Bukan hanya perkara biaya dan sulitnya akses teknologi, tapi penerapan green energi sebaiknya menjadi norma, di tengah dunia yang kian resah dan ancaman perubahan iklim.
SEORANG petani di Pasaman Barat tidak mau menyerah dengan kondisi jauhnya lokasi kebunnya dari perkampungan. Di pelosok kaki Gunung Talamau, petani bernama Dedi (53 th) melengkapi fasilitas kebunnya dengan pembangkit listrik tenaga surya untuk berbagai keperluan usaha taninya.
Alhasil, terciptalah kondisi kebun yang asri dan benar-benar ‘green’. Inilah sebuah potret agribisnis yang ideal, tidak tergantung pada bahan bakar fosil (bensin dan sebagainya) yang notabene harus dibeli jauh ke perkampungan.
“Jika ada sungai di sekitar kebun, bisa saja saya akan usahakan membangun PLTA mini,” ucapnya saat bertemu GI belum lama ini, usai membeli sebuah panel surya di Jakarta.
Green Energi
Dapat dibayangkan, jika semua petani dan warga pedesaan berpikiran seperti itu. Maka desa terpencil sekalipun akan semarak. Disamping kemandirian energi, lingkungan pun terasa asri dan lestari.
Memang, bahan bakar fosil bertanggung jawab atas perubahan iklim, dan juga berkontribusi besar terhadap hilangnya keanekaragaman hayati dan polusi. Untuk itu, pergeseran dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan adalah langkah yang perlu dikembangkan sampai ke pelosok desa dan kebun terpencil milik petani.
Saat ini, sekitar 80% energi global dan 66% pembangkit listrik dipasok dari bahan bakar fosil, menyumbang sekitar 60% emisi gas rumah kaca (GRK) yang bertanggung jawab atas perubahan iklim.
Cukup banyak pilihan energi terbarukan yang bisa diterapkan bahkan sampai ke pelosok desa.
Salah-satu diantaranya ialah konsentrator tenaga surya.
Pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan panel surya bukanlah teknologi yang asing untuk saat ini. Apalagi, belakangan ini banyak orang yang mulai memasang panel surya untuk mencukupi kebutuhan energi listrik mereka. Sejumlah negara bahkan perusahaan energi juga berfokus mengembangkan kapasitas PLTS dalam beberapa tahun ke depan.
Kini, teknologi yang sedang naik daun dari panel surya adalah konsentrator tenaga surya. Dengan menggunakan cermin untuk memfokuskan sinar matahari ke zona yang lebih kecil, cahaya menjadi terkonsentrasi. Makin praktis dan sangat mungkin digunakan oleh petani.
Selanjutnya ada istilah ‘waste to energy’. Ini merupakan sistem yang mengubah sampah atau barang-barang yang bernilai ekonomis rendah menjadi energi. Sistem ini adalah proses menghasilkan energi dalam bentuk panas atau listrik dari sampah.
Masih banyak sumber energi terbarukan lainnya, seperti pembangkit listri tenaga angin misalnya. Tentu saja hal ini disesuai dengan kondisi ketersediaan anginj yang cukup di sebuah lokasi.
PLTA Mini
Inilah pilihan yang paling memungkinkan, mengingat banyaknya potensi tenaga air di pedesaan. Dewasa ini, dengan tersedianya paket-paket yang dapat dibeli dengan mudah, PLTA mini bisa dibangun oleh petani. Pada beberapa toko online seperti Bukalapak, Tokopedia, Lazada atau Sofie misalnya, perlengkapan PLTA mini kini dijual dengan berbagai ukuran.
Pada prinsipnya PLTA mini terdiri sejumlah perangkat sederhana, mulai dari kincir air (sebagai turbin), generator (dinamo), pengatur tegangan dan aki.
Kincir air/ turbin air merupakan penggerak utama generator. Tugas utama turbin ini adalah menangkap arus derasnya air di bilah-bilah turbin yang dirancang sedemekian rupa, sehingga efektif memutar turbin. Semakin kuat arus air maka akan semakin kencang pula putarannya. Tips, sebaiknya corong air di tempatkan lebih tinggi dari turbin air.
Yang kedua; generator. Gesekan stator dapat menimbulkan medan elektromagnetik yang menghasilkan listrik. Tersedia beragam jenis generator yang diterapkan, mulai untuk skala kecil hingga yang lebih besar.
Yang ketiga ialah alat pengaturtegangan listrik(controller). Alat ini bertugas untuk mengatur power supply agar tegangan tetap stabil untuk dikonversi dari DC ke listrik AC 220V. Yang keempat; Accu Seal Lead Acid, yang berfungsi sebagai back up power bank apabila supply generator putus atau tegangan berkurang.
Dan yang terakhir yaitu Inverter DC to AC. Peran utama modul ini adalah merubah hasil generator dari battery (SLA) 12 VDC ke tegangan jala-jala listrik 220VAC.
Selain itu, petani atau warga desa tinggal melengkapi PLT mininya dengan bangunan serta jaringan kabel. Cukup sederhana bukan? Tidak terlalu rumit, dan energi terbarukan pun terwujud.
***Riz***
No comment