Tutie Djarwaningsih1, Yasper Michael Mambrasar1, Ridha Mahyuni1T

(Foto; Tutie Djarwaningsih)

Tumbuhan berbunga cantik dan berwarna-warni ini memiliki beragam manfaat untuk kecantikan dan kesehatan.

NAMA ilmiahnya Clitoria ternatea L. tumbuhan berbunga cantik ini termasuk dalam famili Fabaceae (kacang-kacangan). Marga Clitoria ini mewadahi 76 jenis, diantaranya Clitoria ternatea. Di daerah Jawa (Indonesia) tumbuhan ini biasa disebut dengan nama ‘kembang telang’.

Clitoria ternatea mempunyai banyak nama sinonim, diantaranya Nauchea ternatea (L.) J.T.Descourt dan Clitoria parviflora Raf.

Asal usul tumbuhan ini diduga dari Asia tropis atau Amerika tropis. Karena penyebarannya sudah sangat meluas selama berabad-abad, sehingga tidak diketahui secara pasti asal usul aslinya. Oleh Linnaeus, karena nama jenisnya yang merujuk pulau Ternate, maka pulau tersebut yang berada di wilayah Kepulauan Maluku (Indonesia) dianggap sebgai asalnya.

Kembang telang merupakan terna merambat, dengan susunan daun imparipinnate. Biasanya beranak daun 5 – 7. Bunga muncul pada ketiak daun, bisa terdiri 1 – 4 bunga. Mahkota bunganya berwarna-warni. Buahnya berupa polong dengan bentuk melonjong. Biji melonjong, berwarna cokelat.

Tumbuhan ini bisa tumbuh di segala jenis tanah dan ketinggian tempat; lebih menyukai di tempat-tempat terbuka dan langsung terkena sinar matahari, namun cukup toleran terhadap naungan. Penanaman setelah 4‒6 minggu dapat menghasilkan bunga dan pembungaan dapat terjadi sepanjang tahun selama kelembaban tanah dan suhu mencukupi.

Variasi Bunga

Dari hasil pengamatan terhadap karakterisasi kembang telang, diketahui ada berbagai variasi warna bunga dan strukturnya. Dari strukturnya bisa disebut dengan istilah telang tumpuk/doble dan telang tunggal.

Struktur tumpuk dan tunggal dapat ditemukan pada telang putih, pink, biru muda sampai biru tua. Variasi warna bunga telang yang dijumpai adalah putih tumpuk dan tunggal, putih dengan bercak biru tumpuk, biru tumpuk dan tunggal, biru muda tumpuk, pink tumpuk dan tunggal (Gambar di bawah).

Telang pink tunggal.Tumpuk masing-masing 1 dan 2 bunga tiap ketiak daun (Foto; Tutie Djarwaningsih)
Telang putih tunggal. Tumpuk masing-masing 1 tiap ketiak daun (Foto; Tutie Djarwaningsih)
Telang biru tunggal. Tumpuk masing-masing 1, 2, 3, 4 bunga tiap ketiak daun (Foto; Tutie Djarwaningsih)
Telang putih dengan bercak biru. Tumpuk masing-masing 1 dan 2 bunga tiap ketiak daun (Foto; Tutie Djarwaningsih)
Telang biru muda. Tumpuk masing-masing 1 dan 2 bunga tiap ketiak daun (Foto; Tutie Djarwaningsih)

Untuk Kecantikan & Kesehatan

Tumbuhan bunga telang sering dimanfaatkan sebagai penutup tanah, pupuk hijau atau sebagai konservasi tanah dan peningkatan kesuburan tanah. Telang merupakan salah satu bunga yang memiliki beragam manfaat untuk kecantikan dan kesehatan.

Bunga telang banyak mengandung anthomicin dan antosianin yang kaya akan kandungan antioksidan dan kandungan polifenol. Zat-zat tersebut bisa membantu menjaga kulit supaya terlihat kencang, awet muda dan juga cerah alami. Teh bunga telang bermanfaat untuk mengencangkan wajah yang kendur di usia 50 tahun ke atas.

Kandungan antioksidan seperti flavonoid, antosianin, alkaloid, saponin dan polifenol-nya dapat membantu meminimalkan garis-garis halus dan meningkatkan penampilan kulit secara keseluruhan.

Bunga telang merupakan salah satu agen antiglikasi yang cukup kuat. Berkat sifat antiglikasinya sendiri ia mampu meningkatkan produksi kolagen yang mampu membantu memberikan elastisitas dan kekencangan pada wajah.Disamping itu, telang mampu mencegah kerusakan kulit akibat sinar matahari.

Bunga telang juga mampu menghasilkan kelembapan pada kulit. Karena ekstraknya mampu meningkatkan hidrasi kulit hingga 70 persen. Elastisitas kulit pun bisa dijaga berkat Antioksidan bunga telang juga dapat meningkatkan elastisitas pada kulit.

Bunga ini pun dapat meredakan iritasi, masalah jerawat, rasa gatal, kulit wajah yang kering, ruam kemerahan, serta mampu menyamarkan bintik-bintik hitam di wajah. Bunga telang juga mampu membantu rejuvenasi kulit.

Tak hanya itu, bunga telang pun memiliki beberapa potensi manfaat bagi kesehatan jika dikonsumsi dengan tepat. Kandungan antioksidan jenis antosianinnya dapat melawan penyakit jantung, diabetes, dan kanker tertentu, sehingga sering dibuat sebagai minuman herbal. 

Bunga telang pun dapat membantu menurunkan berat badan, menurunkan tekanan darah, bersifat anti-jamur dan mikroba, serta menjaga kesehatan otak. Polong dan daun mudanya dimakan sebagai sayuran, sedangkan bunga dan daunnya digunakan untuk mewarnai makanan dan minuman.

Sebagai sayuran, nilai gizi telang sangat baik. Proteinnya tinggi dan daya cerna pun baik (hingga 80%). Konsentrasi nitrogennya 3,0%N untuk daun dan 1,5%N untuk seluruh tanaman. Daunnya secara konsisten memiliki ADF rendah (c. 20%) dan N tinggi (4%).

Meskipun biji dan akarnya mengandung zat kimia aktif, belum ada laporan mengenai toksisitas pada hewan yang memakan bahan bagian atas C. ternatea. Namun bunga telang juga tidak dianjurkan diminum bagi ibu hamil dan menyusui, karena dapat membuat rahim berkontraksi. Sedangkan bagi penderita alergi, berisiko mengalami reaksi alergi yang ditandai dengan    gejala gatal, bentol-bentol di kulit, sampai sesak napas.

Bagi yang sedang menjalani pengobatan, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan kandungan bunga telang tidak mengganggu pengobatannya. Harus dipastikan kombinasi bunga telang dan obat yang dikonsumsi tidak membahayakan atau membuat kinerja obat menjadi kurang efektif.

Begitu juga bagi penderita gangguan pencernaan. Efek samping bunga telang terkadang dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, bahkan diare pada anak-anak.  Sementara bagi yang sedang menstruasi, ‘teh biru’ ini dikhawatirkan bisa meningkatkan sirkulasi darah pada tubuh. Serta mempengaruhi haid. Karena bisa meningkatkan sirkulasi darah, maka berisiko memicu pendarahan saat dan pasca operasi

Orang yang sedang minum obat pengencer darah. Interaksi kandungan bunga telang dan obat pengencer darah bisa memengaruhi efektifitas obat dan berdampak pada tubuh.

Tentang Penulis

Dra. Tutie Djarwaningsih, M.Si. Lahir 16 Agustus 1955 di Solo, Jawa Tengah. Penulis menyelesaikan S1 dari Fakultas Biologi UGM tahun 1981 dan S2 Fakultas Biologi IPB tahun 2001.

Sejak tahun 1981 sampai sekarang, aktivitas penulis sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional dengan fokus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya famili Euphorbiaceae, Fabaceae dan Solanaceae. Hingga saat ini penulis sudah mencapai jenjang Peneliti Ahli Utama dan sudah menghasilkan 1 Paten Granted, 1 Paten Terdaftar dan 1 Hak Cipta. Sebagai Ketua Redaksi Jurnal Floribunda 2001 – 2021.

Yasper Michael Mambrasar, S.P, M.S. Lahir pada 28 Juni 1985 di Sorong, Papua Barat Daya. Penulis menyelesaikan S1 dari Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang dan S2-nya dari University of Wisconsin-Madison. Penulis menjadi peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjasi Badan Riset dan Inovasi Nasional sejak 2015 dengan fokus penelitian di taksonomi tumbuhan khususnya group Rhododendron subgenus vireya. 

Penulis aktif menulis di jurnal ilmiah sejak 2015 dan telah mempulikasi 3 buku, lebih dari 20 tulisan di jurnal nasional maupun internasional dan juga mendeskripsi 5 jenis baru Rhododendron dan Anggrek. Penulis saat ini menjadi anggota aktif America Rhododendron Society (ARS).

Dr. Ridha Mahyuni, M.Sc, lahir di Medan, pada 3 Februari 1983. Tahun 2007, menamatkan pendidikan Masternya di Universiti Kebangsaan Malaysia (Plant Systematics). Tahun 2008, penulis memulai karirnya sebagai peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional, tepatnya di Herbarium Bogoriense, dengan topik riset Taksonomi Tumbuhan khususnya Suku Rubiaceae dan Rafflesiaceae.

Tahun 2018, penulis menyelesaikan studi S3nya di IPB. Hingga saat ini sudah ada beberapa jenis baru yang diterbitkannya pada jurnal ilmiah Internasional. Beberapa ekspedisi juga telah dilakukannya dibeberapa wilayah di Nusantara.*

1Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, Badan Riset dan Inovasi Nasional