Di Indonesia ada dua jenis ayam hutan, yakni ‘ayam hutan merah’ dan ‘ayam hutan hijau’.
INILAH leluhur atau nenek moyang ayam kampung. Hidupnya di hutan, beratap langit alias tanpa kandang. Tidak pernah berharap pada manusia, bahkan lari menghindar dari manusia. Demikian ayam hutan.
Bentuk fisik dan perilakunya mirip dengan ayam peliharaan. Namun, mungkin karena jarang terlihat, nenek moyang ayam kampung ini dicari dan dijual dengan harga fantastis.
Mengapa? Karena warna bulunya beraneka ragam dan sangat indah, terutama yang jantan. Sementara ayam hutan betina cenderung berwarna kusam dan monoton.
Konon, ada empat spesies ayam hutan yang tersebar di India, Sri Lanka, hingga Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Khusus di Indonesia, menurut sebuah sumber, ada dua jenis ayam hutan, yakni ‘ayam hutan merah’ dan ‘ayam hutan hijau’.
Ayam Hutan Merah
Gallus gallus merupakan nama ilmiah dari ayam hutan merah. Ayam ini merupakan unggas dari suku Phasianidae dengan ukuran tubuh sedang dan panjang sekitar 78 cm. Ayam hutan merah betina memiliki tubuh yang lebih kecil, yaitu sepanjang 46 cm.
Bulu-bulu ayam hutan pada bagian leher, tengkuk, dan mantel berbentuk panjang meruncing dengan warna kuning cokelat keemasan. Muka ayam ini berwarna merah, iris mata cokelat, bulu pada punggung berwarna hijau gelap dan warna bulu pada bagian bawah hitam mengkilap.
Jengger di kepala ayam hutan merah berbentuk gerigi dan bergelambir dengan warna merah. Jumlah bulu ekor antara 14 hingga 16 bulu berwarna hijau metalik. Pada bulu ekor bagian tengah ukurannya lebih panjang dan melengkung ke bawah.
Ayam merah hutan tersebar luas di hutan tropis dan hutan dataran rendah di Sumatera dan Jawa.
Ayam hutan merah ini, terdiri dari lima subspesies, dengan status berisiko rendah untuk punah dalam daftar IUCN Red List.
Ayam yang hidup secara berkelompok ini umumnya terdiri dari satu jantan dan beberapa betina. Mereka berkeliaran mencari makan di lantai hutan, seperti biji-bijian, pucuk rumput dan daun, serangga dan hewan kecil lainnya.
Ayam Hutan Hijau
Nama ilmiahnya Gallus varius. Ayam ini juga diyakini sebagai nenek moyang ayam peliharaan saat ini. Memiliki banyak sebutan seperti canghegar (Sunda), ayam alas (Jawa), serta ajem allas atau tarattah (Madura).
Dalam bahasa Inggris, ayam ini dikenal dengan nama Green Junglefowl, Javan Junglefowl, Forktail, atau Green Javanese Junglefowl.
Berbeda dengan ayam hutan merah, ayam hutan hijau memiliki jengger yang tidak bergerigi. Jenggernya berbentuk membulat pada bagian tepi, berwarna merah dan kebiruan di bagian tengah.
Ayam hutan hijau menyukai habitat terbuka, seperti padang rumput, tepi hutan dan daerah perbukitan rendah dekat pantai. Ayam ini diketahui tersebar secara terbatas di daerah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara.
Di daerah Jawa Barat, ayam hutan hijau hidup di wilayah dengan ketinggian 1.500 mdpl, di Jawa Timur hingga ketinggian 3.000 mdpl dan di Lombok hingga 2.400 mdpl.
Pada pagi dan sore ayam akan mencari makanan berupa biji-bijian, pucuk rumput dan daun, serta serangga. Seperti ayam kampung pada umumnya, ayam hutan hijau hidup berkelompok.
***Riz***