Bagaimana Membangun Arboretum di IKN?

Nina Mindawati*) dan Yulianti**)

Sebaiknya arboretum diisi dengan jenis pohon lokal yang ada di kawasan IKN, terutama jenis yang mempunyai fungsi tinggi baik secara ekonomi, ekologi  dan sosial, sekaligus sebagai show window  miniatur hutan hujan tropis  Kalimantan.

ARBORETUM berasal dari kata ‘arbor’ yang berarti pohon, dan ‘retum’ atau tempat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arboretum adalah tempat berbagai pohon ditanam dan dikembangbiakan untuk tujuan penelitian atau pendidikan.

Penulis: Nina Mindawati (kiri) dan Yulianti (kanan)

Selain itu, arboretum dapat dijadikan sebagai sumber benih dan plasma nutfah, konservasi keanekaragaman hayati, daerah resapan air, dan mitigasi perubahan iklim.

Keberadaan arboretum di suatu areal ibu kota, tentu sangat berguna bagi kehidupan di masa depan. Ini sungguh menarik, karena selain berfungsi secara ekonomi, ekologi dan sosial, juga sebagai buffer plasma nutfah dan miniatur hutan hujan tropis Kalimantan.

Konservasi (Eksitu, Insitu)

Konservasi sumberdaya alam dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara konservasi insitu dan eksitu. Arboretum dengan jenis flora dan fauna dari lokasi calon Ibu Kota disebut ‘insitu’. Tujuan kehadirannya ialah untuk melindungi, mengelola dan memonitor keberadaan dan pertumbuhan jenis lokal setempat, sehingga proses evolusi secara alami dapat terjaga dan berkelanjutan.

Sedangkan secara ‘eksitu’  adalah konservasi suatu jenis tumbuhan di luar distribusi atau habitat alaminya. Tujuannya untuk melindungi suatu jenis, dengan cara mengambil benihnya dari habitat alaminya dan menumbuhkan di arboretum calon lokasi Ibukota tersebut.

Penentuan jenis diawali dengan identifikasi jenis yang ada di areal kawasan Ibu Kota yang pengelompokan jenisnya di bagi dua kelompok, yaitu kelompok Dipterocarpacea dan kelompok non Dipterocarpacea. Diharapkan minimal semua jenis yang asalnya dari lingkungan areal tersebut tergambarkan dalam dua buah arboretum.

Sementara pengayaan dapat pula dilakukan dengan menambahkan jenis secara konservasi eksitu. Misalnya dari daerah khusus penyebarannya di sekitar Kalimantan agar penyesuainya dengan lingkungan setempat lebih cepat .

Beberapa jenis yang dapat ditambahkan di Arboretum jenis Dipterocarpacea dan non dipterocarpacea.

Dipterocarpacea merupakan jenis tanaman penghasil kayu dan non kayu yang bernilai tinggi. Kayunya berkualitas sangat baik untuk bahan baku industri perkayuan dan sebagai penghasil non kayu berupa minyak keruing, damar, lemak tengkawang, kapur barus dan tanin.

Penyebaran dan jumlah jenis pohon Dipterocarpaceae di Indonesia, khususnya di Kalimantan adalah : Shorea (127 jenis), Hopea (42 jenis), Dryobalanop (7 jenis), Vatika (35 jenis), Cotylolebium (3 jenis); Anisoptera (5 jenis), Dipterocarpus (41 jenis), Parashorea (6 jenis), dan Upuna (1 jenis).

Sementara arboretum non dipterocarpase sebaiknya di bagi dalam 2 zona, yaitu zona untuk jenis yang lambat tumbuh,  dan zona untuk jenis yang cepat tumbuh.


Zona Lambat Tumbuh

Di daerah Ibu Kota Negara baru ada beberapa jenis flora yang berstatus dilindungi pemerintah berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 2016 Tahun 2018, CITES, dan IUCN Red List. Diantaranya ialah Shorea spp., Eusideroxylon zwagerii, Aquilaria malaccensis, A. microcarpa, Dryobalanops beccarii, Agathis borneensis, dan Gonystylus bancanus.  

Jenis tersebut termasuk jenis yang lambat tumbuh dan mempunyai kualitas kayu yang tinggi. Jenis lainnya yang dapat ditambahkan melalui konservasi eksitu; seperti Castanopsis argentea, Diospyros celebica, Aqualaria filarial, Intsia bijuga, Pericopsis mooniana, Taxus sumatrana, Swietenia mahagoni, Araucaria spp.,Diospyros celebica Scorodocarpus borneensis  dan sebagainya.

Dalam memilih jenis untuk ditanam di Arboretum, yang perlu diperhatikan adalah jenis terpilih dan dapat tumbuh di lokasi Ibu Kota Negara. Artinya, harus sesuai dengan karakteristik tempat tumbuhnya dan tidak mempunyai sifat invasive.


Zona Cepat Tumbuh

Arboretum jenis cepat tumbuh sebaiknya diisi dengan jenis yang berasal lokasi setempat dan diperkaya dengan jenis cepat tumbuh lainnya. Yang penting sesuai syarat tempat tumbuhnya, bernilai ekonomis dan bisa meningkatkan fungsi konservasi, sebagai back up species dan alternatif jenis di masa depan.

Jenis tersebut antara lain : Eucalyptus sp.; Acacia sp.; Paraserianthes falcataria; Anthocephamus cadamba;  A. macrophyllus; Duabanga moluccana; Octomeles sumatrana; Eucalyptus urophylla; Ficus variegata; F. callosa; Maesopsi emenii ; Nauclea orientalis; Michelia champaca ; Peronema canestens ; Hibiscus macrophyllus; Manglietia glauca Blume dan lain sebagainya.

Sebuah Tantangan

Tantangan terbesar dalam pelestarian jenis-jenis tanaman adalah sulitnya mempertahankan suatu jenis dari keberadaannya. Ancaman akan selalu ada.

Oleh karena itu, suatu pembangunan arboretum di suatu areal yang lokasinya berdekatan dengan lokasi Ibu Kota Negara baru yang luas, merupakan suatu keharusan agar dapat mempertahankan keberadaan jenis-jenis asal yang ada di lokasi calon Ibu Kota.

Diharapkan, arboretum tersebut dapat merupakan show window-nya sebuah ibukota. Di sana, berbagai pihak bisa melihat bukti sejarah bahwa jenis-jenis tersebut dulu berada disana. Sementara manfaat lainnya ialah sebagai sumber benih di masa depan, tempat wisata, pendidikan, penelitian dan menghasilkan inovasi yang bermanfaat untuk peningkatan keanekaragaman hayati di Indonesia.

*)Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN, **)Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan, BRIN.

Redaksi Green Indonesia