Cempedak: Simanis Wangi Dari Hutan

Konon Pulau Borneo merupakan daerah asal cempedak. Buah asli Indonesia ini bagus untuk menjaga kesehatan pencernaan, serta mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan kanker.

“CUBADAK hutan,” demikian orang Minangkabau menyebutnya. Dan memang, buah mirip nangka namun beraroma tajam ini umumnya tumbuh liar di dalam hutan. Kurang diketahui sejauh ini dimana tanaman ini dibudidayakan. Sepertinya, memang baru sebatas dipanen dari hutan.

Ada beberapa nama lokal dari tumbuhan ini, seperti nangka beurit (Sunda), nongko cino (Jawa), tiwadak (Banjar). Sedangkan dalam bahasa Inggris, cempedak dikenal sebagai Chempedak atau Champedak.

Nama latinnya Artocarpus integer (Thunb.) Merr. merupakan tumbuhan dari family moraceae. Bentuknya bulat panjang, berwarna kehijauan, kekuningan hingga kecoklatan. Kulit cempedak tidak setebal kulit nangka. Daging buahnya tipis dan lebih berserat dibandingkan buah nangka. Warna daging buahnya lebih kuning pekat. Sama seperti buah nangka, biji cempedak juga bisa dimakan setelah direbus.

Cempedak tumbuh baik di sekitar dataran rendah dengan ketinggian 1000 mdpl. Pohonnya banyak ditemukan di daerah Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua. Apalagi di Kalimantan, buah ini lebih banyak ditemukan. Dan memang, konon Pulau Borneo merupakan daerah asal cempedak.

Menyehatkan

Menurut situs alodokter.com, buah cempedak memiliki berbagai khasiat bagi kesehatan. Meski rasanya sangat manis, ternyata buah ini bermanfaat untuk mengontrol gula darah. Khasiat ini didapat dari bijinya.

Tepung biji cempedak memiliki lebih banyak kandungan serat dan nutrisi, serta memiliki indeks glikemik yang lebih rendah daripada tepung roti. Dengan begitu, tepung biji cempedak bisa menjadi pilihan yang lebih sehat, terutama untuk penderita diabetes dan obesitas.

Disamping itu, masih menurut situs tersebut, ekstrak buah cempedak sudah terkenal sebagai obat malaria yang cukup efektif.  Buah ini juga bagus untuk menjaga kesehatan pencernaan, mengurangi risiko terkena penyakit jantung serta kanker.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia