Umumnya aren ditanam di areal yang tidak bisa ditanami tanaman pangan seperti lereng bukit dalam bentuk hutan campuran, bukan monokultur. Daya resap airnya sangat tinggi. Potensi tumbuhan ini pun ternyata luar biasa.
SAAT Ramadhan beranjak separuh waktu, petani Kampung Arca – Puncak Dua Bogor punya kesibukan lain. Mereka menatap Idul Fitri dengan prospek kolang-kaling. Maka tak heran jika beberapa hari terakhir kolang-kaling banyak ditemukan di pasaran. Panen buah pun dilakukan dengan memanjat pohon bersosok mirip kelapa sawit itu.
Aren (Arenga pinñata), enau, atau begitu banyak nama lain untuk tumbuhan ini. Di sekitar Puncak Dua, khususnya Desa Sukawangi, lebih dianggap sebagai tumbuhan liar di sela hutan. Tanpa perawatan apalagi ditanam oleh penduduk. “Pohonnya tersebar tanpa aturan di hutan, di gak jauh dari kebun sayur dan kopi dekitar sini. Luwak lah yang menanamnya,” tutur Rustandi, petani Kampung Arca sembari mengupas kulit buah aren dan mengeluarkan isinya; kolang-kaling.
Konon, bagian inti buah aren yang berwarna putih ini baik untuk pemeliharaan kesehatan tulang. Itu adalah karena kolang-kaling mengandung gelatin dan beberapa zat nutrisi penting lainnya. Bahkan beberapa orang Kampung Arca pun mempercayai bahwa rajin mengkonsumsi buah yang satu ini bisa menghambat terjadinya pengapuran/pengeroposan tulang, sehingga tulang tetap kuat.
Menurut petani muda Rustandi, tiap satu tandan (koloni) buah aren bisa menghasilkan sekitar 5 – 10 kilogram kolang-kaling segar yang siap diolah dan dikonsumsi. Harga perkilogramnya di Kampung Arca Puncak Dua Bogor berkisar antara Rp 12.000,- sampai Rp 15.000-.
Tumbuhan Hebat
Ternyata aren luar biasa. Kemampuanya menghasilkan energi jauh lebih tinggi dari tanaman lain termasuk kelapa sawit. Seperti ditulis mediaindonesia.com (30/09/20) bahwa, sebagai sumber energi maka tidak akan ada lagi persaingan penggunaan lahan untuk pangan dan energi. Aren ditanam di areal yang tidak bisa ditanami tanaman pangan seperti lereng bukit. Aren juga harus ditanam dalam bentuk hutan campuran, bukan monokultur sehingga menjadi sumber resapan air.
Mengutip penyataan dalam sebuah seminar online (webinar) Balitpalma, dikatakan bahwa jika nira aren dijadikan bioetanol sebagai sumber energi, maka akan mampu menggantikan ketergantungan pada minyak bumi dan batu bara.Kemampuan aren menghasilkan energi adalah 82 barel per hektare.
“Dihitung dengan setara ton biodiesel/ha aren adalah yang paling tinggi yaitu 12,5 ton, sedang sawit hanya 4,5 ton. Di antara empat tanaman penghasil energi lainnya dari berbagai sudut maka aren paling unggul dibandingkan dengan kelapa sawit, tebu dan jagung,” jelas seorang pakar dalam webinar tersebut.
Kembali soal kolang-kaling, sejumlah literatur online menyatakan, bahwa biji atau bagian inti dari buah aen ini mengandung beragam nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Setidaknya, di dalam 100 gram kolang-kaling terdapat 243 mg fosfor, 6 gram karbohidrat, 91 mg kalsium, 0,4 gram protein, 0,2 gram lemak, 1,6 gram serat, 0,5 mg zat besi, dan kalori sebanyak 27 kkal. Kolang-kaling juga merupakan sumber vitamin B dan K serta mengandung banyak air yang baik bagi tubuh. Dengan kandungan nutrisi tersebut, kolang-kaling bermanfaat bagi tubuh.
Seperti ditulis situs alodokter.com (17/01/19) kolang-kaling juga mengandung gelatin yang cukup tinggi. Gelatin membuat perut lebih mudah kenyang dan meredakan nafsu makan, sehingga cocok bagi orang yang ingin mengurangi berat badan. Gelatin juga dipercaya dapat meningkatkan kesehatan tulang dan sendi, sehingga bermanfaat bagi penderita osteoatritis.
***Riz***
No comment