Kebun karet Pandjiwaringin menjadi pilot project untuk aksi mitigasi dan konservasi terkait trend Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Perkebunan di Banten ini juga menjadi Demplot-nya Astra Agro Lestari untuk semua perkebunan lain.
KIPRAH pengabdian dan kepedulian sosial PT. Pandjiwaringin, sebuah perusahaan perkebunan karet di Malingping – Banten, tidak bisa dipandang sebelah mata. Tanpa gembar-gembor, dari dulu hingga kini, perkebunan ini tak henti memberi manfaat bagi masyarakat sekitar.
Beberapa kiprah sosial yag telah dinikmati masyarakat Banten Selatan, khususnya Desa Sukamanah (Kecamatan Malingping dan Desa Sukatani Kecamatan Wanasalam), diantaranya adalah dalam penyediaan hijauan pakan ternak.
Setiap hari, ungkap seorang perangkat Desa Sukatani, tak kurang dari 20-an peternak kambing dan kerbau memanen rumput di sela perkebunan karet Pandjiwaringin. Bahkan menurut Sobar Heriyanto, salah-seorang karyawan PT. Pandjiwaringin, pengambil rumput tersebut bukan hanya dari warga desa sekitar kebun, namun juga dari daerah jauh.
Ketersediaan rumput di kebun karet memang tak ada habisnya. Jika dikalkulasi, masih menurut Sobar, jumlah panennya bisa ratusan karung sehari.
Manfaat lainnya ialah genangan air seperti danau kecil di tengah areal perkebunan. Di lokasi itu puluhan warga memanfaatkannya untuk memelihara ikan.
Belum lagi berbagai bantuan sosial/ sumbangan materi pada hajatan/ kegiatan warga, serta jalan wisata menuju Pantai Bagedur. Perusahaan ini juga memberi kesempatan magang dan bekerja di perusahaan. Saat ini 70 persen tenaga kerja di Perkebunan Pandjiwaringin adalah warga setempat.
Lakukan Penanaman
Disamping perkebunan karet yang telah terbentang selama ini, seluas lebih-kurang 400 hektar, pihak Pandjiwaringin telah mulai melakukan penanaman di areal yang menjadi proyek agroforestri. Luasnya tak kurang dari 100 hektar. Jenis pohon yang akan ditanam meliputi mahoni. jati. jati plus, sengon dan meranti.
Seperti dijelaskan oleh Muhamad Riza Kasfari, PIC (Person In Charge) PT. Astra Agro Lestari tbk., kegiatan tersebut dimulai dengan penanaman penahan angin (wind braker), yakni ketapang dan waru.
“Plan kita sampai 2024 nanti menanam win braker. Disusul rencana penanaman pohon utamanya (seperti yang sudah disebutkan tadi). Ya, kita targetkan 2024 sudah tertanam semua,” jelas Riza.
Ditambahkannya bahwa agroforestry tersebut melibatkan masyarakat. Semua bibit, baik wind braker maupun tanaman utama bibitnya dibeli dari masyarakat sekitar kebun.
Dikatakannya bahwa sebenarnya hasil ikaret sebenarnya kurang menguntungkan secara bisnis perusahaan. Menurut Riza saat ini produksi karet (brown crave) sekitar 1,5 – 1,7 ton per bulan. Sementara slab bisa mencapai sekitar 13 ton per bulan.
Dengan harga yang berfluktuasi, terutama beberapa waktu lalu, maka nilai uang yang diperoleh tidak terlalu menggembirakan. “Hanya sekedar menutup biaya produksi saja,” ungkap Riza.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sri Alam, Administratur (ADM) Perkebunan Pandjiwaringin, bahwa 100% tenaga di perusahaan itu adalah karyawan tetap, dan semuanya tenaga kerja lokal.
Dari sisi bisnis, menurut Alam, sebenarnya produksi belum memberikan keuntungan secara bisnis. “Baru sekedar impas. Soal keuntungan kita belum bisa bicara banyak,” ungkapnya
ADM Penjiwaringin itu menambahkan, sementara ini biaya tenaga kerja dan sebagainya masih disubsidi dari anak perusahaan Astra Divisi Borneo.
Pilot Project
Meskipun begitu, tambah Sri Alam, kebun karet Pandjiwaringin menjadi pilot project untuk perkebunan Astra yang lain, khususnya terkait trend Nilai Ekonomi Karbon (NEK).“Dengan demikian perkebunan di Banten ini diharapkan menjadi Demplot-nya Astra Agro Lestari untuk semua perkebunan lain, baik di Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi,” tutur Sri Alam.
Meski kecil dibanding perkebunan lainnya di lingkup Astra Agro Lestari (AAL), namun menurut Dia, perkebunan Panjiwaringin adalah sebuah harapan.
“Banyak hal baru yang menjadi prospek masa depan dengan adanya trend karbon akhir-akhir ini,” jelas ADM perkebunan karet itu.
Mengapa tidak? Bila aksi mitigasi serta perhitungan karbon sudah bergulir di perkebunan tersebut, akan muncul peluang baru. Tidak hanya hasil kebun, tapi juga mungkin dari NEK dan perdagangan karbon.
“Yang jelas, kebun karet akan tetap terjaga, ekosistem lestari, dan banyak manfaat lainnya,” ungkap Sri Alam optimis.
Prospek Cerah
Adanya harapan baru terkait trend penurunan emisi karbon tersebut, Sri Alam mengajak semua karyawan PT. Panjiwaringin agar tetap semangat dalam bekerja, meningkatkan kapasitas – terutama keterampilan dalam merawat kebun dan lingkungan.
“Insyaallah bila kemampuan SDM, terutama dalam hal mitigasi dan adaptasi serta pelestarian lingkungan kita meningkat, terutama terkait karbon, maka akan bisa ditularkan ke perkebunan AAL di daerah lain,” jelas Sri Alam.
Menurut Dr. Dadan Mulyana, pakar ekologi PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL) yang juga Dosen IPB University, prospek perkebunan karet dalam percaturan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) cukup cerah.
“Dengan telah dibukanya Bursa Karbon di Indonesia, maka peluang dan kesempatan bagi perusahaan perkebunan untuk ‘ikut menjadi pemain pasar/ bisnis karbon,” jelas Dadan.
Aksi Mitigasi
Saat ini PT. Panjiwaringin sedang menjalin kerjasama dengan PT. CKL dalam analisa dan penghitungan karbon di perkebunan tersebut. Langkah ini tentunya akan mengawali kiprah salah-satu anak perusahaan AAL tersebut untuk lebih gencar lagi menjalankan aksi mitigasi dan adaptasi di areal HGU yang dikelola.
CKL adalah sebuah perusahaan berbasis sains yang berpusat di Bogor. Para konsultan di dalamnya adalah pakar di bidangnya, untuk melayani keperluan survei dan analisis berbagai keperluan terkait lingkungan dan kehutanan, mulai dari teknik penghitungan karbon, AMDAL, survei tanah dan kesuburan. mitigasi dan adaptasi, hingga reklamasi pasca tambang dan sebagainya.
***Riz***