Pertanian Puncak: Seperti Menolak Sirna?

“Alhamdulillah masih dikasi rejeki dari Allah,” tutur seorang petani dengan lahan terjepit villa dan perumahan elit.


DERU kota, seperti jamak diketahui, sejak beberapa tahun belakangan bergerak kencang. Lahan pertanian, terutama skala kecil alias usaha rumah tangga, seperti sulit menghindar dari gilasan dinamika pembangunan dan trend perkembangan ekonomi. Di kawasan Puncak (Bogor – Cianjur) hal itu telah terlihat sejak dulu.
Pengamatan GI di sekitaran Puncak Dua (Bogor) dan Cipanas (Cianjur), saat ini petani sepertinya tidak menampik kenyataan yang telah berlangsung cukup lama tersebut. “Tapi kita ini memang dasarnya petani, dan orang tua kita mencari nafkah dari lahan, ya… sekarang kita syukuri saja apa yang ada. Kalau ada tanah tersisa dekat rumah kita tanami, walau hasilnya sedikit,” tutur Suwandi, petani muda di Sukanagalih, Cipanas.
“Apalagi cari kerja sekarang tidak mudah, yang bisa dilakukan cuma bertani,” tambahnya.

Indah yang Tersisa
Maka tak heran, ketika GI menyempatkan jalan pagi, dari satu lokasi ke lokasi lain, di sekitar tempat tinggal, suasana pertanian yang ‘menolak punah’ begitu terasa.
Sebut saja di kawasan pinggiran Kota Cipanas, dimana villa-villa dan komplek perumahan ‘tumbuh menggila’. Lahan sayuran dataran tinggi banyak yang berubah menjadi perumahan.
“Padahal dulu daerah sini penuh sawah. Ketenaran beras Cianjur dulu, sebenarnya tuh di sini,” tutur Abah Baban, yang berprofesi sebagai ahli pengobatan patah tulang. Hal itu disampaikannya sembari mengobati GI, yang kebetulan pernah mengalami patah tulang akibat kecelakaan di jalan raya.
Kemarin pagi, seperti biasa, GI menyempatkan jalan pagi di sekitaran Villa Green Apple Garden (GA), sebuah komplek perumahan yang sudah terkenal sejak puluhan tahun di Puncak – Cipanas. Suasana seperti ‘menolak sirna’ itu pun kembali terlihat.


Dengan lahan terbatas, dilatarbelakangi dinding beton atau perumahan elit, beberapa petani tampak penuh suka-cita merawat tanaman brokoli, bit, bahkan cabai keriting. “Alhamdulillah masih dikasi rejeki sama Allah,” ucap seorang petani yang tidak sudi dituliskan namanya. “Petani kecil gak usah viral lah. Buat apa,” selorohnya saat ditanya GI.


**Riz**

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *