‘Saktinya’ Biji Ketumbar

Tanpa disadari, sembari makan pun orang sudah berobat. Terutama pada masakan ala ‘Timur’ yang kaya rempah, termasuk ketumbar.

BERNAMA ilmiah Coriandrum sativum, biji mirip merica itu memiliki aroma yang menyengat. Konon bau menyengat itu  berasal dari antioksidan dan minyak atsirinya, yang meliputi asam linoleat, asam oleat, Linalool, alpha-pinene, dan terpene. Itulah ketumbar.

Biji ketumbar adalah rempah yang kaya nutrisi. Selain mengandung serat, ketumbar pun kaya antioksidan, vitamin B, vitamin C, kalium, tembaga, magnesium, mangan, seng, zat besi, dan kalsium.

Dilansir dari berbagai pemberitaan, ketumbar berkhasiat untuk menyehatkan ginjal, meningkatkan kekebalan tubuh, serta mencegah kerusakan sel yang disebabkan oleh radikal bebas. Ketumba pun berpotensi memiliki antikanker, meningkatkan kekebalan tubuh, dan efek neuroprotektif.

Sejumlah mediamassa memberitakan, bahwa antioksidan dalam ekstrak biji ketumbar bisa  menurunkan peradangan dan memperlambat pertumbuhan sel kanker paru-paru, prostat, payudara, dan usus besar. Mengutip Healthline, minyak yang diekstrak dari biji ketumbar dapat mempercepat dan meningkatkan pencernaan yang sehat.

Penelitian lain pun menemukan secara signifikan, bahwa ketumbar dapat mengurangi sakit perut, kembung, dan ketidaknyamanan pencernaan. Ekstrak ketumbar dapat pula digunakan sebagai perangsang nafsu makan.

Sehatkan Jantung

Mediamassa lain pun menulis, bahwa dari beberapa penelitian pada hewan dan tabung percobaan, menunjukkan bahwa manfaat biji ketumbar dapat menurunkan faktor risiko penyakit jantung, seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol LDL (jahat). Ekstrak ketumbar dapat bertindak sebagai diuretik, yaitu membantu tubuh manusia membuang kelebihan natrium dan air.

Hal tersebut dapat menurunkan tekanan darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ketumbar dapat membantu menurunkan kolesterol. serta meningkatkan kesehatan jantung. Dalam populasi yang mengonsumsi ketumbar dalam jumlah besar, tingkat penyakit jantung cenderung lebih rendah dibandingkan dengan orang-orang yang menjalani pola makan Eropa.

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *