Manggis, Si Ratu Buah yang Sarat Khasiat

Rismita Sari*)

Si hitam manis ini kaya manfaat, mulai dari obat sampai pewarna alami.  

SIAPA tak manggis? Buah seukuran bola tenis berwarna ungu kehitaman atau coklat kemerahan ini dikenal dengan rasanya yang enak, manis dan sangat lembut di lidah.

Kelezatan daging buah manggis yang berwarna putih ini menjadikan buah ini sangat digemari tidak hanya oleh bangsa Melayu saja, namun bangsa Eropa, Timur Tengah dan bangsa-bangsa lainnya termasuk bangsa Jepang sangat menyukai buah manggis.

Rasanya yang enak menjadikan manggis sejak dahulu dijuluki “Ratu Buah”, atau Queen of Fruits. Sruktur buahnya pun unik. Isi juring atau segmen di dalamnya dapat ditebak dari jumlah segmen kepala putik atau stigma yang berada di ujung buahnya. Jumlah juring buah manggis berkisar antara 4 hingga 12, namun pada umumnya berjumlah enam juring.

Sebagian orang menyebutnya juga dengan buah jujur, karena ketepatan jumlah segmen kepala putik dan isi juringnya.

Manggis pertama kali dikenal di dunia Taksonomi Tumbuhan atau klasifikasi tumbuhan pada abad ke-17.

Seorang dokter berkebangsaan Swedia bernama Thomas L. Garcin yang berlayar ke Maluku melihat buah manggis dan mengirimkan spesimen tanaman manggis dalam bentuk herbarium kepada Carl von Linn atau yang lebih dikenal dengan Carolus Linneus.

Manggis belum pernah dikenal sebelumnya oleh bangsa Eropa terutama dari kalangan ilmuwan Botani. Carolus Linneus yang dikenal sebagai ‘Bapak Botani’ memberi marga atau genus baru untuk tumbuhan dari kawasan tropis Asia Tenggara ini. Marga yang diberikan mengutip dari nama pengirimnya, yaitu Garcinia. Sedangkan nama jenisnya atau epithet diambil dari nama lokal manggis di Maluku yang menyebut buah ini “manggustan”.

Kaya Manfaat

Nama ilmiah manggis menjadi Garcinia mangostana L.

Pohon manggis merupakan pohon berukuran sedang, tingginya dapat mencapai 25 m. Cabang-cabangnya berpasangan sejajar, dengan daun yang berpasangan. Kayunya keras dan tidak mudah dibelah sehingga jarang digumakan dalam pertukangan. Getahnya kuning dan sangat pekat serta lengket.

Dalam beberapa jam setelah keluar dari salurannya, getah manggis akan mengeras. Jika getah manggis menempel ke baju atau kain, getahnya akan meninggalkan bekas berwarna coklat kehitaman yang sulit dihilangkan.

Manggis hanya berbunga setahun sekali, dan musimnya sedikit berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya. Termasuk di Thailand yang juga merupakan negara penghasil manggis. Musim berbuah manggis di sana berbeda dengan di Indonesia.

Di Indonesia pun ada perbedaan musim berbuah manggis. Pada umumnya manggis di Indonesia mulai matang di pohon pada bulan September hingga Januari atau Februari. Namun di Kalimantan Barat ada pohon manggis yang berbuah pada bulan April hingga Juli.

Buah manggis diketahui mengandung nutrisi yang baik untuk kesehatan. Kandungan daging buah manggis, berdasarkan sebuah laporan dari Thailand, antara lain adalah air 79.2 g, protein 0.5 g, karbohidrat 19.8 g, serat 0.3 g, kalsium 11 mg, fosfor 17 mg, zat besi 0.9 mg, vitamin A 14 IU, vitamin C 66 mg. Buah manggis tidak mengandung lemak. Nilai energi manggis adalah 340 kJ/100 g.

Kulit manggis kaya pektin dan mengandung katekin, tannin, rosin dan zat warna hitam. Dikutip dari www.honestdocs.id, pektin adalah campuran dari polisakarida yang tidak dapat dicerna, sehingga tidak dapat dicerna oleh tubuh dalam bentuk alami.

Pektin memiliki manfaat bagi kesehatan, antara lain dapat menurunkan kolesterol dan membantu pencernaan. Di dalam pencernaan pektin mengikat zat yang berlemak, kolesterol dan racun serta mendorong untuk dikeluarkan dari tubuh. Adanya pektin akan membantu detoksifikasi tubuh karena membantu mengontrol penggunaan gula dan kolesterol dalam tubuh, serta menyehatkan usus dan pencernaan.

Pektin juga sangat baik untuk penderita kolesterol atau trigliserida tinggi serta untuk mencegah kanker usus besar (kolon) dan prostat. Namun jika mengkonsumsi pektin terlalu banyak dapat menyebabkan masalah yang berhubungan dengan pencernaan, seperti sakit perut. Karena pektin tidak dapat dicerna.

Buah-buahan lain selain manggis yang mengandung pektin antara lain adalah apel, jeruk, pisang, stroberi, aprikot, ceri, anggur dan plum. Seperti pada manggis, pada buah jeruk pektin juga lebih banyak berada pada kulitnya.

Lambat Tumbuh

Manggis tergolong tumbuhan dengan pertumbuhan lambat. Biji manggis dapat mulai berkecambah pada hari ke-4 atau ke-7 setelah ditanam (hari setelah tanam atau HST). Namun pertumbuhan selanjutnya akan berjalan lambat. Pohon manggis tercatat paling cepat dapat menghasilkan buah setelah berumur lima tahun namun pada umumnya baru berbuah setelah 10 tahun atau lebih.

Dalam satu pohon manggis dapat menghasilkan 200 hingga 500 buah setiap kali pada masa berbuah. Lamanya manggis menghasilkan buah menyebabkan pada zaman dulu banyak orang enggan menanam manggis.

Untuk mempercepat manggis menghasilkan buah ada beberapa cara yang pernah dilakukan orang, antara lain dengan mencangkok dan menyambung. Untuk mencangkok ada laporan telah berhasil dilakukan di Thailand.

Cara mencangkok manggis tidaklah mudah, karena getahnya yang sangat pekat. Perlu banyak perlakuan sebelum bagian yang dicangkok dapat berakar. Sedangkan di Indonesia percobaan penyambungan manggis dapat menghasilkan manggis yang cepat berbuah dan lebih pendek sehingga lebih mudah untuk memetik hasilnya.

Bahan yang digunakan adalah anakan manggis berusia sekitar dua tahun dengan besar batang kira-kira sebesar batang pinsil yang digunakan untuk batang bawah. Batang atas yang digunakan adalah batang pohon manggis dewasa yang sudah menghasilkan buah yang ukurannya juga sebesar pinsil agar dapat tersambung sempurna dengan batang bawah.

Dari percobaan yang pernah dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), sambungan manggis ini sudah mulai berbunga pada saat sambungan berusia satu tahun. Namun bunga pertama ini gugur dan baru berbunga kembali pada musim berikutnya. Sambungan ini akan dapat menghasilkan buah dengan normal setelah berusia lima tahun.

Pada sebuah percobaan yang dilakukan oleh IPB dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), manggis hanya akan berhasil disambung dengan manggis. Jika disambung dengan jenis manggis-manggisan lainnya seperti mundu (Garcinia dulcis (Roxb.) Kurz) atau kiras (G. celebica L.) maka sambungan ini tidak akan tumbuh dengan normal dan akhirnya akan mati. Ini disebabkan oleh struktur anatominya yang berbeda antara satu jenis dengan jenis lainnya sehingga tidak kompatibel.

Sejak beberapa tahun terakhir, buah manggis menjadi komoditi industri minuman herbal yang sangat diminati di pasaran karena ampuh mengatasi berbagai macam penyakit ataupun untuk membantu tubuh agar lebih sehat. Bahan utamanya adalah kulit manggis.

Tetapi sebelum manggis dikenal sebagai bahan herbal yang bermanfaat untuk menanggulangi berbagai penyakit, bagian-bagian tumbuhan manggis sudah digunakan masyarakat Indonesia maupun lainnya untuk berbagai tujuan yang bermanfaat. Berikut adalah beberapa pemanfaatan bagian-bagian tumbuhan manggis:

Campuran Pembuatan Gula Merah

Di Jawa orang-orang memasukkan kulit buah manggis ke dalam adonan gula merah yang berasal dari kelapa atau aren. Tujuannya agar gula merah yang dihasilkan akan lebih baik, teksturnya lebih padat dan keras jika dibandingkan dimasak tanpa kulit manggis.

Lain halnya di Kalimantan Barat. Masyarakat di kawasan Kabupaten Sanggau memasukkan potongan ranting pohon manggis sebagai campuran dalam membuat gula merah.

Diolah Sebagai Permen

Manggis juga dapat diolah sebagai makanan ringan berupa permen. Di Filipina buah manggis diolah menjadi semacam permen batangan dengan campuran susu, gula dan bahan lain. Permen batangan ini dikemas mirip seperti permen coklat batangan. Di Belitung, saat musim panen manggis melimpah, ada penduduk yang mengolah buah manggis menjadi permen agar buah yang tidak termakan tidak terbuang.

Caranya adalah dengan memasak daging buah manggis beserta bijinya dengan gula pasir hingga mengental. Kemudian adonan ini dibungkus dengan plastik sebesar ibu jari. Rasanya mirip seperti buah sirsak. Bijinya juga dapat dimakan seperti kacang.

Obat Tradisional dan Modern

Bagian tumbuhan manggis sudah dimanfaatkan sejak dulu sebagai bahan pengobatan herbal. Akarnya digunakan untuk mengobati haid atau datang bulan yang tidak teratur. Kulit buah manggis dimanfaatkan sebagai pembasmi cacing di tubuh manusia.

Gelam kulit kayunya dibuat ramuan untuk mengobati sakit murus-murus yang berat. Gelam kayunya juga dipakai sebagai obat kumur-kumur untuk mengobati sariawan. Manggis juga digunakan untuk mengobati alergi pada makanan tertentu, tuberkulosis, artritis, demam dan lain sebagainya.

Dari semua bagian tumbuhan manggis, kulit buah manggis adalah yang paling banyak dipakai untuk obat herbal. Biasanya kulit buah dikeringkan terlebih dahulu, kemudian digiling menjadi serbuk halus dan digunakan untuk pengobatan atau sediaan obat herbal. Pada beberapa tahun terakhir kulit manggis menjadi bahan unggulan untuk dijadikan bahan campuran obat herbal.

Selain khasiatnya yang sudah lama dikenal dalam obat tradisional, pengetahuan dalam bidang fitokimia yang kian berkembang menemukan kandungan senyawa kimia pada manggis yang kaya akan antioksidan. Hingga saat ini, manggis diketahui memiliki 78 jenis metabolit sekunder dari berbagai bagian tumbuhan baik kulit buah, daging buah, daun, kulit batang, maupun batang.

Dari semua kandungan metabolit sekunder ini ada 18 manfaat yang diketahui hingga saat ini berupa antibakteri, antikanker hingga antidepresan. Produk obat herbal berbahan manggis dapat ditemukan di pasaran, tidak hanya dari Indonesia tetapi juga diproduksi negara lain seperti Amerika Serikat.

Pengencang Kulit Wajah

Kulit  manggis yang masih segar dapat digunakan juga untuk mengencangkan kulit wajah sebelum menggunakan make up. Caranya yaitu dengan menghaluskan kulit buah manggis yang segar menggunakan blender.

Kulit manggis yang sudah dihaluskan ini kemudian dioleskan di seluruh permukaan wajah seperti masker. Setelah itu wajah dicuci bersih dan dikeringkan sebelum menggunakan make up.

Pewarna Batik dan Lainnya

Getah manggis dapat digunakan untuk mewarnai batik dalam pewarnaan tradisional. Getah pisang dan manggis adalah dua dari beragam pewarna batik alami yang dikenal hingga kini.

Sebagaimana getah pisang, getah manggis akan meninggalkan warna coklat kehitaman yang tahan lama pada bahan kain sehingga dapat digunakan sebagai pewarna batik. Pada zaman dulu getah manggis juga digunakan untuk mewarnai benang agar berwarna hitam.

Masih banyak manfaat manggis lainnya yang dapat ditelusuri baik dari sumber[1]sumber terdahulu maupun dari temuan-temuan terbaru, khususnya dalam bidang medis. Kulit manggis bahkan pernah diteliti sebagai bahan campuran panel surya.

Bagi Indonesia, sebagai negara sumber asli manggis, tentunya ini merupakan suatu keuntungan, karena dapat memanfaatkan manggis secara luas. Penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kandungan manggis yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang tentunya akan sangat mendukung pemanfaatan sumber daya alam secara berkelanjutan. (Informasi dikutip dari berbagai sumber)***

*)Periset pada Pusat Riset Konservasi Tumbuhan, Kebun Raya dan Kehutanan – BRIN

Redaksi Green Indonesia