Saninten: ‘Rambutan’ Rasa Kacang Mede

Ini buah asli Indonesia. Karena kemiripannya itu maka ia disebut-sebut sebagai rambutan hutan langka. Rasanya kombinasi antara manis dan gurih seperti kacang mede.

MESKI berambut, tapi ini bukan rambutan. Namanya ‘saninten’. Buah asli Indonesia ini terbilang langka. Mengutip info dari Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMb), ternyata di luar negeri harga buah unik ini cukup tinggi, yakni sekitar 2 euro per delapan buah.

Saninten atau Sarangan merupakan jenis tumbuhan yang dilindungi. Buah dari tumbuhan ini mempunyai rasa gurih dan manis seperti kacang mede.

Pohon saninten bisa ditemukan di TNGMb Jawa Tengah. Bentuknya mirip sekali dengan buah Rambutan, sama-sama punya bulu di sekujur buahnya. Bedanya, kalau buah rambutan saat digenggam bulunya terasa lembut, tapi bulu Saninten agak kasar seperti duri.

Begitulah buah Saninten, karena kemiripannya itu maka ia disebut-sebut sebagai rambutan hutan langka. Saninten secara ilmiah dikenal dengan nama Castanea argentea.

Sementara rambutan bernama latin Nephelium lappaceum L. memiliki tekstur kulit yang lembut dan dapat dimakan daging buahnya. Sedangkan sainten yang dimakan adalah bijinya. Sebagai tumbuhan asli Indonesia, saninten juga bisa ditemukan di Sumatera dan Jawa. Tanaman ini tumbuh dari ketinggian 150 meter.

Disukai Hewan Liar

Untuk bisa menikmati saninten, harus berhadapan dengan pesaing tangguh seperti monyet, lutung, musang, dan hewan pemakan buah-buahan lainnya. Tak hanya harus berebut dengan hewan, buah saninten sendiri susah tumbuhnya.

Di laman KLHK, disebutkan bahwa saninten berbuah hanya 2 tahun sekali. “Kalaupun berbuah setiap tahun, biasanya berselang setahun buahnya kosong. Baru setahun kemudian berisi buahnya. Anakan saninten dari pohon induknya sulit didapat, karena masa berbuahnya lama,” tulis di laman KLHK. 

Penampakan buah saninten

“Ditambah lagi tiap bijinya ludes dimakan pemangsa. Padahal biji tersebut merupakan cikal bakal anakan. Kalau begitu, tak salah bila LIPI menyatakan tumbuhan ini langka,” tambah laporan itu. 

***Riz***


Redaksi Green Indonesia