Borneo: Pusat Keragaman Buah-buahan Tropis Nusantara

Oleh : Wiguna Rahman*)

Sebagian besar hutan primer yang rusak di Pulau Borneo adalah hutan dataran rendah yang merupakan habitat utama dari spesies-spesies buah-buahan tropis nusantara. Oleh sebab itu, usaha konservasi, baik in situ maupun ex situ, perlu ditingkatkan untuk mencegah kepunahan spesies-spesies tersebut.

TEORI “berasal dari Borneo/ out of Borneo” menyatakan bahwa, pulau borneo merupakan awal mula suatu kelompok organisme terdiversifikasi dan kemudian terdistribusi ke berbagai wilayah lainnya di sekitar Nusantara. Kelompok tumbuhan dalam marga Artocarpus (Sukun, nangka, cempedak) dihipotesiskan merupakan salah satu contohnya.

Teori ini setara dengan teori “berasal dari Afrika/ out of Africa” yang diterima umum sebagai jalur evolusi manusia.

Secara global, Pulau Borneo merupakan pulau ketiga terkaya secara botani, dibawah Papua dan Madagascar. Sekitar 11,165 spesies tumbuhan terdapat di pulau ini. Banyak kelompok buah-buahan tropis nusantara lainnya yang pusat keragaman spesiesnya berada di pulau ini.

Dari 73 spesies kerabat sukun dalam genus Artocarpus, 37%-nya terdapat di Pulau Borneo. Selain itu, 19 dari 28 spesies (68%) kerabat dekat durian dalam genus Durio juga terdapat di pulau ini.

Delapan belas spesies dari total 64 spesies mangga di dunia pun terdapat di Borneo. 50% kerabat liar menteng dalam genus Baccaurea terdapat di borneo. Kemudian, 70% kerabat liar rambutan terdapat di pulau ini. Inilah yang menyebabkan Pulau Borneo dikatakan sebagai pusat dari keragaman buah-buahan tropis di Nusantara.

Konservasi Buah Tropis

Secara geologis, pulau Borneo merupakan bagian dari paparan sunda. Paparan ini terbentuk sejak Mesozoik awal. Pulau Borneo sendiri terbentuk dalam periode mulai dari pre-cretaceous, awal cretaceous hingga akhir periode cretaceous sampai seperti sekarang ini.

Hingga periode glacial maksimum akhir, daratan Borneo masih terhubung dengan pulau Sumatra, Semenanjung Malaya dan Jawa. Namun demikian, secara floristik, Pulau Borneo memiliki keragaman floristik yang paling tinggi dibandingkan Sumatra maupun Semenanjung Malaya.

Dari 11 kawasan floristik di Sumatra, Semenanjung Malaya dan Borneo, 10 diantaranya terdapat di Borneo, dan 5 diantaranya hanya terdapat di Borneo. Selain itu, berdasarkan peta ekoregion, Pulau Borneo terdiri atas 8 kawasan ekoregion: hutan hujan dataran rendah, hutan hujan dataran tinggi, hutan rawa gambut, kawasan padang rumput alpin, hutan  subtropic, hutan rawa air tawar, hutan mangrove, dan hutan kerangas. 

Wilayah terbesar di Pulau Borneo yaitu Kalimantan yang merupakan wilayah Indonesia. Saat ini, hanya setengah hutan primer yang tersisa di Kalimantan. Sementara, hanya terdapat 60 kawasan lindung yang terdapat di Kalimantan.

Sebagian besar hutan primer yang rusak merupakan hutan dataran rendah yang merupakan habitat utama dari spesies-spesies buah-buahan tropis nusantara. Oleh sebab itu, usaha konservasi, baik in situ maupun ex situ, perlu ditingkatkan untuk mencegah kepunahan spesies-spesies tersebut.

*) Peneliti Ahli Madya, Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan.     Organisasi Riset Hayati dan Lingkungan- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)

Redaksi Green Indonesia