Si Manis dari Lantai Hutan

Oleh : Suluh Normasiwi*)

Dulu orang sering menyebutnya sebagai “rusteloze zieltje” atau ‘jiwa yang resah’… Buahnya memiliki rasa manis yang unik. Setelah mengonsumsi buah curculigo semua makanan akan terasa manis, begitu juga air putih.

Penulis

CURCULIGO. Pernah dengar nama tumbuhan itu?

Tumbuhan ini memiliki banyak sebutan berbeda di setiap daerah. Orang Melayu ada yang menyebutnya Marasi, di Kawasan Toba disebut Sukit, Masyarakat Lampung menyebutnya Pisi, di Jawa disebut Congkok, di Kalimantan dikenal dengan Nyinyiuran atau Lemba, atau di Papua disebut sebagai Cua mok.

Habitus tumbuhan Curculigo latifolia di hutan tropis

Mungkin nama tumbuhan Curculigo terasa asing di telinga terutama masyarakat perkotaan, namun ternyata tumbuhan menyimpan nilai ekonomi dan prospek komersial yang tinggi karena kegunaannya yang sangat beragam.

Asli Indonesia

Curculigo latifolia merupakan tumbuhan native (asli) Indonesia, Semenanjung Malaya hingga Indo-Cina, dan kini sebarannya telah mencakup seluruh wilayah Asia Tropis.

Di Indonesia, Curculigo sering ditemukan berkelompok pada ketinggian 1500-2000 mdpl di bawah naungan pada tanah humus lembab, juga dihutan bambu dan kadang-kadang di hutan jati. Curculigo tumbuh alami secara liar di lantai hutan merambat dan memperbanyak diri menggunakan rimpang dan sangat sedikit melalui biji.

Tumbuhan yang sering dijuluki palm grass ini termasuk dalam famili Hypoxidaceae, bukan tergolong ke dalam famili Araceae (palem-paleman) meskipun terkenal dengan nama palem rumput.

Curculigo merupakan salah satu jenis tanaman tahunan tanpa batang yang dapat mencapai panjang daun 100 cm. Pelepah daun Curculigo berbentuk pisau elips menggaris berwarna hijau.

Bunganya berbentuk bintang kecil berwarna kuning, dengan buah berwarna hijau muda hingga kemerahjambuan. Daging buahnya tipis dan berbiji sedikit.

Orang Indo-Belanda pada jaman dahulu sering menyebutnya sebagai “rusteloze zieltje” atau ‘jiwa yang resah’… Disebut demikian karena di dalam hutan yang tenang sering helai daunnya bergerak-gerak tertiup oleh aliran udara yang tidak terasa karena adanya berkas cahaya matahari yang menembus kanopi.

Kenapa Menarik?  

Selain bentuk daun dan bunganya yang cantik untuk dijadikan sebagai tanaman hias kebun, Buah buni Curculigo dikenal dengan memiliki rasa manis yang unik. Rasa manis setelah mengonsumsi buah ini akan tertinggal di lidah.

Sensasi rasa manis ini mirip dengan rasa manis yang ditimbulkan oleh “miracle fruit” (Synsepalum dulcificum). Curculigo memiliki kemampuan yang sama dalam mengubah rasa yang masam dan pahit menjadi manis.

Senyawa protein bernama curculin dan neoculin yang terdapat dalam buah ini melapisi penginderaan masam kita, sehingga setelah mengonsumsi buah curculigo semua makanan yang kita makan akan menjadi manis bahkan air putih pun berubah menjadi manis.

Aktivitas pengubah rasa pada protein ini bahkan tidak berubah saat diinkubasi pada suhu 50°C selama 1 jam pada pH 3 -11. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tingkat kemanisan pada curculin dan neoculin lebih tinggi 500 – 9000 kali lipat dibandingkan sukrosa.

Protein curculin merupakan senyawa rendah kalori yang baik, sehingga dapat dijadikan sebagai alternatif pemanis alami pengganti gula tebu bagi penderita diabetes dan obesitas.

Pemanis alami berbasis protein tidak memicu permintaan insulin pada pasien diabetes seperti yang dilakukan sukrosa, sehingga lebih menyehatkan. Buah Curculigo memiliki kandungan antioksidan tinggi dan juga dipercaya berkhasiat sebagai tanaman herbal. Simplisia dan ekstrak buah Curculigo diketahui mengandung tannin, alkaloid, saponin, dan flavonoid.

Bahan Tenun dan Pengobatan

Pemanfaatan tanaman Curculigo telah banyak dilakukan oleh masyarakat sesuai kearifan lokal masing-masing daerah. Masyarakat Dayak misalnya, menggunakan serat daun Curculigo untuk membuat jaring ikan, tali, dan bahan kain tenun Doyo (pakaian tradisional). Disamping itu, bagian daun, batang dan akar Curculigo pun dapat digunakan sebagai pengobatan tradisional terutama terhadap penyakit demam.

Bunga dan akarnya digunakan sebagai obat gangguan perut dan diuretik, sedangkan rimpang digunakan untuk mengobati menorrhagia dan diaplikasikan sebagai salep topikal yang mengobati luka sayatan. Ekstrak rimpangnya juga digunakan untuk penyakit kuning dan dipercaya dapat menghambat virus hepatitis B, yang selanjutnya telah dipublikasikan penggunaannya sebagai obat tradisional.

Namun demikian, besarnya potensi tumbuhan Curculigo latifolia belum diimbangi dengan teknik budidayanya. Masyakarat umumnya memperoleh manfaat Curculigo hanya dengan mengambil tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan. Hal ini membuka peluang usaha industri pengembangan Curculigo baik dari budidayanya hingga pemanfaatannya terutama dibidang kesehatan agar lebih optimal.

*)Staf Periset Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya dan Kehutanan – BRIN.

Redaksi Green Indonesia