Di Pulau Sumatera, rimbang sering disuguhkan pada sayur gulai. Masyarakat secara tradisional, terutama di Sumatera Barat menggunakan rimbang sebagai obat sakit mata atau pencegah sakit mata. Banyak orangtua yang sudah berumur 80 tahun, masih bisa membaca buku tanpa kaca mata.
Rasanya pahit. Tapi berkhasiat mantap. Tanaman ini tumbuh secara alami di Sumatera. Di Pulau Jawa tanaman ini disebut dengan nama takokak atau tekokak. Buahnya kecil. Warna buahnya hijau. Daunnya lebar, berbunga putih.
Tanaman ini masih tergolong pada famili terong – terongan. Masyarakat di pedesaan Sumatera Barat terbiasa mengkonsumsi buah rimbang dengan cara direbus, dikukus, disayur gulai atau dimakan mentah sebagai lalaban.
Buahnya mirip dengan leunca di Ranah Sunda. Bedanya, kalau leunca, tekstur kulit luarnya halus – hijau muda mengkilat. Sedangkan rimbang, tekstur kulit luarnya agak kasar dan warnanya hijau tua pada rimbang tua. Rimbang muda berwarna hijau muda, tapi tekstur kulitnya ralatif tidak sehalus leunca.
Rimbang termasuk tanaman perdu. Tumbuh rendah diatas permukaan tanah, bercabang banyak dan tingginya jarang yang mencapai lima meter. Tanaman ini bisa berumur lebih dari 5 tahun tapi batang utamanya tidak jelas karena pada ketinggian sekitar satu meter atau kurang, rimbang sudah bercabang.
Rimbang memiliki nama ilmiah Solanum torvum. Bangsa Eropa juga sudah mengenal buah rimbang dengan sebutan Turkey Berry. Rimbang yang berkhasiat untuk obat mata ini dikenal memiliki vitamin A. Selain vitamin A, rimbang juga mengandung vitamin C sehingga memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.
Obat Mata Minus
Penulis sewaktu kecil jika sakit mata segera dicarikan orangtua rimbang. Suatu sore, penulis sakit mata karena kotor sehingga mata merah. Spontan penulis mencari sendiri rimbang di sekitar rumah dan memakannya cukup banyak. Karena tidak ada petunjuk harus makan berapa banyak, maka ketika makan malam, penulis makan rimbang mentah yang banyak dengan nasi. Lidah terasa agak baal dan kurang enak pada mulut. Tapi paginya, mata kembali normal.
Ingatan tentang pengalaman memakan rimbang ini tetap kuat melekat. Kondisi ini yang menjadikan penulis, jika ke Sumatera, sering secara sengaja memesan sayur yang ada rimbangnya.
Pada berbagai literatur manfaat rimbang ternyata bukan hanya untuk obat mata tapi juga beguna untuk obat sakit pinggang, nyeri dada, anti radang dan juga baik untuk mengatasi haid yang tidak teratur. Selain kaya vitamin, beberapa sumber lain menyebutkan rimbang juga mengandung zat besi, fospor, saponin, tannin, lemak, protein, kalsium dan juga flavonoid. Hal ini yang menjadikan rimbang dipercaya memiliki banyak manfaat.
Belum Ada Takaran
Ada cerita menarik dari teman, bahwa rimbang ternyata dapat menyembuhkan mata minus tiga. Untuk kasus seperti ini, rimbang dikonsumsi dengan cara dibuat jus, diminum rutin satu sampai dua kali sehari. Jumlah rimbang yang digunakan antara 10 – 15 butir untuk sekali jus. Sakit mata minus dapat sembuh total dalam beberapa bulan dan kembali normal.
Sayangnya riset tentang rimbang masih sedikit di Indonesia. Riset tentang tanaman rimbang ini penting untuk dilakukan agar masyaakat dapat memanfaatkan rimbang dalam takaran yang lebih tepat.
Penulis sendiri lebih senang makan rimbang yang sudah digulai atau direbus sehingga rasanya tidak terlalu pahit. Dengan rasa yang tidak pahit ini, penulis bisa mengkonsumsi rimbang antara 15 – 30 butir dalam sekali makan. Kalau rimbang sudah dimasak kemungkinan besar khasiatnya sudah berkurang. Biasanya untuk tujuan pengeobatan, dikonsumsi yang mentah. Semoga nanti banyak riset tentang rimbang dan tanaman obat lainnya di Indonesia.
***MRi***
No comment