Serasah: Bukan Sekedar Sampah

Meskipun kerap dianggap sampah, serasah memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem hutan, teutama di daerah kering.

BERKUNJUNG dan beraktifitas di Hutan Pendidikan Dramaga – Bogor beberapa waktu lalu memicu inspirasi untuk menuliskan hal ini. Hamparan daun, ranting, dan berbagai bagian tumbuhan lainnya ‘merapuh’ di tanah. Sebagian mengering, sebagian lembab.

Secara umum orang menyebutnya ‘sampah’. Namun itulah serasah.

Dalam kegiatan survey lapangan bersama instruktur dari PT. Cedar Karyatama Lestarindo (CKL), penulis memungut serasah dan menimbangnya. Terkait pengambilan sampel pool karbon, serasah tersebut selanjut dianalisa di laboratorium, untuk mengetahui stok karbon yang dikandungnya.

Tak Sekedar Sampah

Memang, serasah bukanlah sampah. Lebih jauh, bahan yang berserakan di bawah pohon ini memiliki beragam peran bagi ekosistem hutan.

Serasah adalah sumber nutrisi utama bagi tanah. Sejumlah mikroorganisme seperti bakteri dan jamur, mengurai serasah kembali menjadi nutrisi-nutrisi penting yang bagi pertumbuhan vegetasi dalam hutan. Misalnya, nitrogen, kalium, fosfor, dan lain sebagainya. Nutrisi ini akan diserap oleh akar tumbuhan sebagai bahan untuk tumbuh dan berkembang.

Hamparan daun serta ranting kering itu juga dapat menahan sementara air hujan untuk langsung masuk ke dalam tanah. Lapisan serasah menyerap air hujan layaknya spons, lalu melepaskannya secara perlahan ke dalam tanah. Hal ini dapat mencegah hutan mengalami erosi tanah dan menjaga kelembapan tanah, terutama ketika musim kemarau.

Fungsi lainnya adalah sebagai tempat tinggal bagi berbagai mahluk hidup. Misalnya, serangga, cacing tanah, dan berbagai mikroorganisme kecil. Meraka berperan sebagai dekomposer serasah. Aktivitas mereka dalam mengurai serasah dapat membantu meningkatkan aerasi tanah dan menyediakan ruang bagi akar tumbuhan untuk tumbuh.

Serasah juga bisa menjadi termostat alami dalam hutan. Bahan-bahan yang dianggap sampah ini dapat mengatur suhu tanah lewat perannya yang melapisi tanah dari panas matahari langsung di siang hari dan mencegah hilangnya panas di malam hari. Suhu tanah pun menjadi stabil.

(Lenny Eka)

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *