Orkestra Tonggeret, Masihkah Pertanda Cuaca?

Dulu suara tonggeret menjadi pertanda mau kemarau. Namun bagaimana di tengah kacau balaunya iklim saat ini?

Ssuiittt, ngiiik…. TONGGERET berbunyi, riuh bersahutan. “Wah, mau kemarau nih,” ungkap seorang petani di sebuah Kampung pinggiran hutan – Sukawangi, Puncak Dua Bogor. Namunlain kenyataannya; hujan terus saja berlangsung hingga beberapa hari ke depan.

“Namanya juga serangga, kini tidak bisa lagi dijadikan petunjuk. Prakiraan cuaca BMKG saja kadang meleset,” ujar seseorang lainnya.

Seperti ditulis BBC News, bahwa serangga ini kerjaannya makan, bernyanyi, kawin, lalu mati. Sayapnya kaku dan tembus pandang, sehingga semua venasi atau pertulangannya terlihat jelas.

Memang, beberapa kalangan berpendapat bahwa orkestra atau komunikasi akustik tonggeret sebagai pertanda akan masuk musim kemarau. Itu mungkin dulu, namun dewasa ini, dimana iklim berpancaroba, sulit berpedoman pada suara tonggeret. Meski riuh di perkampungan pinggir hutan, namun tak lama berselang hujanpun turun.

Komunikasi Akustik

Dalam Wikipedia, disebutkan bahwa tonggeret memiliki beberapa nama lain, seperti garengpung atau kinjeng tangis. Serangga adalah anggota sub ordo Cicadomorpha, ordo Homoptera. Konon, di Indonesia, jumlah spesies tonggeret mencapai 235 jenis. Spesies satwa ini dapat kita temui di beberapa pulau di Indonesia meliputi Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, dengan ketinggian 200-1400 mdpl.

Suaranya nyaring dari pepohonan. Terkadang bak orkestra, serempak atau saling menyambung dan bersahutan. 

Menurut literatur, spesies unik ini memiliki alat penghasil dan penerima suara yang sangat kompleks. Alat penghasil suara atau timbal (tymbals) umumnya terdapat pada serangga jantan, sedangkan alat penerima suara atau timpana (tympana) tumbuh pada serangga jantan dan betina.

Banyak hewan termasuk serangga menghasilkan suara yang berfungsi untuk berkomunikasi atau sebagai aktivitas normalnya. Suara atau bunyi yang dihasilkan untuk berkomunikasi inilah yang dimaksud dengan komunikasi akustik serangga.

Suara  tonggeret jantan dapat berfungsi sebagai alat berkomunikasi untuk memanggil betina yang akan ia kawini. Adapun fungsi suara lainnya adalah sebagai sinyal tanda bahaya, dan sebagai tanda kematian yang biasanya terdengar seperti suara tangisan yang lebih lirih dan lembut.

Pada dasarnya betina juga dapat bernyanyi, akan tetapi suara yang mereka hasilkan terdengar lirih atau lembut dan hanya dapat terdengar oleh para jantan.

Hal ini karena tonggeret betina hanya memiliki sedikit kantung udara. Sebagian besar abdomen betina penuh oleh organ reproduksi dan organ pencernaan sehingga tidak memiliki resonansi suara dan suara yang dihasilkan sangat lemah.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia