Meski tidak harus bergulat setiap hari ke kebun, seperti petani sayuran, namun para petani di Puncak Dua menaruh harapan ekonomi-nya di kebun hortensia.
KEMBANG indah hampari lereng bukit, hingga ke lembah. Putih kehijauan, dan terkadang membiru di kesejukan Puncak Dua – Bogor. Hortensia.
Bagi sebagian masyarakat di kawasan dengan ketinggian diatas 1.500 mdpl itu, tanaman bunga potong jenis ini, menjadi sumber perekonomian, baik bagi petani, pengolah dan perawat tanaman, dan para bandar (pedagang). Disebut hanya sebagian masyarakat, karena agribisnis hortensia memang beda dengan sayuran.
Aneka sayuran, seperti kubis, pakcoy, cabe, atau wortel dan sebagainya, adalah komoditas berumur pendek (cepat panen). Sementara hortensia berumur panjang, dan butuh investasi yang lumayan di saat awal usaha. Artinya, petani harus bersabar untuk memetik hasil.
Disamping itu, butuh lahan yang relatif lebih luas dibanding sayuran, meski dari segi perawatan memang lebih mudah. Hebatnya, bunga potong ini bisa dipanen sepanjang tahun. Dan catat, bunga potong hortensia dari Puncak Dua Bogor, boleh dikatakan yang terbaik di Indonesia.
Panen Seminggu Sekali
“Kalau lahannya sedikit, mending tanam sayur aja biar cepat panen dan dapat uang,” tutur Nyi Nur, seorang ibu petani hortensia di Kampung Arca, Sukawangi – Puncak Dua Bogor.
Salah-satu alasan atau pertimbangannya memilih hortensia alias panca warna, ialah tingkat kesibukan budidaya yang relatif santai dibanding kubis, pakcoy dan wortel. Apalagi cabe dan tomat. “Resiko serangan hama dan cuaca buruk pun tidak separah tanaman sayuran,” jelas petani yang memiliki tak kurang dari setengah hektar kebun hortensia di dua lokasi tersebut.
Kepada GI dijelaskannya, yang penting dilakukan ialah pemberian pupuk kandang sekali setahun. Atau kalau mau hasil yang lebih baik, diselingi pemberian pupuk pabrik (NPK), juga cukup setahun sekali.
“Yang tak kalah penting yaitu pemangkasan, penyiangan rumput liar (gulma),” jelas Nyi Nur saat diwawancarai GI beberpa waktu lalu. Ditambahkannya, tanah harus selalu gembur dan dibuat sedikit tinggi (gundukan) menutupi pangkal rumpun hortensia.
Meski tidak harus bergulat setiap hari ke kebun, seperti petani sayuran, namun para petani di Puncak Dua menaruh harapannya di kebun hortensia. Nyi Nur misalnya, tiap seminggu sekali Dia mengunjungi kebunnya, minimal saat panen yang dilakukan tiap Selasa atau Rabu.
***Riz***