Ragam dan Potensi Dracaena di Indonesia

Diah Sulistiarini, Siti Sunarti dan Rugayah

Apa dan mengapa tumbuhan dracaena? 

DRACAENA merupakan kelompok tumbuhan yang anggotanya sangat beragam, termasuk dalam suku Asparagaceae. Kelompok tumbuhan ini memiliki perawakan pohon, perdu ataupun terna, daunnya sangat beragam bentuk dan warnanya serta memiliki bunga  majemuk yang tersusun dalam rangkaian tandan atau  malai. 

Bunga tunggalnya memiliki  perhiasan berwarna kuning pucat kehijauan, berbentuk tabung, dan harum baunya. Sehingga istilah harum dalam bahasa ilmiahnya “fragrans” disematkan sebagai nama penunjuk jenis pada salah satu jenisnya yaitu Dracaena fragrans.

Jenis tersebut berbatang kokoh dan berkayu, berwarna putih kecokelatan, dengan daun  lanset memanjang. Bunganya tersusun dalam rangkaian malai berwarna putih kotor, lembayung pucat jika mekar dan harum baunya.

Dalam Plant of the World Online (https://powo.science.kew.org) disebutkan, bahwa jenis tersebut tumbuh di lahan kering daerah tropik dan berpotensi sebagai pembersih lingkungan, serta sebagai obat dan makanan. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk potensinya. Yang jelas, jenis ini sudah banyak ditanam di Indonesia sebagai tanaman hias.

Berkembangnya ilmu pengetahuan molekuler saat ini, memberikan dampak yang sangat besar terhadap pengelompokan jenis-jenis tumbuhan, juga hewan dan jasad renik.

Kelompok tumbuhan  Dracaena  saat ini juga mewadahi kelompok tumbuhan berdaun pedang-pedangan atau disebut juga lidah mertua (Sansevieria) dan kelompok daun suji (Pleomele) berdaun memita. Ketiga kelompok tumbuhan tersebut memiliki karakter morfologi yang sangat berbeda.

Kelompok Dracaena dan Pleomele pada umumnya memiliki batang berkayu, sedangkan kelompok Sansevieria adalah kelompok yang tidak berbatang, daunnya tumbuh langsung di permukaan tanah. Ketiganya di satukan karena memiliki  struktur bunga yang sama dan kandungan molekul DNA yang serupa.  Kelompok lidah mertua, di antaranya Sansevieria trifasciata, sekarang nama tepatnya atau nama yang diakui di dunia tumbuhan saat ini, adalah Dracaena trifasciata. Sedangkan kelompok Pleomele diantaranya yang terkenal adalah Pleomele angustifolia yang nama tepatnya sekarang Dracaena angustifolia.

Jenis yang disebut terakhir sudah umum ditanam di Indonesia sebagai pewarna hijau alami pada makanan, namun dalam Plant of the World Online disebutkan daun suji dimanfaatkan juga sebagai pakan ternak.

Ragam Jenis Dracaena

Dracaena sangat banyak jenisnya. Dilaporkan ada 238 nama jenis yang tepat dan diterima saat ini (Plant of the World Online, diakses pada tanggal 24 Maret 2024). Penyebarannya merambah seluruh jagat dunia, dan sebagian besar jenisnya berasal dari Afrika. Sekitar 18 jenis diantaranya terdapat  di Indonesia, umumnya tumbuh liar atau meliar.

Satu jenis diantaranya yaitu D. Angustifolia, merupakan jenis kosmopolitan yang tersebar luas, dapat dijumpai hidup di hutan maupun telah ditanam.

Pengamatan sepintas terhadap maraknya perdagangan tanaman hias belakangan ini, memperlihatkan bahwa jenis-jenis Dracaena dari luar Indonesia banyak diperjual-belikan di gerai-gerai nursery yang tersebar luas, khususnya di Jawa. Sehingga diprediksi  keanekaragaman jenis Dracaena semakin bertambah jumlahnya.

Sekitar tahun 2000, telah dipublikasikan jenis baru berasal dari Sumatra, yaitu D. jiewhoei Hambali, Sulistiarini & Rugayah. Jenis tersebut berperawakan perdu, memiliki daun cantik, hijau cerah bertotol putih dan berbunga majemuk. Malainya bermahkota putih kehijauan.

Kecantikan inilah yang menjadikan pemulia tanaman hias, Alm. Gregory Hambali, yang menemukannya pertama kali, tertarik untuk menyilangkannya dengan jenis lainnya, yaitu D. Cantlyei. Persilangan itu menghasilkan keturunan F1 hibridnya yang diberi nama Dracaena ‘JT Stardust’ (D. jiewhoei x D. cantleyi).

(Kiri ke kanan): Dracaena jiewhoei, Dracaena ‘JT Stardust’, Dracaena cantleyi (Foto Diah Sulistiarini)

Satu kandidat jenis baru berasal dari Bangai Kepulauan, Sulawesi, telah dipersiapkan untuk publikasinya. Jenis ini berperawakan perdu hingga pohon kecil, berdaun melanset hingga membundar telur sungsang, bertotol potol putih jarang, dengan perbungaan majemuk malai, bermahkota warna putik kekuningan. Diyakini bahwa jenis- jenis baru lainnya yang masih tersebar luas di Nusantara ini masih menunggu untuk dikoleksi dan diteliti.

Beberapa jenis Dracaena yang banyak dijumpai pada penjual tanaman hias, yang menurut pustaka, persebarannya belum tercatat dalam Plant of the World Online ada di Indonesia. Di antaranya adalah Dracaena surculosa. Jenis ini di dunia perdagangan disebut dengan nama bambu jepang. Asalnya dari Afrika tropik.

Sedangkan Dracaena fragrans berasal dari Asia tropik, memiliki bunga berbau harum. Dracaena reflexa var. angustifolia yang berasal dari Samudra India bagian Barat, daunnya memita panjang dengan tepi warna kemerahan.Lalu ada pula Dracaena scimitariformis yang berasal dari Zimbabwe, bentuknya sangat unik karena mempunyai daun membulat dan ini juga sudah ditemui di gerai tanaman hias di kawasan Jl. R di Bogor. Dracaena trifasciata berasal dari Afrika dan Tanzania.      

Dracaena fragrans (kiri), Dracaena surculosa (tengah dan kanan) (Foto Diah Sulistiarini & Siti Sunarti)
Dracaena trifasciata (kiri) dan Dracaena reflexa var. angustifolia (kanan) (Foto Diah Sulistiarini dan Siti Sunarti)

 Potensi Dracaena

Keragaman karakter daun pada kelompok tumbuhan ini memiliki keindahan yang memesona. Baik bentuk, warna, serta bercak pada permukaan helaian daunnya, menjadikan kelompok tumbuhan tersebut banyak diminati penggemar tanaman hias.

Kelompok Dracaena yang berperawakan pohon dengan batang berkayu, umumnya banyak dijumpai di taman kota, ditanam sebagai tanaman hias outdoor. Jenis-jenis yang berperawakan perdu atau terna tidak berbatang dapat dijumpai di  ruangan hotel, halaman rumah, rumah makan, dan halaman perkantoran.

Beberapa contoh berikut seperti Dracaena scurulosa, jenis ini banyak ditanam sebagai  tanaman hias outdoor maupun indoor yang sering dijumpai di ruangan hotel, atau ditanam di halaman perumahan, rumah makan hingga  perkantoran. Jenis ini memiliki  keragaman daun warna hijau-bertotol hijau tua-kehitaman, kuning terang bertotol hijau.

Di taman-taman kota banyak ditanaman jenis-jenis berperawakan pohon berkayu yaitu Dracaena fragrans dan perdu  dari jenis D. reflexa, sedangkan jenis tidak berkayu yang banyak di tanam seperti Dracaena trifasciata.

Satu jenis diantaranya telah ditanam/ didomestikasi dan dimanfaatkan masyarakat luas di Indonesia  sebagai  pewarna (hijau) makanan seperti Dracaena angustifolia atau yang di kenal dengan  nama “daun suji”. Jenis ini di Indonesia tersebar luas, tumbuh di pekarangan rumah masyarakat yang memanfaatkan daunnya.

Selain itu, Dracaena juga masih banyak dan dengan mudah dijumpai tumbuh di hutan.  Jenis ini sangat beragam  perawakannya,  bisa perdu, pohon kecil hingga  pohon dengan tinggi hingga 10 m.

Dracaena angustifolia (kiri dan kanan) (Foto Siti Sunarti)

Selain itu,  kelompok Dracaena ini  dilaporkan memiliki kemampuan  mengabsorbsi  polutan udara seperti jenis “lidah mertua” (Dracaena trifasciata dan D. fragrans), sebagai obat (Dracaena angustifolia, D. trifasciata dan D. fragrans).

Tentang Penulis

Dra. Diah Sulistiarini M.Si. Lahir Februari 1955 di Salatiga, Jawa Tengah. Penulis menyelesaikan S1 dari fakultas Biologi UGM tahun 1981 dan S2 Fakultas Biologi IPB tahun 1995. Sejak tahun 1982 sampai sekarang, sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesian yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan fokus penelitian pada taksonomi tumbuhan famili Orchidaceae dan Asparagaceae. Saat ini penulis telah mencapai jenjang Peneliti Ahli Utama.

Dr. Rugayah, M.Sc. Lahir 30 Agustus 1956 di Solo, Jawa Tengah. Selepas meraih sarjana S1 Biologi  UGM, tahun 1981 aktivitas penulis sebagai peneliti di Herbarium Bogoriense (BO) – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan fokus penelitian pada bidang Taksonomi Tumbuhan. Tahun 1990 melanjutkan studi Program Master degree di Universitas Birmingham, Inggris dengan penelitian Biosistematika Solanum. Pada tahun 1994 mendapatkan kesempatan melanjutkan pendidikan S3 di IPB, dengan penelitian suku Cucurbitaceae. Saat ini penulis telah mencapai jenjang Peneliti Ahli Utama.

Dra. Siti Sunarti. Lahir 27 Januari 1957 di Purwokerto, Jawa Tengah. Meraih sarjana S1 Biologi UNSOED, tahun 1984, masuk kerja di Lembaga Biologi Nasional-LIPI tahun 1981, yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional. Penulis pernah menjadi teknisi di bidang Ekologi Tumbuhan dan sekarang menjadi Peneliti Ahli Utama. Adapun bidang penelitian penulis taksonomi tumbuhan marga Syzygium (Myrtaceae).

(sumber: Plant of the World Online)

Redaksi Green Indonesia