Selain sebagai penghasil minyak atsiri dan rempah penyedap makanan, kulit batang masoyi juga sebagai pelengkap jamu, bahan pengharum, kosmetik, dan sebagai obat penenang. Nilai ekonomi dan permintaan npasarnya cukup tinggi.
MASOYI. Apa itu?
Tumbuhan dengan nama latin Cryptocarya massoy (Oken) Konstren ini adalah penghasil minyak atsiri dari keluarga Lauraceae. Meski jarang terdengar, ternyata tumbuhan ini luar biasa. Nilai ekonominya lumayan tinggi, permintaan pasarnya pun cukup besar.
Masoyi tergolong tumbuhan tinggi (> 30 m) dengan batang yang tegak, tidak berlekuk dan terpilin. Batangnya tidak berbanir, tidak pula bermata kayu, dengan diameter bisa mencapai 65 cm. Kulit batangnya kelabu kehijauan atau muda dengan ketebalan kulit 5-15 mm.
Pohon ini mempunyai akar papan dengan tinggi 1-1,5 m; lebar 1-3 m dan tebal 5- 15 mm. Daun muda dan kulit batangnya mengeluarkan aroma yang khas, sebagai penanda terdapat kandungan minyak atsiri di bagian tersebut. Minyak yang berasal dari kayu dan kulit kayu menjadi sumber alami utama dari C-10, C-12, C-14. Komponen utama minyak adalah C-10 (5,6-dihydro-6-pentyl-2H-pyran-2-one) dan C-12 (5,6-dihydro-6-heptyl-2H-pyran-2-one) atau yang dikenal dengan massoia lakton.
Minyak esensial masoyi memiliki aroma seperti minyak kelapa dan menyebabkan rasa hangat jika terkena kulit. Sifat fisik dan kandungan kimia tersebut menyebabkan pada umumnya minyak masoyi digunakan sebagai cita rasa es krim, obat cacing dan kejang perut, serta telah dikembangkan untuk industri perisa (flavor) makanan, kosmetik dan sebagai obat penenang.
Potensi Ekonomi
Sampai saat ini kebutuhan minyak Massoi dunia ±100% dipenuhi dari kulit yang berasal dari Papua dan PNG. Memang, perdagangan kulit masoyi terbesar di Indonesia berasal dari Papua dan Papua Nugini.
Dari pulau tersebut, jproduksi minyak masoyi naik sejak tahun 2014 dan stabil sampai tahun 2017. Nilai rata-rata produksi mencapai 15,5 – 20 ton/ tahun. Tingginya produksi minyak masoyi sejalan dengan adanya permintaan pasar internasional terutama dari negara Cina dan Brazil.
Kadar lakton dalam minyak masoyi, khususnya Masoilakton, C10 merupakan komponen penting bagi importer. Ada tiga macam standar mutu masoyi yang lazim dikenal dalam perdagangan, yaitu dengan kandungan masoilakton C10 sebanyak 45-52%, 60-65%, dan 70-75%. Tiga level kandungan masoilakton tersebut merupakan penentu harga perdagangan minyak masoyi.
Semakin tinggi kadar masoilakton C10 dalam minyak masoyi, harganya pun semakin mahal. Harga minyak masoyi sejak lima tahun terakhir berkisar Rp 2.500.000 – Rp. 5.000.000/kg (komunikasi pribadi dengan eksportir minyak masoyi).
Minyak masoyi yang disuling dari kulit kayunya terdiri dari 50 – 70 % Massoia Lactone dengan Sinonim 5 hidroksi 2 asam decenoic delta lakton cas no 54814-64-1. Aroma penciumannya manis, kelapa, karamel, susu. Sementara 5 hidroksi 2 decenoic acid delta lakton telah memenuhi regulasi 872/2012/EC sebagai bahan penyedap rasa yang aman.
Saat ini sudah ada standar mutu kulit dan minyak dari Badan Standar Nasional (BSN). Standar Nasional Indonesia (SNI) 7941:2013 sebagai pedoman mutu kulit masoyi. Sedangkan (SNI) 8285:2016 sebagai pedoman mutu minyak masoyi.
Dalam perdagangan. Parameter pada kedua SNI ini berguna untuk mencegah penipuan dan perbedaan persepsi mutu dalam jual-beli kulit dan minyak masoyi.
Pemanfaatan
Bagian masoyi yang paling banyak digunakan adalah kulit batang dan batangnya (kayu). Selain sebagai penghasil minyak atsiri dan rempah penyedap makanan, kulit batang masoyi juga sering digunakan sebagai pelengkap pembuatan jamu. Disamping itu juga sebagai bahan pengharum seperti kemenyan.
Selain itu, masoyi pun telah dikembangkan untuk industri perisa (flavor) makanan, kosmetik, dan sebagai obat penenang.
Di Jawa, minyak yang dihasilkan dari ekstraksi kulit batang masoyi digunakan untuk obat murus dan kejang perut pada wanita hamil, serta minyak oles penghangat badan. Di Jerman, minyak masoyi digunakan untuk bahan campuran minuman keras dan sebagai pewangi sabun. Di Eropa, minyak masoyi digunakan sebagai flavor, agar makanan memiliki aroma seperti kelapa. Selain itu, di Amerika minyak masoyi digunakan sebagai flavor es krim.
Tampaknya, batang kayu masoyi belum banyak digunakan masyarakat Papua. Namun melihat fisik kayu yang ringan membuka peluang pemanfan sebagai bahan baku pembuatan patung atau alat seni lainnya.
Jelaslah, bahwa kulit batang masoyi bernilai ekonomi tinggi. Penggunaannya bisa secara dan langsung dan tidak langsung, yakni diolah terlebih dahulu menjadi minyak. Sedangkan pemanfaatan minyak banyak digunakan untuk industri food flavouring, industri komestik dan wewangian.
Sebaran di Papua
Sebaran masoyi di Papua Barat meliputi Kabupaten Manokwari, Kecamatan Ransiki, Windesi, Kabupaten Teluk Wondama (Wasior), Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fak-fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Sorong (Kecamatan Sorong, Kecamatan Moraid) dan Kabupaten Teminabuan.
Sedangkan di Provinsi Papua, masoyi tersebar di Kabupaten Nabire. Kabupaten Yapen Waropen (Kecamatan Yapen Selatan), Kabupaten Biak Nunfor (Kecamatan Biak Timur, Biak Utara, Biak Barat, Supriori selatan), sebagian Kabupaten Jayapura, dan Sebagian Kabupaten Merauke.
Keberadaan masoyi pada tingkat tiang dan pohon sudah sangat mengkhawatirkan karena aktivitas pemanenan dengan menebang. IUCN Red List mengkategorikan jenis tanaman ini sebagai tumbuhan hampir terancam punah (Near Threatened).
Peluang ekonomi masoyi sangat menggiurkan. Mengapa tidak? Permintaan pasar dunia cukup tinggi, sementara produksinya terbatas. Maka pantas, sebagai kekayaan alam yang tersembunyi di pulau paling timur Indonesia, keberlanjutan tanaman masoyi serta upaya pengembangan sumber bahan baku minyak masoyi penting dilakukan.
Irma Yeny, Peneliti Madya, Pusat Riset Ekologi dan Etnobiologi, BRIN