Menyimak Kiprah Internasional FPIK IPB University

Seorang Dosen FPIK IPB University, Dr Mohammad Mukhlis Kamal, menjadi tokoh penting dalam membantu Pengelolaan Perikanan Red Sea State, Republik Sudan.

Dr. Mohammad Mukhlis Kamal

PORT SUDAN, Senin (06/06/2022). Seorang Dosen FPIK IPB University, Dr Mohammad Mukhlis Kamal, menjadi narasumber utama dalam pelatihan EAFM-Leads (Ecosystem Approach to Fisheries Management) di Kota Port Sudan, Ibukota Negara Bagian Red Sea State belum lama ini. Pelatihan diikuti oleh para pimpinan yang mewakili berbagai lembaga dalam pengelolaan perikanan di Kawasan Laut Merah.

Pada kesempatan itu, Dr Mohammad Mukhlis menjelaskan, bahwa tujuan utama penyelenggaraan pelatihan EAFM-Leads adalah untuk menciptakan kesinambungan antara pimpinan hingga staf terkait konsep dan implementasi EAFM dalam pengelolaan perikanan di Laut Merah. Selain itu, katanya, para pimpinan merupakan personal yang dekat dengan pembuat kebijakan dan pendanaan, sehingga pelaksanaan EAFM akan lebih efektif.

Berperan Aktif

Dosen IPB University itu sejak tahun 2014 aktif mengembangkan konsep EAFM di Indonesia. Ia juga merupakan Trainer EAFM bertaraf internasional dan berpengalaman memberikan kegiatan serupa di banyak negara termasuk Malaysia, Thailand, Timor Leste, Papua New Guinea, Australia, Sudan, dan beberapa Negara Amerika Latin yaitu Kolombia, Costa Rica, Panama, dan Ekuador.

Sebelum kegiatan itu, sejak Januari 2020, Dr Mukhlis bersama dengan ekspert lainnya dari Inggris, Jerman, dan Srilangka telah memberikan pelatihan Essential EAFM dan TOT EAFM. Kegiatan tersebut ditujukan untuk tingkatan staf dan teknisi meliputi Negara Bagian Red Sea, Republik Sudan. Kegiatan ini dapat berlangsung dengan inisiasi The United Nation Industrial Development Organization yang didanai oleh Norad Norwegia.

Tingkatkan Koordinasi

“Hasil diskusi yang berkembang dalam pelatihan tersebut, para pimpinan sepakat untuk berupaya mengenyampingkan ego sektoral dan meningkatkan koordinasi antar lembaga,” kata dosen dari Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK IPB University itu.

Dikatakannya, bahwa para pimpinan diarahkan untuk bergabung dalam kelompok kerja EAFM, yang mana vocal point dari kelompok kerja (pokja) ini adalah Direktorat Jenderal dari Kementerian Produksi dan Sumberdaya Ekonomi, serta sektor pertanian. Setelah pelatihan ini, dalam waktu dekat akan dilakukan formalisasi pokja EAFM untuk mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Kementerian terkait.

Dosen FPIK IPB itu menjelaskan, bahwa sebagai pengawal dalam implementasi program ini adalah fasilitasi dari UNIDO, termasuk untuk berbagai pertemuan reguler serta penyusunan Term of Reference (TOR) bagi implementasi pengelolaan perikanan dengan pendekatan ekosistem di perairan Laut Merah, Republik Sudan.

Menurutnya, meskipun dalam ketidakmenentuan politik saat ini, tetapi pengelolaan perikanan Laut Merah harus tetap digarap agar lestari dan mensejahterakan para pihak.

“Hal ini menjadi kata kunci dari EAFM itu sendiri, di mana perikanan dikelola dengan menyeimbangkan antara kesehatan ekologi (ecological well being) , kesejahteraan manusia (human well being) melalui tata kelola yang baik (good governance),” pungkas Dr Mohammad Mukhlis. (Ikhsan)

***Riz***

No comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *