Dr. I Wayan S Dharmawan: Pentingnya Baseline Dalam Penghitungan Emisi

Dinamika perubahan periode baseline adalah hal yang biasa terjadi kegiatan aksi mitigasi di sektor kehutanan.

SEPERTI biasa, pelatihan yang digelar PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) bersama IPB University, selalu dilengkapi dengan praktek (di lapangan atau di kelas). Jadi, bukan hanya sebatas teori. Pada sesi terakhir di hari kedua Pelatihan Penyusunan DRAM Sektor Kehutanan dan Lahan, para peserta training pun mengikuti praktek. Instrukturnya seorang Doktor. Dialah Periset dari BRIN, Dr. I Wayan S Dharmawan. Bersama 40-an peserta training, Dia berdiskusi dan membahas secara rinci mengenai metode penghitungan baseline dan aksi mitigasi dalam rangka penyusunan Dokumen Rencana Aksi Mitigasi (DRAM). Wayan menekankan pentingnya pemilihan dan penetapan skenario baseline. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa upaya mitigasi yang dilakukan dapat diukur dengan tepat.

Pentingnya Baseline
Lebih jauh Wayan menjelaskan, bahwa baseline emisi adalah tingkat emisi rata-rata historis sebelum aksi mitigasi diterapkan. “Baseline ini sangat penting sebagai nilai acuan untuk mengukur efektivitas pengurangan emisi atau peningkatan serapan GRK,” jelas Peneliti BRIN tersebut. Ditambahkannya, bahwa untuk menetapkan baseline, beberapa kriteria yang harus diperhatikan meliputi:

Signifikansi Carbon Pool: Hanya carbon pool yang signifikan—di atas 10% dari total emisi atau luas area—yang dimasukkan dalam baseline.

Periode Baseline: Periode akhir baseline maksimal adalah dua tahun sejak program intervensi dimulai, atau dapat mengikuti akhir periode 2nd FRL (tahun 2020).Sebagai contoh, jika intervensi dimulai pada tahun 2022, periode baseline dapat menggunakan rentang waktu 2010–2020.

Data Faktor Emisi: Penggunaan data faktor emisi minimal harus Tier 2, dengan spesifikasi yang relevan dengan lokasi dan menyediakan informasi mengenai ketidakpastian. Untuk hasil yang lebih akurat, disarankan menggunakan data Tier 3.

Batas Kesalahan: Dalam menjawab validator, pemahaman bahwa kesalahan maksimal sebesar 20% harus diperhitungkan.

Penghitungan Emisi
Menurut Wayan, dalam konteks aksi mitigasi, emisi yang tetap terjadi meskipun ada proyek mitigasi, disebut sebagai emisi aksi mitigasi. Pengurangan emisi dihitung sebagai selisih antara baseline emisi dan emisi yang terjadi setelah aksi mitigasi diterapkan. “Jika perhitungan menghasilkan nilai negatif, ini berarti aksi mitigasi berhasil meningkatkan serapan emisi,” jelas Wayan.

Dinamika Periode Baseline
Mengenai pertimbangan penggunaan periode dua tahun dalam baseline, Wayan menjelaskan, bahwa dinamika perubahan di sektor kehutanan biasanya terjadi dalam rentang 2-3 tahun. “Menggunakan periode yang lebih panjang dapat berisiko tidak menangkap baseline sebelumnya yang lebih konservatif, sehingga mempengaruhi akurasi pengukuran,” ungkapnya. Wayan juga menekankan, bahwa perubahan baseline dapat dilakukan dalam beberapa kondisi, seperti adanya dinamika kebijakan baru, penerapan teknologi baru, atau perubahan dalam pool karbon organik tanah. “Perubahan ini harus didokumentasikan dengan baik dalam DRAM,” tegasnya. Tujuannya adalah untuk memastikan kejelasan dan transparansi dalam proses penghitungan emisi.

Rizqi

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *