Sontoloyo: Ya Sayur, Ya Herbal Juga

Kandungan vitamin-nya yang melimpah, serta polifenol, saponin, dan flavonoida, merupakan antioksidan yang sangat baik untuk kulit.

SONTOLOYO, begitulah orang di jalur Puncak Dua Bogor menyebutnya. Tumbuhan ini liar dan banyak ditemukan di sekitar kebun dan pinggiran sawah. Warga Sukawangi, terutama di Kampung Arca, mengkonsumsinya sebagai sayuran.

Nama lainnya adalah Sintrong. Disamping lezat, daun tumbuhan ini sering digunakan sebagai bahan herbal. Ternyata, setelah GI melacak di berbagai media, daun sintrong juga dikenal dan sudah dikonsumsi di berbagai daerah. Bahkan daun tumbuhan liar ini diperjualbelikan lewat toko online.

Nama latinnya Crassocephalum crepidioides. Tumbuhan ini anggota suku Asteraceae. Dalam situs Wikipedia disebutkan berbagai nama tumbuhan liar ini. Diantaranya, dalam bahasa Inggris  dikenal sebagai ebolo, thickhead, redflower ragleaf, atau fireweed. Di Indonesia biasa tumbuhan ini disebut junggul, bagini, jambrong, tespong, jombloh, sontoloyo, mandrung-mandrung, taplek, kejelengot, dan kepotpot.

Konon, daun ini bisa mengatasi gangguan pencernaan, sakit kepala, luka segar, dan pendarahan hidung. Akarnya bahkan dapat digunakan untuk mengobati bibir yang bengkak. Sebagai sayur, daunnya dapat dimakan, baik mentah maupun dimasak.

Dengan kandungan serat utuh yang melimpah, daun sintrong dipercaya bisa menjadi obat yang ampuh untuk mengatasi gangguan pencernaan. Daun sintrong bisa dikonsumsi dengan berbagai cara, salah satunya dengan menjadikannya sebagai lalapan pendamping saat makan.

Manfaat daun sontoloyo selanjutnya adalah bisa membantu menghaluskan kulit. Kandungan vitamin yang melimpah, serta polifenol, saponin, dan flavonoida, merupakan antioksidan yang sangat baik untuk kulit. Flavonoida berperan sebagai UV filter alami untuk melindungi kulit dari pancaran sinar matahari yang berlebih, sehingga permukaan kulit bisa tetap terjaga.

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *