Ekowisata Mangrove dalam Perspektif Konservasi

Endang Karlina*)

Ekosistem hutan mangrove memiliki nilai jasa lingkungan sangat strategis. Kehadiran keanekaragaman hayati ekosistem mangrove yang khas dan unik memberikan pesona tersendiri sebagai objek wisata.

PENGEMBANGAN destinasi wisata harus memiliki objek daya tarik yang khas dan berbeda dengan destinasi wisata lainnya. Hal tersebut dapat ditemukan pada ekosistem mangrove.

Mangrove memang unik dan khas. Hal itu dapat dilihat  dari formasi pepohonan mangrove yang khas dan bentuk akar yang unik serta hijaunya dedaunan.

Di dalamnya hadir tiga kelompok yang saling berhubungan, yaitu biota aquatik, semiaquatik dan teresterial. Beragam satwa endemik pun menambah pesona hutan di pesisir ini. Diantaranya jenis primata, reptil, dan burung.

Di hutan mangrove pun ada beberapa komponen ekosistem estuarin yang penting dalam kehidupan burung air, termasuk aneka burung yang bermigrasi. Semua itu berpadu angun dengan hamparan pantai, melengkapi keseruan selama berwisata.

Kenapa Harus Ekowisata?

Ekowisata merupakan perjalanan wisata yang memanfaatkan sumber daya alam yang masih asli atau belum berkembang. Apa adanya, termasuk spesies, habitat, landscape, cenery serta sungai, danau dan lautan.

Tujuan pengembangan ekowisata adalah pemanfaatan jasa keanekaragaman hayati. Hal ini relatif tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Ekowisata pun memberikan edukasi, serta meningkatkan sikap para pihak dalam mendukung program konservasi. Disamping itu, ekowisata memberikan lapangan pekerjaan serta meningkatkan pendapatan masyarakat lokal.

Mangrove Berbasis Ekowisata.

Pemanfaatan ekosistem mangrove adalah upaya pemanfaatan jasa ekosistem berupa jasa penyedia, pengatur maupun budaya. Tujuannya adalah mengoptimalkan potensi keanakaragaman hayati dengan tetap menjaga keutuhan serta keasliannya, dengan tetap menjaga fungsi pokok ekosistem.

Ekowisata mangrove memiliki tiga dimensi. Diantaranya; pertama, sebagai produk, dimana atraksi wisata yang ditampilkan berbasis pada potensi sumber daya ekosistem mangrove. Kedua; sebagai pasar, yaitu suatu bentuk perjalanan kegiatan wisata yang mengarah terhadap kepedulian pelestarian lingkungan. Dan ketiga, menggunakan pendekatan pengembangan berkelanjutan.

Dalam pengembangan ekowisata diperlukan suatu perencanaan yang menitikberatkan terhadap kelestarian, dengan berbagai strategi konservasi. Dengan demikian, maka proses penyusunan perencanaan ekowisata harus mampu memberikan nilai terhadap keseimbangan permintaan dan penawaran wisata. Hal itu pun perlu didesain dengan sentuhan seni, perasaan, serta pengetahuan dan pengalaman dengan argument yang rasional.

Tahapan perumusan perencanan ekowisata meliputi; batasan sistem: skala, ukuran, pasar, karakter dan tujuan. Untuk yang disebutkan terakhir, perlu diformulasikan beberapahal. Diantaranya;  tujuan harus komprehensif, spesifik, dan penetapan waktu yang baik.

Selanjutnya diperlukan analisis dan interpretasi informasi yang meliputi : zonasi, desain tapak, kelayakan, dan analisis pesaing. Rencana pemasaran.yang terpisah harus dikumpulkan dianalisis dan menjadi bermakna menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi dalam pembuatan konsep perencanaan awal.

Keberhasilan sebuah obyek ekowisata diukur dengan terlihatnya pengembangan berkelanjutan bardasarkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial.

Pengembangan ekowisata di kawasan hutan mangrove merupakan kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan yang berbasis konservasi, sehingga kegiatan ekowisata dipandang bersinergi sebagai langkah nyata dalam upaya konservasi mangrove.

Pemahaman tersebut sesuai dengan prinsip dan kriteria pengelolaan ekowisata berdasarkan Standar Nasional Indonesia: SNI- 8013:2014, yaitu: menjaga kelestarian fungsi ekosistem, menjaga dan meningkatkan kualitas objek daya tarik wisata, menjaga kelestarian sosial budaya, adanya kepuasan, keselamatan dan kenyamanan pengunjung, serta mendapatkan manfaat ekonomi.

Sesuai Daya Dukung

Perencanaan pengembangan ekowisata mangrove harus melihat kesesuaian ekologis   berdasarkan kemampuan daya dukung lingkungan dan bentuk lanskap. Daya dukung lingkungan mempresentasikan kemampuan lingkungan untuk mendukung kegiatan ekowisata, seperti pengelolaan pengunjung, penataan kawasan, serta kelestarian keanekaragaman hayati.

Sebagai daya tarik obyek wisata, berbagai hal yang tak kalah penting ialah soal sarana dan prasarana wisata yang dibangun, dan masalah sampah yang muncul dari kegiatan ekowisata. Sementara itu, faktor lanskap juga sangat berpengaruh terhadap keamanan, kenyamanan dan keselamatan pengunjung.

Ada beberapa instrumen kunci yang juga tak kalah penting dalam penawaran obyek wisata. Diantaranya; pertama, atraksi yang memberikan kenikmatan kepada pengunjung, baik yang berupa kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia. Kedua, aksesbilitas yang keseluruhan saran dan prasarana transportasi yang melayani pengunjung dari, ke, dan selama kegiatan wisata.

Selanjutnya, yang ketiga, amenitas merupakan pemenuhan kebutuhan pengunjung sehingga seringkali tidak berhubungan lansung terkait dengan bidang pariwisata. Keempat, pasar dan promosi merupakan target segmen pasar dan promosi kegiatan dan lokasi/destinasi ekowisata.

Yang kelima, manajemen sistem pengelolaan yang diterapkan. Dan keenam, keterkaitan rencana tata ruangan dengan keberadaan destinasi wisata sekitarnya.

Paket Ekowisata Mangrove

Berdasarkan beberapa hasil penelitian, kegiatan ekowisata mangrove dikemas dalam berbagai paket penawaran wisata. Diantaranya; menyusuri hamparan hutan mangrove. Paket ini merupakan pengenalan/ pendidian jenis vegetasi mangrove menggunakan jembatan kayu.

Ada pula paket pengamatan satwa, seperti pengamatan burung, primata dan jenis reptil yang disesuaikan dengan waktu keluar dari sarangnya melalui menara pengamatan, maupun menggunakan alat teropong.

Menarik. Mangrove dengan beberapa contoh satwa di ekosistem tersebut (dok. Endang)

Ada juga paket ‘mancing ikan’. Untuk hal ini diperlukan adanya areal khusus pada kawasan ekowisata mangrove yang dibuat sebagai lahan yang tertutup untuk memelihara ikan terkait kepentingan memancing.

Kegiatan penanaman jenis mangrove pun bisa dijadikan paket yang menarik. Kegiatan ini merupakan kolaborasi kegiatan pengenalan cara menanaman mangrove dan pengenalan jenis mangrove.

Pengelola ekowisata mangrove pun bisa menawarkan paket ‘berperahu’. Kegiatan ini berupa penjelajahan kawasan wisata menggunakan cano atau kapal dengan kapasitas tertentu dan dilaksnakan saat air pasang.

Selanjutnya, paket ‘penginapan/Villa’. Hal ini bertujuan agar wisatawan bisa lebih lama menikmati kawasan ekowisata mangrove. Fasilitas yang disediakan dengan menu lokal dan bahan bangunan dari kayu.

*)Ahli Peneliti Utama, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi – BRIN

Redaksi Green Indonesia