Sejumlah UMKM di Pelalawan, khususnya di sekitar perkebunan PT. Sari Lembah Subur (SLS), mengaku terbantu dengan kepedulian sosial dari anak perusahaan Astra Agro Lestari (AAL) itu. Bantuan yang diberikan tidak dalam bentuk uang, tapi barang dan pembinaan.

TIDAK sekedar cerita, tapi inilah fakta. Sejak beberapa tahun terakhir, selain keberadaan industri kelapa sawit yang membuka lapangan kerja bagi warga Pelalawan – Riau, sejumlah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) pun tumbuh dan berkembang dengan pesat.

Di dua desa sekitar perkebunan PT. Sari Lembah Subur (SLS) misalnya, sejumlah kreatifitas dalam memproduksi makanan olahan kini bermunculan. Hal tersebut, selain  kemauan yang keras dari pengurus dan ibu-ibu anggota PKK, adanya kepedulian serta dukungan dari PT. SLS melalui program CSR-nya, ikut memacu tumbuh kembangnya UKM di kawasan tersebut.

Di Desa Mulya Subur, Kecamatan Pangkalan Lesung – Pelalawan, seperti dituturkan kepala desanya – Podo Sunarno, bahwa banyak jenis produk makanan olahan dari desa tersebut telah dipasarkan dalam kemasan yang menarik. Diantaranya aneka kripik, mulai dari bayam, tempe dan sebagainya. Dalam hal ini, selain bimbingan manajemen dan pemasaran, PT. SLS memberikan bantuan berupa kemasan produk.

Kemasan Menarik

Hal yang tak kalah membanggakan juga terlihat di Kelurahan Bukit Lembah Subur, Kecamatan Kerumutan – Pelalawan. Fakta di lapangan, GI menemukan lapak PKK yang menjual berbagai pangan olahan, baik dalam bentuk segar maupun yang kering dalam kemasan.

Dituturkan oleh Misniati, Sekretaris merangkap Bendahara PKK Bukit Lembah Subur, bahwa kegiatan UMKM PKK sudah lama dibantu oleh PT. SLS. “Kami dibuatkan kemasan, rak etalase, dan mesin pengolahan mie,” jelas Misniati.

“Tidak dalam bentuk uang, tapi barang dan pembinaan,” tambahnya.

Di lapak PKK ini cukup banyak pangan olahan yang dipasarkan, dengan packaging yang menarik. Diantaranya Stik roico, seblak kering, kripik ubi pedas, kripik bayam, kripik telor, peyek dan lain-lain.

Yang menarik, PKK ini juga menjual teh bunga telang.  Menurut Misniati, produk itu dihasilkan dari pekarangan rumah masing-masing, dan kemudian diolah menjadi teh oleh ibu-ibu Kelompok Wanita Tani (KWT) yang tergabung dalam PKK Bukit Lembah Subur.

***Riz***