Rumah Bambu; Anti Gempa, Antik dan Ramah Lingkungan

Sayangnya, sajian inspirasi arsitektur rumah bambu masih terbatas, tidak seperti rumah beton. Padahal rumah bambu bisa dibuat modern, indah dan nyaman bagi penghuni serta ramah lingkungan.

Foto; Ist

COBALAH jalan-jalan ke Puncak Dua – Bogor. Perhatikan; di sekitar Objek Wisata Cipamingkis atau memasuki Desa Sukawangi, kini terpapar vila-vila sewaan. Ukurannya pas-pasan namun elok dan anggun. Bangunan itu bermaterialkan bambu dan kayu. Menarik, indah menyapa mata.  

Di luar kawasan vila dan obyek wisata, rumah warga kampung pun didominasi dinding bilik (anyaman bambu), meski kian waktu rumah beton juga semakin banyak.

Saat gempa dangkal 5,6 SR meratakan pemukiman di Cianjur belum lama ini, rumah-rumah bambu di Puncak Dua tak bergeming. Cuma berderit beberapa saat, namun tetap berdiri tegar, meski jaraknya tak jauh dari pusat gempa.

Terbukti, bahwa rumah bambu atau bilik tahan gempa. Selain itu pembangunannya hemat biaya. Jauh lebih ringan dibanding bata atau rangka baja. Kekuatannya? Nyaris sama. Dan kalau pun harus ambruk, tamparannya tidak seperti di-gebug batako atau beratnya tiang cor-an.

Ramah Lingkungan

Hanya saja, rumah bambu atau bilik saat ini dianggap ‘jadul’ (ketinggalan zaman). Disamping itu orang awam menilainya kurang kokoh. “Sayangnya tidak artsitek rumah bambu tampaknya tidak sebanyak arsitek rumah beton. Kita agak terbatas inspirasi mencari modelnya,” ucap seseorang kepada GI di Sukawangi – Bogor.  

Padahal, seharusnya, di tangan ahli (tukang bangunan terampil dan berjiwa seni) rumah bambu memiliki nilai estetika tinggi. Teknologi pengolahan dan pengawetan bambu pun sudah ada.

Yang tak kalah penting lagi ialah, bahwa pertumbuhan bambu yang cepat, menghasilkan manfaat bagi bumi ini. Jaringan akar yang kompleks menjangkar tanah ke bawah, mencegah erosi ketika hujan atau banjir terjadi. Ini juga membantu tanah menahan air, membantu pengaturan kelembaban sepanjang musim hujan dan kemarau.

Menurut berbagai sumber, disebutkan bahwa bambu juga menyerap lebih banyak kadar CO2 daripada pohon lainnya. Hal itu karena tingkat pertumbuhannya yang ekstrem.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia