Telah sejak lama para ahli dan pihak peduli lingkungan meneriakkan; go green – go organic. Kembalilah ke alam dan gunakan pupuk organik..!
REVOLUSI hijau yang telah sejak dulu digaungkan, kian waktu memakan korban. Tanah dan ekosistem lainnya rusak. Petani sebagai produsen bahan pangan makin kesulitan meningkatkan produksi. ‘Biang kerok’-nya salah-satunya ialah pupuk kimia yang digunakan tanpa perhitungan yang benar.
Jamak diketahui, bahwa pupuk kimia adalah pupuk yang dibuat secara kimia. Sering juga disebut dengan pupuk buatan karena memiliki beberapa proses pembuatan.
Dalam aplikasinya, sisa-sisa pupuk kimia tertinggal di dalam tanah ini. Hal ini menjadi masalah.
Mengapa? Bila terkena air sisa-sisa pupuk tersebut akan mengikat tanah seperti lem/semen. Setelah kering, tanah akan lengket satu dengan lain (alias tidak gembur lagi), dan keras. Selain keras, tanah juga menjadi masam.
Sementara pupuk organik, bila ditambahkan ke dalam tanah akan mengalami beberapa kali fase perombakan oleh mikroorganisme tanah untuk menjadi humus. Bahan organik juga berperan sebagai sumber energi dan makanan mikroba tanah sehingga dapat meningkatkan aktivitas mikroba tersebut dalam penyediaan hara tanaman.
Pupuk organik berasal langsung dari sumber tanaman atau hewan.
Go Green – Go Organic
Telah sejak lama para pihak peduli lingkungan meneriakkan, go green – go organic. Kembalilah ke alam dan –salah-satunya; gunakan pupuk organik.
Kelebihan dari pupuk organik antara lain: ramah lingkungan, penyedia unsur hara makro dan mikro untuk tanaman, berfungsi sebagai pembelah tanah, memperbaiki struktur tanah, memperbaiki ukuran pori-pori tanah yang nantinya membuat daya pegang air dan aerasi tanah lebih baik, serta bisa memenuhi sumber energi dan makanan.
Meski demikian ada kekurangannya. Pupuk organik memiliki kandungan unsur hara nya yang rendah, sehingga jumlah penggunaannya relatif banyak. Pupuk organik tidak mengandung nutrisi utama seperti nitrogen, fosfor, atau kalium yang dikenal sebagai NPK. Ada tapi tidak banyak, dan proses penguraiannya di tanah lambat.
Selama ini telah banyak ditemukan macam-mamcam pupuk yang berasal dari bahan organik yaitu; 1) pupuk kandang; 2) pupuk kompos; 3) pupuk organik segar/hijauan; 4) tanaman lorong; 5) pupuk guano; dan 6). Bahkan tanaman penutup tanah (cover crop) pun secara tak langsung merupakan pupuk organik.
Solusi Dari BRIN
BRIN – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) telah meluncurkan teknologi Beyonic yang merupakan teknologi berbasis mikroba untuk pembuatan pupuk organik.
Beyonic merupakan singkatan dari beyond bio-organic yang artinya sebagai teknologi untuk menjadikan pupuk organik tidak sekadar sebagai pupuk penyubur tanaman. Tapi lebih jauh lagi, beyonic menjadi pupuk yang bisa menjalankan misi lain, seperti pemulihan lahan bekas tambang (reklamasi) yang bertebaran di seluruh Indonesia.
Teknologi Beyonic ini merupakan salah satu solusi atas masalah menurunnya kualitas lahan akibat penggunaan pupuk sintetis secara berlebihan.
***Riz***