Uniknya Peran Lidah Mertua Dalam Ruangan

Banyak yang tahu bahwa sansievera mampu membersihkan udara. Tanaman ini terus melepaskan oksigen serta efektif mengurangi kadar CO2, baik siang maupun malam hari. Lalu racun apa saja yang diserap tumbuhan ini?

UDARA semakin kotor dan tidak sehat, akibat kian padatnya bangunan (rumah atau perkantoran). Belum lagi cemaran pabrik serta sisa pembakaran kendaraan bermotor, maka polusi dimana-mana. Lalu jika sadar, mengapa tidak mengimbanginya dengan tanaman penyerap racun?

Sansievera adalah salah-satunya. Sejak puluhan tahun terakhir sudah banyak yang tahu bahwa tumbuhan hias yang satu ini bisa menyerap polutan dan menyegarkan lingkungan, bahkan di dalam rumah atau ruan perkantoran. Publikasi tentang hal ini pun begitu banyak.

Sansievera atau ‘lidah mertua’, seperti hasil penelitian yang diterbitkan Harvard University Extension, merupakan salah satu tanaman hias yang paling banyak menghasilkan oksigen. Disamping itu, tanaman yang kuat dan mampu beradaptasi di berbagai kondisi ini mampu menyerap beberapa jenis racun di udara.

Bekerja 24 Jam

Selain karbondioksida, lidah mertua juga mampu menyerap beberapa polutan beracun lainnya seperti benzena, formaldehida, xilena, dan toluena. Beberapa jenis polutan ini, merupakan penyebab kanker dan berbahaya bagi kesehatan.

Seperti sering dipublikasikan sejumlah mediamassa, bahwa lembaga penelitian sekelas NASA (USA), membuktikan jika sansievera memiliki kemampuan menjernihkan udara menjadi lebih sehat dan mengurangi risiko beragam penyakit bagi penghuninya.

Hebatnya lagi, tidak seperti tanaman lain pada umumnya, lidah mertua dapat menyerap karbon dioksida sepanjang hari (24 jam), baik siang atau malam. Tanaman ini terus melepaskan oksigen serta efektif mengurangi kadar CO2 di malam hari. Inilah uniknya sansievera.

Melansir dari merdeka.com, bahwa hal tersebut disebabkan adanya metabolisme Asam Crassulacean (CAM) pada lidah mertua. Dengan adanya metabolisme tersebut, tanaman hias ini bekerja membuka stomata sepanjang waktu untuk mengurangi risiko kehilangan air, terutama dalam kondisi panas.

***Riz***

Redaksi Green Indonesia