Polinator dan Regenerasi Jenis-jenis Dipterocarpaceae di Hutan Alam

Oleh: Rosita Dewi 1,2dan Abdurrachman2

Hutan alam dipterocarpaceae (sumber: dokumentasi pribadi)

HUTAN adalah sebuah ekosistem kompleks, yang terdiri dari berbagai komponen penyusun dan masing-masing komponen penyusun tersebut saling berinteraksi satu dengan lainnya. Interaksi dari berbagai komponen penyusun ekosistem hutan akan mempengaruhi kemampuan hutan di dalam memberikan berbagai jasa layanan ekosistem yang berharga bagi manusia dan lingkungan.

Beberapa jasa layanan ekosistem dari hutan adalah sebagai penyedia produk hasil hutan kayu dan non kayu (HHBK).

Hutan juga berperan di dalam konservasi tanah dan air, akar-akar pohon akan membantu mengikat tanah dan mengurangi aliran air permukaan yang dapat menyebabkan erosi, sehingga berperan di dalam penyaringan air, menjaga kualitas air sungai dan sumber air.

Hutan juga memiliki peran sebagai penyimpanan karbon alamiah yang sangat penting. Pohon-pohon akan menyerap karbon dioksida atau CO2 dari atmosfer melalui proses fotosintesis dan menyimpannya di dalam jaringan pohon. Jasa layanan ekosistem hutan terkait dengan konservasi keanekaragaman hayati, dimana hutan adalah rumah bagi beragam flora dan fauna yang memberikan tempat perlindungan dan berkembang biak pada habitat alaminya.

Salah satu layanan jasa ekosistem yang penting bagi proses reproduksi tumbuhan adalah polinasi.

Indonesia memiliki beberapa tipe hutan tropis. Salah satunya adalah hutan tropis dataran rendah. Hutan tropis dataran rendah adalah salah satu tipe ekosistem penting yang terletak di daerah tropis, dengan curah hujan yang tinggi sepanjang tahun, dan memiliki suhu yang relative stabil.

Hutan tropis dataran rendah umumnya didominasi oleh pohon dari jenis-jenis family Dipterocarpaceae. Hutan tropis dataran rendah adalah rumah bagi berbagai jenis meranti, keruing, dan banyak spesies Dipterocarpaceae lainnya. Jenis-jenis pohon Dipterocarpaceae tumbuh di hampir seluruh kepulauan di Indonesia, terutama di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

Pohon-pohon dari family Dipterocarpaceae adalah jenis-jenis pohon komersial yang diusahakan pada pengusahaan hutan alam di Indonesia. Beberapa jenis kayu komersial seperti meranti merah (Shorea leprosula), lauan (Shorea javanica), keruing (Dipterocarpus grandifloras) merupakan jenis-jenis kayu komersial yang diperdagangkan sebagai kayu pertukangan dan bahan untuk industry kayu lapis.

Fenologi Jenis-jenis Dipterocarpaceae

Pengamatan fenologi menjadi sangat penting bagi jenis-jenis Dipterocarpaceae karena akan mempengaruhi reproduksi pohon. Beberapa aspek fenologi yang berkaitan erat dengan pohon-pohon Dipterocarpaceae.

Diantaranya; Sebanyak 97% vegetasi di hutan tropis dataran rendah memiliki ketergantungan terhadap serangga pollinator untuk penyerbukannya. (Bashir et al., 2019).

Selanjutnya, beberapa spesies Dipterocarpaceae mengalami fenomena pembungaan massal, yaitu melepaskan banyak bunga secara bersamaan dalam periode tertentu, yang dapat berlangsung setiap 3-5 tahun sekali.

Disamping itu, terdapat layanan ekosistem berupa polinasi selama terjadi pembungaan massal Dipterocarpaceae. Polinasi adalah proses transfer serbuk sari dari bunga Jantan ke bunga betina pada tanaman berbunga. Polinasi merupakan langkah penting dalam reproduksi tanaman. Polinasi adalah proses alamiah yang melibatkan berbagai organisme, termasuk serangga.

Pembungaan massal pada pohon Dipterocarpaceae berkaitan dengan factor-faktor iklim dan lingkungan yang kompleks, sehingga perubahan pada factor-faktor tersebut akan mempengaruhi reproduksi dan regenerasi pada pohon Dipterocarpaceae (Kenzo et al., 2019)

Polinator Pada Jenis-jenis Dipterocarpaceae

Penyerbukan pohon-pohon Dipterocarpaceae oleh serangga penyerbuk adalah bagian dari layanan jasa ekosistem yang diberikan oleh ekosistem hutan tropis. Penurunan keragaman dan kelimpahan serangga penyerbuk akan menyebabkan penurunan layanan jasa penyerbukan (polinasi) pada pohon-pohon Dipterocarpaceae.

Penurunan layanan jasa pollinator akan mempengaruhi regenerasi tumbuhan seperti: menurunnya jumlah buah dan bibit (kuantitas dan kualitas) yang akan mempengaruhi system reproduksi tumbuhan dan menghasilkan keturunan yang lemah sebagai akibat dari terjadinya inbreeding.

Beberapa spesies serangga yang menjadi pollinator pada proses reproduksi pohon dari jenis-jenis dipterocarpaceae, yaitu : Lebah madu hutan (giant honey bee) dari jenis Apis dorsata (Sakai, 2002).  Lebah sosial (Trigona, Apis, dan Braunsapis) juga punya peran penting sebagai penyerbuk di  hutan dipterocarpa dataran rendah. (Momose et al., 1998).

Strategi Konservasi Pollinator di Hutan Alam

Hutan tropis dataran rendah merupakan habitat alami bagi pohon komersial dari jenis Dipterocarpaceae. Selama ini regenerasi meranti berasal dari anakan alam. Sehingga kegiatan reproduksi pohon meranti menjadi penting untuk diperhatikan.

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan keragaman regenerasi meranti adalah keberadaan serangga pollinator pada jenis-jenis Dipterocarpaceae, khususnya serangga lebah (Apis dorsata).

Penyebaran serbuk sari dari jarak jauh sangatlah penting untuk meningkatkan keberhasilan reproduksi jenis-jenis Dipterocarpaceae. Isolasi reproduksi harus dihindari untuk meningkatkan keragaman genetic pada regenerasi alam (Takeuchi & Diway, 2021). Genetika taksa/spesies/varietas dapat memainkan peran yang sangat penting dan berperan dalam produksi serbuk sari (pollen).(Quamar & Bera, 2014).

Beberapa strategi dapat dilakukan di dalam peningkatan pollinator lebah madu pada hutan alam produksi. Diantaranya; 1.) Teknik silvikultur selective cutting dengan limit diameter memberikan kesempatan pada pohon-pohon meranti muda untuk dapat berkembang dengan baik dan berproduksi dalam pembungaan massal pada tahun-tahun berikutnya.

2.) Peningkatan populasi pollinator, dalam hal ini lebah madu (Apis dorsata) dengan meningkatkan populasi pohon-pohon sarang lebah madu atau dikenal dengan nama pohon benggeris seperti jenis Koompassia excelsa dan Kommpassia malaccensis serta tanaman-tanaman liar yang menjadi habitat bagi serangga pollinator.

3.) Pelibatan para pihak (Pemerintah, Perusahaan dan Masyarakat lokal) di dalam upaya pelestarian habitat pollinator di dalam kawasan hutan. Pentingnya eningkatan kesadaran tentang keberadaan habitat pollinator bagi peningkatan produktivitas jenis-jenis Dipterocarpaceae di hutan alam.

Pohon benggeris di hutan alam (sumber: dokumentasi pribadi)

Pentingnya Pelestarian

Hutan Alam Produksi memberikan manfaat ekologis dan ekonomi bagi manusia dan lingkungan. Hutan alam produksi pada dataran rendah di Indonesia di dominasi oleh pohon-pohon komersial dari jenis meranti, balau, keruing yang termasuk pada family Dipterocarpaceae

Hutan sebagai sebuah ekosistem memberikan jasa layanan ekosistem berupa polinasi, yaitu penyerbukan tanaman oleh pollinator yang pada tanaman meranti dilakukan oleh serangga lebah madu jenis Apis dorsata. Keberadaan populasi pollinator menjadi penting dalam meningkatkan keragaman populasi melalui kegiatan penyerbukan melalui aktifitas pencarian nectar, polen dan resin.

Polinasi yang dilakukan oleh lebah madu menjadi kunci di dalam menjaga kuantitas dan kualitas reproduksi dan regenerasi pada pohon-pohon Dipterocarpaceae di hutan alam produksi. Pelestarian pollinator dan habitat nya menjadi hal yang penting untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan produktivitas hutan alam yang sudah terdegradasi.***

1Program Studi Silvikultur Tropika, IPB University, 2Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Redaksi Green Indonesia