Oleh: Krisnawati, Heny Rianawati, Aziz Umroni*
Manfaat biji pranajiwa dicerminkan oleh penampilannya yang menyerupai buah zakar. Daun, batang dan akarnya merupakan obat berbagai macam penyakit seperti rematik, kulit gatal, muntah, darah rendah, asam urat, sakit kepala dan tipus.
MOMEN tak terlupakan saat tahun 2015 dan 2020, ketika kami (penulis) melakukan eksplorasi tumbuhan berpotensi obat di Bedugul, Bali.
Setelah selesai mengurus surat ijin masuk kawasan konservasi di Balai Konservasi Sumberdaya Alam Bali (BKSDA Bali), bersama dengan rekan, ‘balian’ (pengobat tradisional di Bali) dan staf BKSDA Bali, kami melewati jalur Gunung Tapak dan Gunung Pohen, Candi Kuning, Bedugul.
Perjalanan di jalur Gunung Tapak diawali dengan memasuki pintu gerbang Kebun Raya Eka Karya Bali. Inilah kebun raya terbesar di Indonesia. Sebagai tempat wisata, banyak orang memadati area kebun raya untuk bersantai sambil menikmati bekal makanan dan minuman. Setelah melewati patung Kumbakarna Laga, kami memarkir kendaraan dan mulai mendaki.
Pendakian jalur Gunung Tapak mempunyai medan yang ekstrim. Diperlukan tenaga ekstra dan kehatian-hatian. Setelah berjalan hampir 2 jam melewati jalan yang terjal dan menanjak, akhirnya pada ketinggian di atas 1.500 mdpl ditemukannya Pranajiwa, Euchresta horsfieldii.
Tumbuhan anggota famili Fabaceae itu berperawakan perdu setinggi kurang dari 2 meter. Hidupnya berkelompok dan buahnya berbentuk elips dengan warna hijau muda. Buah yang matang berwarna ungu kehitaman. Setelah istirahat dan mengoleksi bagian tumbuhan pranajiwa, kemudian kami turun melewati jalur pura Teratai Bang.
Inilah pura satu-satunya yang berada pada kawasan hutan tropis di Kebun Raya Eka Karya Bedugul. Jalur ini juga melewati jalan setapak menuju pemakaman Wali Pitu, Syekh Habib Umar Bin Maulana Yusuf Al-Maghribi, penyiar agama Islam di Pulau Bali. Jalur ini penuh dengan anak tangga serta berpapasan dengan para peziarah yang penuh semangat mendaki.
Hari berikutnya, perjalanan mencari pranajiwa dilanjutkan dengan pendakian jalur Gunung Pohen. Diawali dengan memasuki Tugu Jagung yang merupakan simbol Desa Candi Kuning, Bedugul yang berada pada pertigaan jalan menuju Kebun Raya Eka Karya dan Pura Ulun Danu Beratan.
Pendakian dimulai sekitar jam 08.00 WITA diiringi angin sepoi-sepoi dan suara burung. Udara sejuk dan dingin masih terasa hingga perjalanan hampir 1 jam.
Sampai pada jalur pendakian yang bercabang, balian, sebagai penunjuk arah sempat terhenti sejenak dan mengamati keadaan sekitar, terdiam dalam waktu beberapa menit sambil memejamkan mata dan akhirnya mantap melanjutkan jalan ke arah kanan.
Sesampainya pada pohon Cemara geseng (Casuarina junghuhniana) kami berhenti, perjalanan sudah semakin dekat dengan keberadaan pranajiwa. Akhirnya lelah terbayarkan begitu sampai pada keberadaan pranajiwa yang melimpah.
Obat Kuat
Pranajiwa, khususnya buahnya, diyakini masyarakat Bali sebagai obat kuat dan penambah stamina, sehingga banyak dicari dan dikonsumsi. Selain itu bagian tumbuhan lainnya seperti daun, batang dan akar pranajiwa digunakan sebagai obat berbagai macam penyakit seperti rematik, kulit gatal, muntah, darah rendah, asam urat, sakit kepala dan tipus.
Penggunaan bagian tumbuhan pranajiwa ada yang diracik dengan bahan lain seperti sambiloto, beras dan kemiri. Untuk penggunaan obat luar seperti kulit gatal cukup dioleskan pada bagian yang sakit.
Selama ini penggunaan pranajiwa memang belum ada takaran pastinya, hal ini tergantung kadar sakit yang akan diobati dan penggunanya (anak, dewasa atau orang tua). Untuk membuktikan pranajiwa sebagai obat, hasil eksplorasi semua bagian tumbuhan seperti daun, batang, buah dan akar pranajiwa dicuci, setelah itu dilakukan pengeringan sampel dalam ruangan.
Kaya Kandungan Obat
Setelah kering, masing-masing sampel diekstraksi dengan teknik maserasi dengan 3 kali pengulangan. Filtrat disaring dan diuapkan dalam rotary evaporator untuk mendapatkan esktrak kental. Setelah itu dilakukan beberapa uji seperti GC-MS (Gas Chromatography – Mass Spectrometry), fitokimia, antibakteri dan antioksidan.
Hasil analisis GC-MS dari daun, batang, akar, dan buah pranajiwa menunjukkan mome inositol, sophoridane, dan asam lemak seperti asam palmitat dan asam stearat sebagai komponen utamanya.
Alkaloid sebagai komponen senyawa yang paling dominan pada pranajiwa dan terdeteksi di setiap bagian tumbuhan pranajiwa. Bagian akar pranajiwa terdeteksi memiliki komponen senyawa yang paling bervariasi seperti alkaloid, tanin, flavonoid, saponin, dan terpenoid.
Adapun uji aktivitas antibakteri pranajiwa menunjukkan, bagian batang dan akar memiliki aktivitas antibakteri terhadap S. aureus Inacc-B4 dan E. coli Inacc B-5. Sedangkan bagian biji memiliki aktivitas antibakteri terhadap B. subtilis Inacc-B-334 dan S. aureus Inacc-B4.
Bagian daun pranajiwa mempunyai aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya yaitu dengan IC50 215,11±08,06 µg/mL.
Manfaat Luar Biasa
Terbukti, bahwa pranajiwa berpotensi sebagai sumber alami obat. Diantaranya sebagai antioksidan dan antibakteri. Selain itu dengan adanya alkaloid di semua bagian tumbuhan pranajiwa semakin menguatkan bahwa pranajiwa berpotensi sebagai bahan baku obat.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yaitu dengan melakukan isolasi senyawa yang berperan dalam aktivitas antioksidan, antibakteri dan khususnya aktivitas sebagai penambah stamina dan kesegaran tubuh (afrodisiak). Contoh nama-nama senyawa kimia yang berpotensi sebagai afrodisiak adalah Bremelanotide, Crocin, Phenylethylamines, Testosterone, dan Yohimbine.
Menurut Karel Heyne, ahli Botani dari Belanda dalam buku Flora Pegunungan Jawa (2006) menyatakan, bahwa kualitas serta manfaat biji pranajiwa dicerminkan oleh penampilannya, yaitu polong lunak dan biru/hitam menyerupai buah zakar.***
*Peneliti Muda di Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya, dan Kehutanan, Badan Riset dan Inovasi Nasional