Dengan berkembangnya hutan mangrove di kawasan tersebut, Pesisir Karawang diharapkan menjadi lebih stabil. Status Karawang sebagai lumbung padi pun tak akan tergoyahkan.
KINI, bila dari udara (pesawat atau foto drone) terlihat pantai yang rimbun dan hijau, itulah Pesisir Karawang – Jawa Barat. Sebuah hamparan pepohonan yang menjadi ‘benteng’ hantaman ombak dan terpaan keras angin laut di pantai utara Pulau Jawa.
‘Benteng’ pesisir itu tak lain adalah hutan mangrove.
Sejak beberapa tahun terakhir, sebuah komunitas di Karawang aktif melakukan penanaman berbagai jenis mangrove di pesisir pantai wilayah yang dikenal dengan tarian khas ‘goyang Karawang’ tersebut. Sejumlah kalangan dunia usaha pun peduli dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan itu.
Seperti disampaikan Fatoni, Ketua Organisasi Cipta Pesona Desa (sebuah komunitas peduli lingkungan) di Karawang, bahwa saat ini mereka telah bekerjasama dengan beberapa kelompok usaha. Diantaranya Astra Oto Part (AOP), Yamaha Part Motor Indonesia (YPMI), DJ Tek (pabrik piston), Sang Hyang Perkasa (Kalbe), FCC Indonesia, Sango Indonesia dan lain-lain.
“Semua kelompok bisnis itu membantu kami dari segi pembiayaan, dan kami yang melakukan penanaman, produksi bibit serta perawatan mangrove,” tutur Fatoni saat ditemui GI di Cilamaya Kulon – Karawang, Minggu (17/02).
Atas dukungan sejumlah perusahaan itu, tambah Fatoni, Dia bersama komunitas telah melakukan penanam di lahan pantai selua tujuh hektar. “Memang, jumlahnya baru sedikit, karena masih merupakan awalan dan percontohan. Semoga akan terus berkembang,” jelasnya.
Ditambahkannya, bahwa pola tanamnya yang diterapkan adalah Rumpun Berjarak (RB). Maka tak tak heran jika populasi pohon sedikit. Selain tingkat keberhasilannya lebih tinggi, dengan pola tanam tersebut hamparan mangrove nantinya akan terlihat indah.
Sementara hamparan mangrove yang terbesar di pesisir Karawang (Kecamatan Cilebar dan Cilamaya Kulon) adalah kerjasama dengan Toyota, yakni mencakup 9,7 hektar.
Stabilkan Pesisir
Kondisi di pesisir Karawang (khususnya Pantai Cilebar dan Cilamaya Kulon) boleh dikatakan sangat tidak stabil. Daratan berubah dalam waktu singkat. Terkadang hilang akibat abrasi (diterjang ombak besar). Namun sewaktu-waktu bisa muncul daratan baru akibat penumpukan sedimen.
Sedimen itu berasal dari lumpur yang terbawa aliran sungai. Seperti diketahui Karawang memiliki beberapa muara sungai besar. Selain itu, bila musim angin barat (Nopember – Juni) terjangan ombak cukup besar. Dampaknya, abrasi berlangsung sangat cepat.
Singkatnya, kondisi pantai di pesisir Karawang sangat tidak stabil alias ‘goyang’. Namun, dengan berkembangnya hutan mangrove di kawasan tersebut, Pesisir Karawang diharapkan menjadi lebih stabil.
Yang tak kalah penting lagi, hamparan sawah (padi) sejauh mata memandang, akan terjaga dari hantaman gelombang dan air asin. Lalu julukan ‘Karawang lumbung lumbung padi’ pun bisa abadi dan tak tergoyangkan.
Semoga….
***Riz***