meskipun demikian, tentunya masih ada mangga lokal yang di jual di pasaran, salah satu jenis mangga lokal tersebut adalah Mangifera indica.

Jenis mangga ini adalah yang paling umum dijumpai dan ditanam oleh masyarakat kita, karena memiliki rasa yang lebih enak dari jenis mangga lainnya, misalnya Wani (Mangifera caesia), dan Kuweni (Mangifera odorata).

Data POWO (the plants of the world online) memperlihatkan adanya 64 jenis mangga dari marga Mangifera yang aslinya diduga berasal dari Asia Selatan, Indochina, China bagian selatan, hingga Asia Tenggara, dengan persebaran hampir di seluruh Dunia, khususnya wilayah Tropis.

Persebaran Species Marga Mangifera di Dunia (Sumber: the plants of the world online (POWO, 2023)

Kembali lagi dalam bahasan cerita relief Candi Borobudur, dari hasil studi pendahuluan kami pada relief Karmawibhangga, yang terdiri dari 160 panil, menemukan bahwa Mangga adalah jenis tumbuhan yang paling sering muncul di dalam panil relief dibanding jenis tumbuhan lainnya seperti pisang (Musa x paradisiaca), kelapa (Cocos nucifera), dan manggis (Garcinia mangostana).

Temuan tersebut cukup mengejutkan, karena di masa sekarang pisang dan kelapa merupakan komoditas buah yang cukup mendominasi, khususnya di Jawa, Bali, bahkan di Indonesia secara umum. Produktivitas buahnya pun tidak mengenal musim. Sedangkan Mangga, seperti yang kita tahu memiliki keterbatasan musim berbuah dalam setahun yang umumnya hanya sekali.

Asli Nusantara?

Hasil studi pendahuluan kami pada Ikonografi Karmawibhangga, khususnya terkait Mangga, malahan menimbulkan banyak tanya yang lebih dalam. Dan pertanyaan mendasar terkait Mangifera indica adalah; apakah jenis mangga ini memang asli dari tanah Nusantara atau tidak?

Indica tentu saja mengacu pada kawasan floristik India dan sekitaranya –jika kita mengacu pada Sistema Naturae yang saya sebutkan diatas. Namun pesebaran tumbuhan jauh lebih tua dari bukunya Linnaeus yang dirilis pada abad 18.

Jika kita mengacu pada teori pembentukan benua pada ratusan juta tahun lalu, yang hanya ada Gonwana dan Laurasia, tentu saja antara kawasan India dan Asia Tenggara berbeda benua, dimana India dulunya adalah bagian dari Gonwana dan Asia Tenggara adalah bagian dari Laurasia.

Selain itu, banyak buku-buku modern yang ditulis para ilmuwan Barat menyebutkan, bahwa center of origin mangga adalah kawasan India dan sekitarnya. Lalu apakah ada jenis mangga yang memang asli tumbuh dengan sendirinya di tanah Jawa atau Nusantara?

Jika tidak ada, kapan dan bagaimana ditanamnya mangga dari India ke Tanah Jawa untuk pertama kalinya? Serta apa makna mangga dalam kultur budaya Jawa kuno waktu itu? Karena temuan kami pada relief Karmawibhangga dan hasil studi lainnya pada relief-relief Candi Borobudur memperlihatkan, bahwa pamahat relief mampu memberikan ciri mangga yang berbeda.

Saya menduga, itu tidak hanya dari satu jenis saja, melainkan beberapa jenis, karena kami menemukan bentuk buah mangga yang berbeda-beda diantara satu panil relief dengan yang lainnya. Ataukah masyarakat Jawa pada waktu itu sudah mengenal jenis mangga varietas seperti yang kita nikmati sekarang? Ini semua perlu dijawab dengan penelitian kolaboratif. 

*) Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

***Riz***

Redaksi Green Indonesia