Sejak setahun lalu, masyarakat pesisir di Raja Ampat bersama PKSPL IPB, ICCTF – Bappenas, terlibat dalam kegiatan COREMAP CTI. Dampaknya sungguh memuaskan. Ekosistem pesisir di aja Ampat menjadi lebih baik dan lestari.
WAIGEO, Batanta, Salawati dan Misool. Gugusan empat pulau di perairan Papua Barat ini bak secuil surga di muka bumi. Gugusan pulau-pulau nan indah itu merupakan wilayah Kabupaten Raja Ampat yang begitu tekenal sampai ke manca negara.
Saat GI berkunjung ke kabupaten itu beberapa lalu, warga di sejumlah pesisir pantai tampak bersemangat. Harapan baru mereka kembali tumbuh, untuk menjadikan perkampungan mereka sebagai sumber ekonomi, setelah program konservasi yang dijalankan bersama Tim IPB tampak membuahkan hasil.
Sejak setahun lalu, masyarakat pesisir di Raja Ampat bersama PKSPL IPB, ICCTF – Bappenas, terlibat dalam kegiatan COREMAP CTI, yakni sebuah program pelestarian pesisir, laut dan pulau-pulau kecil. Kegiatan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu ini adalah dalam rangka Mendukung Percepatan Pelaksanaan RZWP-3-K telah digelar di Provinsi Papua Barat.
Kegiatan ini merupakan proyek berskala internasional yang melibatkan peran masyarakat dan para stakeholder lainnya. Tujuan proyek ini adalah mendukung percepatan implementasi RZWP-3-K Provinsi Papua Barat dan Kawasan Konservasi Perairan Nasional (KKPN) atau Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD), tepatnya di Kabupaten Raja Ampat.
Dampaknya sungguh memuaskan. Beberapa kerusakan pada ekosistem laut, seperti terumbu karang, padang lamun dan mangrove, berhasil diperbaiki. Tidak hanya itu, ekosistem yang bekondisi baik pun menjadi lebih baik dan lestari.
Transplantasi Karang
Di Batanta misalnya, tepatnya di Kampung Yensawai, para tenaga ahli dari IPB melakukan transplantasi karang di pesisir itu. Masyarakat setempat pun dilibatkan.
Penyuluhan dan serangkaian pelatihan diberikan kepada warga pesisir Yensawai. Diantaranya ialah dan sekilas tentang metode LIT (Line Intercept Transect), monitoring transplantasi plus tata cara merawat rangka transplantasi dan sebagainya. Selanjutnya, perawatan terus dilakukan sampai dengan hasil transplantasi tersebut dapat dijadikan sebagai bibit donor untuk transplantasi terumbu karang di daerah lainnya.
Dilaporkan, sebanyak 1600 fragmen karang berhasil di transplantasikan dengan genus yang ditanam adalah Acropora, Pochillopora, Stylopora, Seriatopora, Montipora, Pavona, Hydnophora, Anacropora dan Porites.
Saat kunjungan GI, dalam rombongan Media Trip yang digelar PKSPL IPB pertengahan Pebruari lalu, sejumlah wartawan berkesempatan melakukan snorkeling. “Indah luar biasa,” ucap beberapa wartawan. Karang-karang menyapa dan ikan-ikan indah bersuka-ria di sela karang yang lestari.
Rehabilitasi Mangrove
Tak jauh dari homestay di atas gelombang air laut, terlihat mangrove bejejer rapi. Inilah bukti keberhasilan kegiatan rehabilitasi ekosistem hutan di bibir pantai itu.
Kegiatan rehabilitasi mangrove tersebut dilakukan oleh Kelompok Korbon Kampung Yensawai. Pesertanya kurang lebih 30 anggota, yang berasal dari Kampung Yensawai Barat dan Kampung Yensawai Timur dan didampingi tenaga ahli dari IPB. Anggota kelompok tersebut terbagi menjadi 4 kategori yaitu dewasa, pemuda, pelajar, dan ibu-ibu.
Kampung ini dipilih sebagai lokasi rehabilitasi karena langsung menghadap laut. Selama ini Kampung Yensawai tidak memiliki vegetasi pelindung alami, tetapi hanya memanfaatkan tembok sebagai pelindung dari terjangan gelombang. Tembok-tembok ini pun sebagian besar telah hancur akibat terjangan gelombang dan abrasi pantai. Dengan digelarnya upaya rehabilitasi mangrove, diharapkan ekosistem di kawasan tersebut akan terjaga dan menjadi lebih baik.
Kreatifitas warga Yensawai pun bemunculan dengan berkembangnya mangrove. Salah-satu diantaranya ialah bekembangnya kuliner berbahan buah mangrove yang disebut ‘aiwon’. Menurut warga Yensawai, buah mangrove tersebut dapat diolah menjadi beberapa makanan, seperti kue aiwon, atau sebagai penganti nasi yang dikonsumsi bersama ikan.
***Riz***
No comment