Rasa dan aromanya yang khas menjadikan buah hutan ini kian banyak dicari. Di daerah Kampar – Riau, buah langka ini dijajakan di pinggir jalan.
DARI Padang ke Pekan Baru, memasuki Kecamatan Kampar, tepatnya di sekitar Desa Rumbio, ada pemandangan yang unik. Orang-orang menjajakan buah unik di pinggir jalan raya. Buah tersebut langka. Namanya ‘Tampui’.
Dilansir dari sejumlah media massa, buah ini rasanya manis dengan cita rasa khas, dan sangat diminati masyarakat. Hal itu terlihat dari banyaknya pengendara yang berhenti untuk membeli buah ini di sepanjang jalan. Buah ini didatangkan dari hutan Kampar Kiri.
Tampui dijual pedagang seharga Rp25 ribu rupiah per kilogramnya. Setiap tahun, pada bulan Februari hingga Maret, para pedagang banyak menjual buah Tampui di pinggir jalan raya di wilayah Desa Rumbio dengan cara membuka lapak dadakan seadanya.
Buah Tampui diletakkan di atas meja kayu sederhana atau digantung setelah diikat dengan tali plastik. Hal ini menjadi daya tarik bagi pengendara yang lewat untuk mampir ke lapak-lapak tersebut.
Tampui atau tampoi (Baccaurea macrocarpa) adalah sejenis buah anggota suku Phyllanthaceae (Euphorbiaceae). Buah ini masih sekerabat dengan menteng dan rambai, namun berukuran lebih besar dan berkulit lebih tebal. Pohon tampui biasanya menjulang tinggi dengan usia puluhan tahun hingga ratusan tahun.
Tampui dikenal sebagai buah hutan yang memiliki rasa dan bau yang khas. Rasanya manis jika sempurna masaknya, namun akan sedikit terasa asam jika buah belum matang. Kulit buahnya berwarna oranye tua, ukuran dan isi buahnya seperti manggis berisi 4-7 biji tergantung besar buah tersebut.
Buah ini biasanya banyak ditemui di pinggir atau dalam hutan. Saat ini, keberadaannya semakin langka.
***Riz***
No comment