Dahulu di sekitar lokasi percontohan ini setiap tahun masyarakat khawatir adanya kebakaran. Sekarang setelah adanya pembuatan canal blocking, air relatif stabil dan kebakaran berkurang drastis.
Dari 70 kg menjadi 80 kg
Itulah sekelumit pengalaman menyenangkan yang disampaikan Bambang Satyo, Sekretaris Kelompok Tani Sumber Rezeki, Desa Sungai Rengit, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan. Menurut tokoh masyarakat Desa Sungai Rengit yang ramah ini, “kegiatan yang dilakukan oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) bekerjasama dengan Pusat Penelitian Karet sangat bermanfaat. Dengan adanya pembuatan canal blocking berbasis komposit karet ini maka di sekitar areal air tetap ada meskipun kemarau panjang. Selain ketersediaan air pada kanal, ikan-ikan juga banyak sehingga masyarakat sekitar bisa memperoleh ikan gratis dari kanal”.
Beberapa jenis ikan yang sering diperoleh masyarakat dari air kanal adalah ikan gabus dan ikan lele akar. Masyarakat biasa memancing pada saluran kanal karena ikan cukup banyak jika dibandingkan sebelum adanya kanal.
Selain itu, Bambang Satyo menambahkan, “setelah adanya canal blocking air pada perkebunan karet tersedia sepanjang tahun. Hal ini berdampak positif bagi tanaman karet yaitu tertundanya gugur daun karet sehingga produksi karet meningkat. Dulu umumnya kebun karet masyarakat panen sekitar 70 kg per minggu, sekarang setelah adanya kanal, hasil karet antara 80 – 90 kg/ minggu. Ini menunjukkan bahwa adanya canal blocking dapat pula meningkatkan produksi karet masyarakat”.
Canal Blocking Perlu Ditambah
Ketika kami berkunjung ke lapangan dapat disaksikan jika air pada kanal tersedia pada musim kemarau. Tidak heran masyarakat cukup senang dengan adanya pembangunan kanal berbasis komposit karet ini. Dengan adanya penambahan komposit karet pada kanal, aliran air relatif lebih tertahan pada canal blocking. Hal inilah yang membuat air tersedia meskipun pada musim kemarau yang panjang.
Menurut beberapa peneliti bahwa keberadaan canal blocking ini mampu mengurangi penurunan permukaan tanah (subsidensi). Hal ini ini secara langsung dan tidak langsung dapat mengurangi emisi CO2e ke atmosfir. Tentu saja ini informasi menarik dan baik bagi masyarakat dan pemerintah. Teryata ide pembuatan kanal ini selain dapat menjaga stabilitas air, meningkatkan potensi ikan pada saluran kanal juga dapat mengurangi emisi.
Seperti cerita Bambang Satyo di atas, apabila dibandingkan dengan kekeringan panjang tahun 2015, hotspot pada sekitar areal percontohan sebanyak 6 titik api. Sedangkan tahun 2019 yang juga terjadi kekeringan panjang, hotspot ada satu titik api. Dengan demikian keberadaan canal blocking ini sudah berhasil menurunkan tingkat kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu sebagian masyarakat berharap canal blocking perlu ditambah pada areal bergambut.
***MRi***
No comment